Malam readers... mon maap atas keterlambatan updatenya. Tadi pagi penyakit alergi kambuh plus pas udah sembuh harus mengerjakan pr yang berjibun. Selamat membaca dan salam sehat semuanyaaa...
Violetta's pov
Seketika , aku mulai menoleh ke belakang dan mengangguk dengan ragu. Kulihat Davin yang mulai tersenyum dan mengacak rambutku saat mendekat. Ia pun mulai berjalan ke depan dan tertawa kecil.
"Aku hanya bercanda. Jangan terlalu dianggap serius," timpalnya dan membuatku mulai langsung merasa gregetan. Aku pun mulai menghadangnya dan mengatakan sesuatu secara gamblang dimana perkataan yang telah dikeluarkan itu akan membuatku menyesal di kemudian saat.
"Baik, kita sekamar!"
Ia yang awalnya tertawa tiba tiba merubah wajahnya menjadi serius dan memandangku dengan bingung. Ia pun mulai menyentuh dahiku dan membuatku semakin kesal....
<
Violetta's pov Aku mulai menerima lumatan dari Davin perlahan dan membalasnya. Entah kenapa, aku merasa bahwa tubuhku terasa panas dan bergairah. Setelah agak lama berciuman, ia mulai melepaskannya dan membuatku menghirup udara sebanyak banyaknya. Namun, masih tak sampai disana, ia mulai mencium leherku dan menurun hingga ke dadaku. Ia mulai membuka satu persatu kancing bajuku dan menatapku sebentar meminta persetujuan. Aku pun mulai mengarahkan tangannya memasuki bajuku sebagai tanda persetujuan. Setelah lama bergerumul dengannya, kukeluarkan desahku tanpa sengaja dan dengan segera, aku mulai diam dan menekukkan wajahku . Kami berdua memiliki jarak yang sangat dekat sekarang dan bahkan tidak ada sehelai benang pun yang membatasi kita berdua. "Jangan tekukkan wajahmu. Pandangi aku," ujarnya dengan lembut dan suaranya yang cukup rendah memas
Selamat siang readers... mon maap lama updatenya. Sebelumnya lagi ngurus kontrak karya. Makanya agak lama. sekian, selamat membaca dan salam sehat bagi semuanya.....Violetta's pov "Namun, saya memiliki persyaratan untuk investasi ini," ungkapnya dan mulai mengeluarkan selembar kertas yang telah berisi tulisan dan materai. Aku pun mulai memperhatikan dengan saksama kertas itu dan setelah selesai, aku langsung menandatangani kertas itu. Persyaratan itu cukup mudah untuk kutangani sehingga aku berani mengambil risiko. Setelah selesai, aku mulai disuguhi resep oleh pelayan dan mulai memesan crepes suzette yang dari banyak jenis crepes . Ia juga memesan waffle Batavia sebagai pendampingnya lalu mulai menatapku setelah pelayan yang menulis pesanan pergi. "Aku cukup terkesan denganmu. Siapa namamu?" Tanyanya dengan senyum tipis. &
Violetta's pov " kamu kenapa malam malam kesini?" Tanyaku padanya dengan bingung. "Aku udah mau ke Bali besok siang, mau pamitan dulu. Abang mana?" Tanyanya dan kubalas dengan gelengan. "Ia masih di kantor," balasku. "Baik, kak sampaikan salamku padanya ya." "Siapp," balasku dengan tertawa kecil. Aku dengan segera dipeluk olehnya dan mulai membalas pelukannya serta menampakkan senyum. "Hati hati ya," timpalku dan dibalas dengan anggukan darinya. Kami pun bercipika cipiki sebagai perpisahan dalam waktu yang terbilang singkat dan setelah selesai, ia mulai meninggalkan ku . Aku dengan sigap menutup pintu rumah lalu masuk ke dalam. Setelah itu, aku kembali menunggu kedatangan Davin
Violetta's pov Tampak sesosok laki laki yang berdiri di dekat jendela membelakangiku terlihat seolah olah sedang menungguku, aku menjauhkan gagasan yang menjulang dan berputar di ingatanku . mulai kulangkahkan kakiku pada arahnya berdiri. Ketika aku mendekatinya, ia berbalik dan wajahnya tidak sesuai dengan ekspetasiku. "Han, Davin mana?" "Itu tidaklah penting," balasnya padaku dengan datar. "Ini sangat penting bagiku. Tolong katakan Han.. dimana Davin!" Tanyaku dengan tercekat padanya. "Dia..." ucapannya yang lama dan menggantung membuatku semakin cemas dan mulai mendekat padanya. Dengan segera aku mengangkat kedua lenganku dan mengarahkannya ke lengan Rio. Lalu aku menahannya dengan erat. "Seriusan Han! Jangan lama lama!" Hardikku dengan panik dan masih menarik lengan bajunya. "Maafkan aku. Aku tak bisa memberitahumu," balasnya dan dengan segera melangkah ke tempat duduk Davin lalu mengerjakan file. Melihat tindak tanduknya yang tak biasa se
