Share

Pria Tampan Dengan Rupa Sedingin Es

Seseorang akan membuka pintu kayu nan usang itu. Ming Yuan dengan cepat mengesot mundur.

Kriettt

Pintu berderit. Cahaya putih dari rembulan seketika menyeruak. Ming Yuan kontan berpaling seraya menutup mata dengan sebelah tangan.

Saat yang sama, ia melihat bayang-bayang hitam berkibar laksana sayap burung Phoenix.

Ming Yuan berpikir itu adalah Dewa kuno, yang katanya akan turun menjumpai rakyat menderita.

Ming Yuan termasuk. Hatinya bersorak. Cepat-cepat ia bersujud penuh hormat tanpa melihat rupa yang datang.

"Ming Yuan memberi salam pada Dewa Agung. Dewa Agung mohon lepaskan Ming Yuan dari penderitaan ini."

Suara Ming Yuan kecil tapi lembut selayaknya gadis muda. Meski demikian, suara itu mampu membuat seseorang di depannya tersentuh hingga ia berangsur jongkok, mengulurkan tangan seputih salju dan selembut sutra.

Di balik sujud, Ming Yuan dapat mencium aroma manis dari bunga anggrek. Hidungnya mengendus-endus sebelum ia memberanikan diri mengangkat wajah lalu menemukan seorang pria tampan bak lukisan.

"Ha!" Ming Yuan terkejut. Sedetik kemudian, sorot ketakutan memenuhi pandangannya.

Pria tampan bagai lukisan itu adalah Zhuge Yue. Ia merupakan Pangeran ketiga yang dinobatkan menjadi Pangeran penerus.

Rupanya yang tampan sudah terkenal seantero. Sikapnya yang tenang ibarat ciri khas pria itu. Dan permainan serulingnya di malam hari telah melegenda, menjadi tanda kehadiran dirinya di segala tempat.

"Apa kau ingin membunuhku?" Ming Yuan kemudian memberanikan diri bertanya. "Jika iya, tolong lakukan sekarang juga!"

Perasaan takut menguap bak ditelan musim panas. Ming Yuan sedikit mencondongkan tubuh dengan tatapan penuh harap.

Ketenangan wajah Zhuge Yue terusik. Ia menarik uluran tangannya, serta memperlihatkan kerutan halus di kening.

Selama 19 tahun hidup, baru kali ini Zhuge Yue bertemu perempuan yang secara sukarela menyerahkan nyawa. Hal ini tentu langka. Dan karena dianggap langka, tiap-tiap sudut bibir Zhuge Yue terangkat, meninggalkan segurat senyuman tipis.

"Shang Que!" Zhuge Yue menyebut nama seseorang. Seseorang yang dipanggil pun muncul tiba-tiba di belakangnya.

Ming Yuan mengerjap. "Si---siapa kalian?"

Zhuge Yue tak menjawab pertanyaan Ming Yuan. Zhuge Yue justru meminta Shang Que, yakni pengikut setianya, untuk membawa Ming Yuan keluar.

"Bawa perempuan ini ke Istana harem!"

"Baik."

Zhuge Yue lekas berdiri mengibaskan lengan jubah yang menjuntai nyaris mencium tanah. Lalu, berbalik mengayunkan langkah seraya melipat satu tangan di balik punggung. Sementara Shang Que melangkah masuk. Kemudian menarik lengan Ming Yuan yang masih tidak mengatakan apapun setelah pertanyaan kali terakhir tadi.

***

Zhuge Yue membuat semua penghuni istana harem bangun di tengah malam begini. Bukan hanya itu, Zhuge Yue juga mengumpulkan semua Selir hanya untuk mengatakan beberapa kata mencengangkan.

"Mulai sekarang ia adalah wanitaku! Siapa yang menghalangi, ia akan berhadapan denganku!"

Keesokan harinya, kabar tersebut sampai ke telinga Kaisar. Kaisar langsung memanggil Zhuge Yue ke aula pengadilan.

"Pangeran penerus, Pangeran Zhuge Yue memasuki aula!!!"

Ketika Zhuge Yue datang, ia disambut gonjang-ganjing tak sedap dari para pejabat. Dirinya disebut anak perebut gundik Kaisar.

Sikap Zhuge Yue seperti biasa. Selalu setenang air. Menghidupkan juga mematikan.

Lima zhang di hadapan Kaisar, Zhuge Yue bersimpuh duduk lalu bersujud menghormati. "Pangeran ketiga memberi salam pada Ayahanda."

"Bangun." Suruh Kaisar.

"Terima kasih, Ayahanda." Zhuge Yue beranjak bangun tapi belum sepenuhnya bangun, salah seorang pejabat menunjuk Zhuge Yue secara keji.

"Tunggu dulu, Pangeran penerus."

Zhuge Yue urung bangun. Ia tetap bersimpuh duduk dengan kepala lurus ke depan seolah lekat memperhatikan undukan anak tangga menuju Kaisar.

