LOGINAnaya tak menyangka, suami yang selama ini dikira mencintainya sehidup semati justru berkhianat di belakang. Bahkan dengan teganya menusuk dirinya sendiri hanya karena Anaya mengusir selingkuhan suaminya dan mempermalukannya di depan orang banyak. Saat sekarat, pengakuan suaminya sungguh membuat Anaya terkejut. Penyesalan dalam hati memuncak hingga takdir memberi Anaya kesempatan hidup kedua demi memperbaiki suaminya. Lantas, seperti apa pembalasan Anaya terhadap Suaminya dan bagaimana Anaya bisa lepas dari takdir buruk yang menimpah dimasa lalu. Akankah dia bisa melakukannya?
View MoreBibir Anaya memuntahkan dar-ah, tubuhnya menjadi lemas. Namun yang paling menyedihkan adalah dirinya ditusuk oleh suaminya sendiri.
"Aku sudah ingatkan kamu tidak menyentuh Fenny. Meski dia hanya selingkuhan, tetapi aku jauh lebih mencintainya!" Bentak Bram sambil terus menusuk tubuh Anaya semakin dalam. "Akhhh..." "Aku sudah lama ingin melenyapkanmu, hanya saja diriku kasihan karena kamu sedang mengandung. Tetapi kali ini kamu sudah kelewatan batas!" Teriak Bram, suaranya semakin menggema. Saat itu, tangan Anaya terkepal keras. Hatinya semakin menjerit kesakitan, suaminya benar-benar tega membunuh dirinya dan calon anaknya hanya karena Anaya mengusir Fenny dari rumah. Padahal rumah ini milik Anaya seutuhnya, rumah yang diberikan langsung oleh orang tuanya. "Mas, sepuluh tahun kita menikah dan baru kali ini diriku hamil, tetapi kamu malah..." Dengan suara lemah, Anaya berusaha menyampaikan keluh kesannya. Tetapi tatapan Bram sama sekali tidak iba, bahkan manik matanya selalu menampilkan kebencian mendalam. "Anaya, asal lamu tahu sesuatu, dirimu tidak berharga bagiku dibandingkan Fenny!" Bisik Bram dengan suara ditekan. Setelah mengatakannya, dia pergi seolah tidak terjadi apa-apa, meninggalkan Anaya yang merintih kesakitan. "Aku menyesal, Mas. Aku pikir selama ini kamu mencintaiku hanya saja sulit mengungkapkan semua itu, andai aku tahu lebih awal jika Fenny adalah orang yang kamu suka, mungkin aku akan membiarkanmu bersamanya." Ujar Anaya sambil memejamkan kedua matanya. Dirinya perlahan mulai kehilangan kesadaran dan tiba-tiba... BOOMM... Anaya kaget dirinya kembali hidup sepuluh tahun lalu saat Bram melamarnya di depan teman-temannya. Bahkan ini sama persis dengan apa yang Anaya alami waktu itu. "Apa aku bereinkarnasi? Mungkinkah diriku diberi kesempatan hidup demi memperbaikinya?" Gumam Anaya sambil melihat sekeliling. Dan matanya menangkap sosok yang tidak asing baginya. "Diakan.." "Anaya, kau mau kan menikah denganku?" Tanya Bram dengan senyum licik. Bahkan bunga mawar yang disodorkannya hanyalah bunga mawar murahan yang dia pungut di pinggir jalan. Dulu, meskipun Anaya tahu fakta tentang Bram, tetapi dirinya masih menutup mata karena yakin penampilan serta barang tidak masalah bagi Anaya. Dan justru karena kemurahan hati inilah akhirnya Anaya dimanfaatkan oleh Bram. "Menikah denganmu? Jangan mimpi!" Ujar Anaya dengan tegas. Saat itu, semua mata tertuju pada Anaya. Wajah yang tersenyum kini berubah menjadi bingung. Setau mereka, Anaya sudah menunggu lama momen ini. "Anaya, kau bilang apa?" Bram sendiri bingung, mulai bangkit dengan wajah memerah. "Kau punya telinga