Home / Fantasi / Balada Ming Yuan / Pria Tampan Dengan Rupa Sedingin Es

Share

Pria Tampan Dengan Rupa Sedingin Es

Author: Zhang A Yu
last update Huling Na-update: 2022-12-12 22:03:18

Seseorang akan membuka pintu kayu nan usang itu. Ming Yuan dengan cepat mengesot mundur.

Kriettt

Pintu berderit. Cahaya putih dari rembulan seketika menyeruak. Ming Yuan kontan berpaling seraya menutup mata dengan sebelah tangan.

Saat yang sama, ia melihat bayang-bayang hitam berkibar laksana sayap burung Phoenix.

Ming Yuan berpikir itu adalah Dewa kuno, yang katanya akan turun menjumpai rakyat menderita.

Ming Yuan termasuk. Hatinya bersorak. Cepat-cepat ia bersujud penuh hormat tanpa melihat rupa yang datang.

"Ming Yuan memberi salam pada Dewa Agung. Dewa Agung mohon lepaskan Ming Yuan dari penderitaan ini."

Suara Ming Yuan kecil tapi lembut selayaknya gadis muda. Meski demikian, suara itu mampu membuat seseorang di depannya tersentuh hingga ia berangsur jongkok, mengulurkan tangan seputih salju dan selembut sutra.

Di balik sujud, Ming Yuan dapat mencium aroma manis dari bunga anggrek. Hidungnya mengendus-endus sebelum ia memberanikan diri mengangkat wajah lalu menemukan seorang pria tampan bak lukisan.

"Ha!" Ming Yuan terkejut. Sedetik kemudian, sorot ketakutan memenuhi pandangannya.

Pria tampan bagai lukisan itu adalah Zhuge Yue. Ia merupakan Pangeran ketiga yang dinobatkan menjadi Pangeran penerus.

Rupanya yang tampan sudah terkenal seantero. Sikapnya yang tenang ibarat ciri khas pria itu. Dan permainan serulingnya di malam hari telah melegenda, menjadi tanda kehadiran dirinya di segala tempat.

"Apa kau ingin membunuhku?" Ming Yuan kemudian memberanikan diri bertanya. "Jika iya, tolong lakukan sekarang juga!"

Perasaan takut menguap bak ditelan musim panas. Ming Yuan sedikit mencondongkan tubuh dengan tatapan penuh harap.

Ketenangan wajah Zhuge Yue terusik. Ia menarik uluran tangannya, serta memperlihatkan kerutan halus di kening.

Selama 19 tahun hidup, baru kali ini Zhuge Yue bertemu perempuan yang secara sukarela menyerahkan nyawa. Hal ini tentu langka. Dan karena dianggap langka, tiap-tiap sudut bibir Zhuge Yue terangkat, meninggalkan segurat senyuman tipis.

"Shang Que!" Zhuge Yue menyebut nama seseorang. Seseorang yang dipanggil pun muncul tiba-tiba di belakangnya.

Ming Yuan mengerjap. "Si---siapa kalian?"

Zhuge Yue tak menjawab pertanyaan Ming Yuan. Zhuge Yue justru meminta Shang Que, yakni pengikut setianya, untuk membawa Ming Yuan keluar.

"Bawa perempuan ini ke Istana harem!"

"Baik."

Zhuge Yue lekas berdiri mengibaskan lengan jubah yang menjuntai nyaris mencium tanah. Lalu, berbalik mengayunkan langkah seraya melipat satu tangan di balik punggung. Sementara Shang Que melangkah masuk. Kemudian menarik lengan Ming Yuan yang masih tidak mengatakan apapun setelah pertanyaan kali terakhir tadi.

***

Zhuge Yue membuat semua penghuni istana harem bangun di tengah malam begini. Bukan hanya itu, Zhuge Yue juga mengumpulkan semua Selir hanya untuk mengatakan beberapa kata mencengangkan.

"Mulai sekarang ia adalah wanitaku! Siapa yang menghalangi, ia akan berhadapan denganku!"

Keesokan harinya, kabar tersebut sampai ke telinga Kaisar. Kaisar langsung memanggil Zhuge Yue ke aula pengadilan.

"Pangeran penerus, Pangeran Zhuge Yue memasuki aula!!!"

Ketika Zhuge Yue datang, ia disambut gonjang-ganjing tak sedap dari para pejabat. Dirinya disebut anak perebut gundik Kaisar.

Sikap Zhuge Yue seperti biasa. Selalu setenang air. Menghidupkan juga mematikan.

