Share

91. Akbar: Menantang Angin

Kututup pintu kamar dengan seluruh punggung. Benar-benar tak disangka, Alisha merespon berita ini lebih buruk dari dugaanku.

Kuempaskan punggung ke kasur. Kata Ayah, Ibu dulu suka melakukan ini setiap kali tiba di kamar. "Kecuali waktu hamil kamu. Perutnya udah terlalu besar, jadinya Ayah yang disuruh menggantikan." Beliau menceritakannya sambil tertawa, padahal aku tahu kerinduan pasti meremas hatinya.

Kuraih bantal dan kudekap erat. Alisha masih di kamar sebelah dan aku sudah merindukannya.

Kupejamkan mata. Makin dipikirkan, makin berat terasa. Jangankan menjalani prosesi ijab kabul dengan makhluk itu, bertemu muka saja rasanya aku tak sanggup. Bukan karena takut, tetapi aku khawatir tergoda untuk membunuhnya.

Aku ingin tahu, bagaimana pendapat Naila. Apakah dia bisa m

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status