kan?" Balas Anaya balik dengan acuh tak acuh. Kedua tangannya mulai melipat tepat didepan dada. "Ha, jangan bercanda. Kau hanya marah karena aku telat datang kan? Anaya, aku sudah bilang dari tadi, aku habis mengantar Fenny. Kakinya keseleo tadi makanya telat datang!" Ujar Bram dengan senyum yang kembali memancar. Mengira jika Anaya hanya bermain dengannya. "Jadi bagaimana Anaya, kapan kita menikah? Jika orang tuaku datang ke rumahmu, mereka tidak akan keberatan kan jika aku hanya memberi mahar 100.000 saja?" Lanjut Bram dengan wajah sombongnya. Dia yakin sekali jika Anaya tidak mempermasalahkan ini karena tahu Anaya cinta mati dengannya. "Maaf, 100 ribu? Apa aku salah dengar? Aku adalah anak orang kaya di kota ini Bram. Kau seakan mempermalukan dirimu sendiri. Aku pikir kita tidak sebanding!" Balas Anaya dengan tersenyum mengejek. Bram kali ini geram mendengar perkataan Anaya. Bahkan teman-teman yang lain mulai mencemoh dirinya. "Anaya, ini bukan dirimu?" Bujuk Bram berusaha menjaga emosinya agar tetap stabil. Namun, Anaya malah menepis tangan Bram dan mundur satu langkah untuk tidak dekat dengan Bram. "Lalu seperti apa? Apa aku harus mau menerima kamu sebagai suamiku meski tahu kamu hanya mengincar hartaku?" Anaya menatap jijik pria di hadapannya. Entah kenapa dirinya bisa mencintai pria menyebalkan itu di kehidupan sebelumnya. "Lagian, aku tidak sudi menikahi pria yang lebih mementingkan wanita lain daripada kekasihnya sendiri!" Dulu, Anaya begitu bodoh karena memilih Bram sampai mempermalukan dirinya sendiri, memutuskan hubungan dengan keluarga besarnya, namun pada akhirnya dibuat menderita oleh lelaki pilihannya. "Lalu, jika Anaya tidak menikah dengan Bram, dia akan menikah dengan siapa?" "Iya benar, bukannya hari H sudah ditetapkan?" "Halah, pasti Anaya hanya bercanda. Sementara kita tahu sendiri, dia itu cinta mati terhadap Bram!" Umpatan teman-teman yang seakan memandang Anaya sebelah mata. Ya, tentu. Di kehidupan lalu, Anaya bahkan rela menjadi pesuruh Bram, membiayai semua kebutuhan Bram termasuk selingkuhan Bram. "Sudahlah, Anaya. Katakan saja jika kamu menerima lamaran ku. Maka semua aku anggap selesai. Setelah itu saatnya kita pilih baju pengantin. Minggu depan kan kita sudah menikah?" Ucap Bram berusaha membujuk. "Aku tahu kamu tidak bisa lepas dariku, hanya karena cemburu dengan Fenny sampai membuat masalah seperti ini. Asal kamu tahu Anaya, aku sebenarnya tidak ingin menikah denganmu. Tetapi kamu terus memaksaku, aku harus bagaimana lagi?" Lanjut Bram semakin merendahkan Anaya. "Aku tidak akan menikah denganmu, sekali lagi aku tegaskan!" Ucap Anaya yang berjalan pergi menjauhi kerumunan. Dia muak melihat tingkah Bram yang penuh sandiwara dan teman-temannya sama sekali tidak berguna. Setelah menjauh, Anaya mulai menenangkan diri. Menatap sekeliling yang mengingatkan dirinya akan masa lalu. Di tempat ini merupakan tempat favoritnya semasa hidup. Kenangan masa kecil yang selalu bertengkar dengan Ridho, mantan pacarnya yang dia tinggalkan demi mengejar Bram, si breng-sek itu. "Aku jadi kangen dengannya!" Ujar Anaya sambil tersenyum tipis. Dia tahu, Ridho mendadak menghilang dari hidupnya setelah dirinya resmi menikah dengan Bram. Namun, suara