Lima zhang di hadapan Kaisar, Zhuge Yue bersimpuh duduk lalu bersujud menghormati. "Pangeran ketiga memberi salam pada Ayahanda."

"Bangun." Suruh Kaisar.

"Terima kasih, Ayahanda." Zhuge Yue beranjak bangun tapi belum sepenuhnya bangun, salah seorang pejabat menunjuk Zhuge Yue secara keji.

"Tunggu dulu, Pangeran penerus."

Zhuge Yue urung bangun. Ia tetap bersimpuh duduk dengan kepala lurus ke depan seolah lekat memperhatikan undukan anak tangga menuju Kaisar.

"Ampun, Paduka." Pejabat tadi memberi hormat sesaat. "Sebagai Guru Pangeran, hamba sangat merasa bersalah atas tindakan ceroboh Pangeran. Untuk itu, biarkan Pangeran terus seperti ini sebagai hukuman, dan hamba akan mengikutinya."

Tanpa disetujui, pejabat yang termasuk Guru Zhuge Yue pun ikut serta duduk bersimpuh.

Sekarang bukan hanya Zhuge Yue yang dibicarakan para pejabat tapi juga Guru Zhuge Yue sendiri.

"Bangunlah Guru Kekaisaran, ini bukan salahmu!" Kaisar akhirnya meminta Guru Pangeran bangun, tetapi sang Guru malahan menggeleng diselimuti perasaan bersalah.

"Tahun demi tahun berlalu, Hamba selalu menerima hukuman dari setiap kesalahan murid hamba. Hal ini tetap berlaku walau murid itu seorang Pangeran penerus."

Kaisar memahami niat hati Guru Kekaisaran. Namun, Zhuge Yue sama sekali tak tersentuh atau setidaknya meminta Gurunya bangun, karena semua kesalahan adalah miliknya sendiri.

"Zhuge Yue! Minta Gurumu bangun! Jangan seret dia dalam masalahmu!" tegur Kaisar.

Zhuge Yue bergeming. Ekspresinya tak juga berubah. Kaisar yang kesal lantas secara asal mengambil dokumen dan melemparkannya pada Zhuge Yue.

"Anak durhaka!"

Ujung dokumen mengenai lutut Zhuge Yue. Rasanya ngilu tapi ekspresi Zhuge Yue seolah sudah permanen. Tak secuil pun goyah meski sekelebat mata.

"Hanya kau seorang yang bersalah dan sekarang kau ingin menyeret Gurumu juga!" pekik Kaisar.

Zhuge Yue menggeleng. "Ananda tidak pernah menyeret maupun membela Guru. Sebaiknya Guru yang sadar sendiri."

Perkataan Zhuge Yue sangat menjengkelkan. Sekarang bukan hanya Kaisar saja yang marah tapi juga sebagian Pejabat di ruangan itu.

"Zhuge Yue!!!" Kaisar hampir melempar dokumen sekali lagi, tetapi Kasim Li lekas menghalangi.

"Paduka, Paduka, mohon tenang Paduka, mohon tenang."

Kaisar membanting dokumen tersebut. Dari sanalah terekspos tulisan dari pejabat desa. Kaisar tak sengaja membaca.

Paham apa yang dimaksud, Kasim Li cepat-cepat mengambil dokumen tadi dan menyerahkannya kembali pada Kaisar.

[Perbintangan mengatakan, kelahiran Ming Yuan adalah berkah terbaik untuk pasangannya. Kami berharap, keberkahan itu selalu menyertai Paduka]

Begitulah isi sepenggal dokumen tersebut. Dan untuk memastikan, Kaisar meminta Kasim Li mendekat lalu bertanya secara bisik-membisik.

"Siapa nama Selir baru itu?"

"Menjawab, Paduka. Ming Yuan nama Selir itu. Ming nama keluarganya dan Yuan nama panggilannya."

Kaisar mengangguk. Kasim Li mengambil posisi berdiri seperti semula. Setelah itu, Kaisar meminta Menteri pengadilan untuk menentukan hukuman terbaik bagi kesalahan Zhuge Yue.

"Terima kasih atas kepercayaan Paduka." Menteri pengadilan melangkah maju dengan elegan. "Selama ini Pangeran penerus selalu membuat kesalahan, tetapi Paduka telah berbaik hati tidak memberinya hukuman. Oleh karena itu, hukuman terbaik untuk Pangeran penerus adalah diasingkan selama periode waktu tertentu di Pagoda tepi danau Angle."

Para pejabat tercengang.

"Itu Pagoda Angle, tempat ibadah yang dikosongkan selama ratusan tahun karena rumor banyaknya arwah penasaran menguasai Pagoda tersebut."