"Ampun, Paduka." Pejabat tadi memberi hormat sesaat. "Sebagai Guru Pangeran, hamba sangat merasa bersalah atas tindakan ceroboh Pangeran. Untuk itu, biarkan Pangeran terus seperti ini sebagai hukuman, dan hamba akan mengikutinya."

Tanpa disetujui, pejabat yang termasuk Guru Zhuge Yue pun ikut serta duduk bersimpuh.

Sekarang bukan hanya Zhuge Yue yang dibicarakan para pejabat tapi juga Guru Zhuge Yue sendiri.

"Bangunlah Guru Kekaisaran, ini bukan salahmu!" Kaisar akhirnya meminta Guru Pangeran bangun, tetapi sang Guru malahan menggeleng diselimuti perasaan bersalah.

"Tahun demi tahun berlalu, Hamba selalu menerima hukuman dari setiap kesalahan murid hamba. Hal ini tetap berlaku walau murid itu seorang Pangeran penerus."

Kaisar memahami niat hati Guru Kekaisaran. Namun, Zhuge Yue sama sekali tak tersentuh atau setidaknya meminta Gurunya bangun, karena semua kesalahan adalah miliknya sendiri.

"Zhuge Yue! Minta Gurumu bangun! Jangan seret dia dalam masalahmu!" tegur Kaisar.

Zhuge Yue bergeming. Ekspresinya tak juga berubah. Kaisar yang kesal lantas secara asal mengambil dokumen dan melemparkannya pada Zhuge Yue.

"Anak durhaka!"

Ujung dokumen mengenai lutut Zhuge Yue. Rasanya ngilu tapi ekspresi Zhuge Yue seolah sudah permanen. Tak secuil pun goyah meski sekelebat mata.

"Hanya kau seorang yang bersalah dan sekarang kau ingin menyeret Gurumu juga!" pekik Kaisar.

Zhuge Yue menggeleng. "Ananda tidak pernah menyeret maupun membela Guru. Sebaiknya Guru yang sadar sendiri."

Perkataan Zhuge Yue sangat menjengkelkan. Sekarang bukan hanya Kaisar saja yang marah tapi juga sebagian Pejabat di ruangan itu.

"Zhuge Yue!!!" Kaisar hampir melempar dokumen sekali lagi, tetapi Kasim Li lekas menghalangi.

"Paduka, Paduka, mohon tenang Paduka, mohon tenang."

Kaisar membanting dokumen tersebut. Dari sanalah terekspos tulisan dari pejabat desa. Kaisar tak sengaja membaca.

Paham apa yang dimaksud, Kasim Li cepat-cepat mengambil dokumen tadi dan menyerahkannya kembali pada Kaisar.

[Perbintangan mengatakan, kelahiran Ming Yuan adalah berkah terbaik untuk pasangannya. Kami berharap, keberkahan itu selalu menyertai Paduka]

Begitulah isi sepenggal dokumen tersebut. Dan untuk memastikan, Kaisar meminta Kasim Li mendekat lalu bertanya secara bisik-membisik.

"Siapa nama Selir baru itu?"

"Menjawab, Paduka. Ming Yuan nama Selir itu. Ming nama keluarganya dan Yuan nama panggilannya."

Kaisar mengangguk. Kasim Li mengambil posisi berdiri seperti semula. Setelah itu, Kaisar meminta Menteri pengadilan untuk menentukan hukuman terbaik bagi kesalahan Zhuge Yue.

"Terima kasih atas kepercayaan Paduka." Menteri pengadilan melangkah maju dengan elegan. "Selama ini Pangeran penerus selalu membuat kesalahan, tetapi Paduka telah berbaik hati tidak memberinya hukuman. Oleh karena itu, hukuman terbaik untuk Pangeran penerus adalah diasingkan selama periode waktu tertentu di Pagoda tepi danau Angle."

Para pejabat tercengang.

"Itu Pagoda Angle, tempat ibadah yang dikosongkan selama ratusan tahun karena rumor banyaknya arwah penasaran menguasai Pagoda tersebut."

"Benar, kalau tidak salah, lebih dari seratus pertapa selama ratusan tahun lalu memilih bunuh diri di sana. Itu dinyatakan karena pengaruh para setan."

Kaisar memejamkan mata. Rasa-rasanya, ia keberatan dengan hukuman tersebut, mengingat Zhuge Yue adalah Pangeran penerus. Tapi jika Zhuge Yue tidak dihukum sedang rumor kesalahannya telah menyebar, maka bukan Kaisar yang namanya tercoreng melainkan Zhuge Yue sendiri. Selain itu, Kaisar pun akan dianggap tidak kompeten karena tidak bisa bersikap adil.

"Paduka, jika Paduka tidak keberatan, silahkan beri hamba persetujuan atau silahkan sanggah saran hamba," tambah Menteri pengadilan.

Kaisar membuang nafas panjang. Walau berat, ia terpaksa menyetujui. "Hukuman diterima! Pangeran ketiga, Pangeran penerus Zhuge Yue dijatuhi hukuman pengasingan selama satu tahun untuk introspeksi diri di Pagoda Angle!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status