telepon membuat Anaya kaget. "Anaya, kamu harus segera pulang. Orang tua Bram datang ke rumah dan terus mendesak pernikahan. Mama tidak bisa berbuat banyak, kata mereka kamu yang menyuruh mereka datang." Ujar Mama Andita dengan panik diseberang telepon. "Apa?" Anaya benar kaget, kenapa bisa secepat ini. Seharusnya 2 hari lagi orang tua Bram datang ke rumahnya. Tetapi kali ini lebih cepat yang di pikirkan."Anaya keluar kamu!" Ketukan dan teriakan dari luar rumah membuat ketenangan Anaya seketika terganggu. Terlebih hari ini Anaya sedang sendiri di rumah, menikmati waktu luangnya. Lagi-lagi Bram kembali datang dan mencari masalah. Bukan hanya itu, Fenny tampak senang melihat Bram memasang wajah marah."Kak Bram, aku jadi takut. Bagaimana jika Anaya tidak mau mengembalikannya?" Ucap Fenny dengan ekspresi yang berubah drastis. Tampak kesedihan yang begitu mendalam dari balik wajahnya.Anaya sejujurnya malah membuat keributan, tetapi jika dirinya tidak muncul ketenangannya akan terus diganggu. Dia pun bermaksud mengusir Bram bersama Fenny, tetapi ketika membuka pintu...Plak...Anaya kaget sampai kedua matanya melotot. Tidak menyangka akan mendapat tamparan keras secepat ini.PLAK.. PLAK..Dua tamparan khas mendarat di pipi Bram, wajah Anaya kini memerah. Bahkan Fenny sampai membuka mulut ketika melihat Anaya dengan berani menampar Bram."Anaya... Kau?!" Seketika emosi Bram memuncak, ber
Setelah pernikahan Anaya selesai, Ridho terus menatap Anaya seolah tak percaya dirinya telah menikahi Anaya, wanita yang selama ini dia idamkan sekaligus mantan pacarnya."Sampai kapan kau terus menatapku?" Ucap Anaya yang mulai menahan malu terus di tatap dari dekat oleh suaminya."Aku hanya tidak percaya, apa ini mimpi?" Ucap Ridho sambil menepuk pipi Anaya dengan lembut.Mereka berdua pun saling menatap satu sama lain, Anaya sekilas melihat manik mata yang selama ini dia rindukan. Manik mata Ridho yang selalu perhatian padanya meski Anaya cuek dan acuh tak acuh karena sibuk memikirkan Bram."Tapi Anaya, sejak kapan kamu mulai menyukaiku?" Tanya Ridho yang penasaran sambil memegang erat tangan Anaya seolah tak ingin melepasnya."Sejak kamu menghilang!""Apa? Kapan aku menghilang?" Ridho tampak bingung, Namun Anaya hanya tersenyum melihat tingkahnya.Sebenarnya di kehidupan sebelumnya, setelah acara pernikahan sederhana Anaya dan Bram selesai, sejak saat itu Ridho menghilang dari hid
Hari pernikahan tiba, Anaya hanya menggunakan setelah biasa saja, sama persis di kehidupan lalu. Tidak ada keluarga yang datang, hanya Mama Anindita yang terus menangis melihat anaknya dari kejauhan. Anaya melangkah mendekati Mamanya, dia tahu persis apa yang ada dipikiran sang Bunda. "Ma, berhenti menangis. Ini hari bahagiaku," Bujuk Anaya, namun tangisan Mama Anindita semakin keras. "Ma, aku tidak akan menikah dengan Bram!" Lanjut Anaya yang tahu seperti apa ke khawatiran Anindita. "Lalu apa ini jika kamu tidak ingin menikahi Bram? Buat apa kamu mengadakan pesta pernikahan, Anaya!" "Calonnya bukan Bram lagi, Ma!" "Cukup, Nak. Sampai kapan kamu dibutakan dengan cinta. Ini semua salah, harusnya kamu mengerti, Anaya!" Mama Anindita bersuara dengan keras.Tidak lama datang rombongan Bram, mereka semua tampak memperhatikan gedung ini yang tampak sederhana. Lalu tiba-tiba, wajah Bram menjadi tidak puas."Kau bahkan tidak mendekor pernikahanmu seindah yang aku harapkan," Ujar Bram s