Davin's povKupandangi wajahnya yang bergeser mengalihkan pandangannya melihat ruang ICU lalu melihatku kembali. Ia pun meletakkan tangannya ke bahuku dan tersenyum kecil."Tidak perlu, aku akan mengurus perusahaanmu dan milikku saja.""Kau saja yang menemaninya. Orang sepertiku tidak pantas bersamanya," ujarnya sembari berbalik dan menjalankan kakinya menuju ke luar. Aku pun memandangnya yang mulai menjauh lalu duduk kembali.Aku mulai memutuskan bahwa aku akan menceritakan kejadian itu padanya setelah ia bangkit. Aku pun duduk dan mencerna perkataan yang akan kuucapkan padanya, tanpa kusadari bahwa aku tertidur hingga seorang dokter menyadarkanku."Tuan.."Tuan..."Dengan segera, aku menatapnya dan langsung berdiri. Aku menajamkan pandanganku dan memandangnya dengan tatapan bertanya."Bagaimana keadaannya?" Tanyaku.
Malam semuanya.... maaf ya lama update ceritanya. Semoga kalian bisa menikmati karya ini. Salam sehat dan tetap di rumah....Davin's povAku dengan cekatan melepaskan tangannya dengan pelan dan mulai memencet bel di belakang ranjangnya. "Bertahanlah...." harapku pada wanita di sebelahku ini..Dalam beberapa menit, mulai masuk seorang berpakaian putih yang didampingi seorang suster dan berlalu lalang mengecek keadaan istriku. Setelah itu, dengan segera ia memerintahkan suster di sampingnya agar pergi dan memanggil beberapa orang. Aku pun langsung bertanya padanya."Apa yang terjadi dengannya?" Ucapku dengan cemas."Sepertinya ia mengalami pendarahan subdural," balasnya dan mulai terdengar langkah beberapa orang yang masuk ke dalam. "apakah telah dilakukan CT Scan sebelumnya?" Tanyanya pada dokter yang sebelumnya melakukan operasi pada istriku."I
Hai semuanya... ini chapter selanjutnya ya.. makasih udah mau menunggu cerita saya selama ini dan selamat membaca...Davin's pov"Kami telah berusaha semampu mungkin, namun karena keadaannya terlampau parah... ia akan mengalami koma dan bahkan bila ia terbangun dari kondisi ini. Kami menduga bahwa akan terjadi kerusakan pada salah satu bagian tubuhnya baik permanen maupun sementara," ungkap dokter itu dengan raut wajah lelah."Baik, apakah sekarang ia dapat dikunjungi?" Tanyaku balik."Boleh, namun hanya boleh 2 orang dan bergantian bila lebih dari 2 orang.""Makasih dok," jawabku sembari diikuti oleh langkahnya yang menjauh dari sini.Dengan cepat, aku memasuki ruangan itu dan berganti baju sebelum mendekati istriku. Ketika telah selesai, aku mulai mendekati Violetta dan melihat bahwa berbagai alat terpasang pada tubuhnya. Hanya deru nafas dan suara mesin medis yang menggema ke seluruh ruangan dan menghiasi pendengaranku
Davin's pov"Ta, apa kau tahu? Aku bermimpi aneh tadi sore ketika keluar dari ruangan dan memejamkan mataku sejenak.""Seorang gadis terlihat mirip sekali sepertimu dan tampak bahwa ia sedang mengalami suatu masalah dari raut wajahnya. .. sebuah cermin juga terlihat di sana dan menarik perhatian diriku.""Ketika aku mengesernya, cermin itu dapat memperlihatkan berbagai hal hal yang sedang terjadi dan sebelumnya telah terjadi. Namun, aku tak dapat menggesernya ke masa depan.." ucapku panjang lebar pada wanita di sampingku yang tak merespon ataupun menggerakkan secuil pun anggota tubuhnya.Walaupun aku mungkin tahu mungkin saja ia tak akan mendengarkanku karena kondisi dirinya yang dapat terbilang lebih dari sekadar sekarat dan bahkan nyawanya bisa saja kapanpun terangkat secara tiba tiba... Aku mulai bangkit dan membaringkan tubuhku di sebuah sofa keras. Aku mulai memejamkan mataku yang