"Benar, kalau tidak salah, lebih dari seratus pertapa selama ratusan tahun lalu memilih bunuh diri di sana. Itu dinyatakan karena pengaruh para setan."

Kaisar memejamkan mata. Rasa-rasanya, ia keberatan dengan hukuman tersebut, mengingat Zhuge Yue adalah Pangeran penerus. Tapi jika Zhuge Yue tidak dihukum sedang rumor kesalahannya telah menyebar, maka bukan Kaisar yang namanya tercoreng melainkan Zhuge Yue sendiri. Selain itu, Kaisar pun akan dianggap tidak kompeten karena tidak bisa bersikap adil.

"Paduka, jika Paduka tidak keberatan, silahkan beri hamba persetujuan atau silahkan sanggah saran hamba," tambah Menteri pengadilan.

Kaisar membuang nafas panjang. Walau berat, ia terpaksa menyetujui. "Hukuman diterima! Pangeran ketiga, Pangeran penerus Zhuge Yue dijatuhi hukuman pengasingan selama satu tahun untuk introspeksi diri di Pagoda Angle!"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Balada Ming Yuan   Di Akhir Penyamaran Panjang.

    Berkat bantuan Zheng Xuan, Ming Yuan berhasil melarikan diri melalui jalan rahasia yang sebenarnya juga diketahui Ming Yuan oleh Zhuge Yue.Ming Yuan terbiasa menggunakan penyamaran. Gadis itu melewati beberapa hal sulit tapi bagusnya ia tidak tertangkap. Tempat pertama yang Ming Yuan datangi adalah pondok bambu, di sana ia mencari Zhuge Yue di danau yang dingin tapi Ming Yuan tidak menemukan apapun selain anak panah yang patah dan pedang miliknya.Sekarang adalah hari ketujuh setelah kejadian kali terakhir itu, kemungkinan besar Zhuge Yue telah dimakan binatang dalam danau. Entah buaya atau mungkin ikan besar.Ming Yuan hilang harapan. Gadis kecil itu kini merasa sendiri, dan ia juga tidak menemukan Shang Que. Ming Yuan pada akhirnya pergi ke kota Chang'an. Dengan sisa uang yang ia miliki, ia membeli sebuah rumah yang dijadikan sebagai penginapan, sekaligus ladang bisnisnya.Bulan demi bulan berlalu. Ming Yuan terlihat bahagia di depan semua orang tapi sebenarnya ia sangat menderit

  • Balada Ming Yuan   Pengepungan di Hutan Bambu.

    Jenderal Song memberikan semua botol keramik yang didapat dari kediaman Zhuge Yue ke Tabib istana.Dalam waktu singkat, Tabib istana dapat mengemukakan kalau botol botol keramik itu berisi racun sekaligus penawaranya.Hal ini membuat Jenderal Song terkejut, karena seorang Zhuge Yue yang tidak pernah ingin terlibat urusan dengan orang lain, kenapa bisa membuat racun seperti ini.Fakta lain, saat bersamaan juga terkuak. Itu tentang obat penggugur kandungan yang dibuat oleh Zhuge Yue dari tanaman di hutan pagoda angle.Tentu saja Jenderal Song menjadi naik darah. Jenderal Song kemudian berpikir, kemungkinan besar Zhuge Yue dan Ming Yuan adalah dalang dibalik semua kekacauan. Jadi Jenderal Song mengerahkan banyak prajurit untuk menggeledah kediaman Zhuge Yue, dan tidak sampai satu hari, mereka menemukan banyak petunjuk mulai dari pakaian gelandangan yang pernah Zhuge Yue dan Ming Yuan pakai, bubuk pemerih mata yang juga pernah Ming Yuan tabur di rumah bordil, dan terakhir adalah sepasang

  • Balada Ming Yuan   Meninggalkan Ibu Kota.

    Zhuge Yue mengibaskan tangan. "Ah, ngomong-ngomong, aku telah mengambil keputusan, aku akan pergi mengasingkan diri di pondok bambu yang pernah aku buat.""Ini—" Shang Que hendak mengatakan sesuatu tapi mulutnya berakhir sedikit terbuka lalu mengatup rapat. Meski Shang Que tidak mengetahui isi pikiran Zhuge Yue yang paling dalam, tetapi Shang Que tahu jika Tuannya itu telah mendapat apa yang ia inginkan. Dalam artian, semua urusan sudah berakhir jadi wajar bila Tuannya ingin mengambil keheningan di tempat yang jauh. Hanya saja, Tuannya ini seorang Pangeran, apakah tidak terlalu aneh jika seorang Pangeran tidak menginginkan tahta? "Persiapkan keberangkatan kita, Shang Que," lanjut Zhuge Yue.Shang Que mengangguk patuh. "Baik, Pangeran.""Tolong siapkan kuda juga, aku ingin pergi ke istana.""Baik, Pangeran." Shang Que selalu patuh. Ia bergegas pergi mempersiapkan kuda milik Zhuge Yue.Dan sekitar satu shichen kemudian, Zhuge Yue tiba di istana atau tepatnya di aula pribadi Kaisar."P

  • Balada Ming Yuan   Balasan Dari Zhuge Yue.

    "Aaaa!"Jeritan disertai tangisan memecah keheningan kediaman Jenderal Song Wei. Para Pelayan berlari kalang kabut dari segala arah."Nyonya mengalami pendarahan! Cepat hubungi Jenderal Song, dan panggilkan Tabib!" Aba-aba diserukan.Beberapa Pelayan keluar kediaman menggunakan kereta kediaman, dan sisanya mengatasi Yin Ran yang menjerit kesakitan sambil terus menangis."Dimana Tabib! Dimana Tabib! Panggilkan Tabib! Panggilkan!" seru Yin Ran disela sakit dan tangisannya."Tabib datang!" Pelayan lain berseru, beberapa Pelayan yang menemani Yin Ran segera menepi; memberi ruang Tabib memeriksa keadaan Yin Ran. Darah segar sudah menggenang di sprei kasur Yin Ran, juga sudah mengalir deras pada kaki wanita itu.Tabib menjadi sedikit tidak tenang. Tabib segera mengecek pergelangan tangan Yin Ran, dan segera pula memerintah semua Pelayan menyiapkan baskom dan kain bersih. "Siapkan air hangat dan kain bersih! Cepat!"Pelayan berlari keluar mengambil barang yang dimaksud. Pada saat yang sama

  • Balada Ming Yuan   Balasan Dari Zhuge Yue.

    "Aaaa!"Jeritan disertai tangisan memecah keheningan kediaman Jenderal Song Wei. Para Pelayan berlari kalang kabut dari segala arah."Nyonya mengalami pendarahan! Cepat hubungi Jenderal Song, dan panggilkan Tabib!" Aba-aba diserukan.Beberapa Pelayan keluar kediaman menggunakan kereta kediaman, dan sisanya mengatasi Yin Ran yang menjerit kesakitan sambil terus menangis."Dimana Tabib! Dimana Tabib! Panggilkan Tabib! Panggilkan!" seru Yin Ran disela sakit dan tangisannya."Tabib datang!" Pelayan lain berseru, beberapa Pelayan yang menemani Yin Ran segera menepi; memberi ruang Tabib memeriksa keadaan Yin Ran. Darah segar sudah menggenang di sprei kasur Yin Ran, juga sudah mengalir deras pada kaki wanita itu.Tabib menjadi sedikit tidak tenang. Tabib segera mengecek pergelangan tangan Yin Ran, dan segera pula memerintah semua Pelayan menyiapkan baskom dan kain bersih. "Siapkan air hangat dan kain bersih! Cepat!"Pelayan berlari keluar mengambil barang yang dimaksud. Pada saat yang sama

  • Balada Ming Yuan   Pengobatan Mengerikan.

    KrietttttPintu paviliun dibuka terburu-buru. Melihat darah menetes dari ujung jari Ming Yuan, Zhuge Yue tidak tahan mengikis jarak dan ia langsung meraih tangan Ming Yuan."Sudah aku bilang, kamu jangan terluka!" lirih Zhuge Yue penuh penekanan. Ming Yuan menggeleng. "Ini harus dilakukan supaya mereka tidak curiga padaku."Zhuge Yue menyibakkan tudung merah yang menghalangi pandangannya pada wajah Ming Yuan. Dan begitu tudung merah itu dibuka, Zhuge Yue dibuat tertegun akan kecantikan Ming Yuan, sekaligus pada bibir merahnya yang mengembang tipis. Zhuge Yue lantas menatap intens bola mata indah milik gadis kecil yang telah menjadi istrinya itu. Zhuge Yue yang sudah cukup lama tertarik dengan gadis kecil itu, pun segera merangkul juga mencium keningnya agak lama.Zhuge Yue selalu dingin, tetapi hal seperti ini yang diberikan selalu sukses membuat Ming Yuan merasakan kehangatan tersembunyi pria itu. Ming Yuan tanpa ragu membalas pelukan Zhuge Yue. Berhubung tingginya hanya sepundak Zh

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status