Bram kini membawa teman-temannya ke rumah Anaya, disini dirinya akan membuat rencana besar. Beberapa orang sangat antusias menantikan adegan seru karena Bram masih nekad menemui Anaya meski sudah di tolak sebelumnya.Namun, tampak seseorang yang begitu gelisah, manik matanya terus melirik ke arah Bram, memutar malas seolah dirinya tidak senang. Bahkan ekspresi dan raut wajahnya menampilkan semua kegelisahan itu. Dia pun maju melangkah menghampiri Bram, dari lubuk hati terdalamnya muncul rasa iri yang begitu besar terhadap Anaya. Semakin dipikir, semakin marah dirinya."Kau tampak senang?" Tanya Fenny langsung, mulai tak tahan. "Kau tidak lihat begitu penurutnya Anaya padaku. Aku jamin setelah menikah nanti, Anaya akan terus seperti itu." Ujar Bram dengan penuh percaya diri. Benar-benar meremahkan Anaya."Apasih yang kau sukai dari wanita itu?" Guman Fenny yang tidak bisa melawan, hanya terdiam sambil melipat kedua tangannya tepat di depan dada menunggu munculnya sosok Anaya, sosok
"Aku sudah mengurus semuanya, tolong berikan uang senilai 100 juta padaku!" Perintah Pak Arsyad dengan suara mengancam. "Atas dasar apa aku memberikannya, Pak?" Tanya balik Mama Anindita dengan wajah kesal. Dia paling benci di manfaatkan seperti ini oleh orang miskin. Meskipun dirinya sering membantu, tetapi dipaksa untuk membantu membuat dirinya tidak terima. "Anak ibu yang memaksa kami menikahkan anak kami padanya. Anda tahu sendiri, kami belum siap dan belum punya tabungan. Tetapi, dia berjanji akan membayar lunas semua biaya pernikahan bahkan menjanjikan uang 100 juta padaku!" Bu Larissa menyela, menjelaskan detailnya. Mama Anindita syok parah mendengarnya, mulutnya sampai terbuka membentuk oval. "Anaya!" Teriaknya dengan keras. Saat itu Anaya sudah tiba, dia panik melihat Mama nya yang emosi. Anaya tahu, di kehidupan sebelumnya Mama nya syok parah sampai terkena serangan jantung. Karena itu Anaya dibenci semua orang di keluarganya hingga terpaksa mempertahankan pernikah
Bibir Anaya memuntahkan dar-ah, tubuhnya menjadi lemas. Namun yang paling menyedihkan adalah dirinya ditusuk oleh suaminya sendiri. "Aku sudah ingatkan kamu tidak menyentuh Fenny. Meski dia hanya selingkuhan, tetapi aku jauh lebih mencintainya!" Bentak Bram sambil terus menusuk tubuh Anaya semakin dalam. "Akhhh..." "Aku sudah lama ingin melenyapkanmu, hanya saja diriku kasihan karena kamu sedang mengandung. Tetapi kali ini kamu sudah kelewatan batas!" Teriak Bram, suaranya semakin menggema. Saat itu, tangan Anaya terkepal keras. Hatinya semakin menjerit kesakitan, suaminya benar-benar tega membunuh dirinya dan calon anaknya hanya karena Anaya mengusir Fenny dari rumah. Padahal rumah ini milik Anaya seutuhnya, rumah yang diberikan langsung oleh orang tuanya. "Mas, sepuluh tahun kita menikah dan baru kali ini diriku hamil, tetapi kamu malah..." Dengan suara lemah, Anaya berusaha menyampaikan keluh kesannya. Tetapi tatapan Bram sama sekali tidak iba, bahkan manik matanya se












Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments