Beranda / Fantasi / Balada Ming Yuan / Air Mata Bercampur Darah

Share

Balada Ming Yuan
Balada Ming Yuan
Penulis: Zhang A Yu

Air Mata Bercampur Darah

Penulis: Zhang A Yu
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-12 22:02:20

Musim dingin, ujung hutan bambu.

Ming Yuan mengedarkan pandangan. Selain gerombolan bambu tinggi menjulang di hadapannya, ia hanya bisa melihat sekelompok orang berpakaian zirah tembaga yang mengacungkan golok panjang dan sebilah tombak.

Pandangan Ming Yuan turun ke bawah. Mayat-mayat berceceran seperti daun kering di musim gugur. Tembaga di dada mereka bercampur darah. Anyir luar biasa menusuk.

Lalu, gadis itu melihat ke bawah. Di atas pangkuannya, seseorang yang paling berarti baginya telah memejamkan mata.

Ming Yuan menjerit, "Zhuge Yue!"

Di suasana yang sunyi mencekam ini, suara Ming Yuan laksana lolongan serigala kelaparan. Saat yang sama, tangisannya memecah, membanjiri pipinya dan pipi pria di atas pangkuannya itu.

"Zhuge Yue jangan mati!!!" Ming Yuan menangis tersedu-sedu. "Jangan mati, Zhuge Yue, jangan tinggalkan aku!"

Tangisan Ming Yuan semakin kencang. Tangan Zhuge Yue bergerak. Tangan penuh luka dan darah itu terangkat. Lantas, dengan lembut tangan itu menyapu pipi tirus Ming Yuan.

"Ming Er." Pelan nyaris tak terdengar panggilan Zhuge Yue.

Ming Yuan lekas menyambut tangan Zhuge Yue. Ia genggam erat, seakan menunjukkan betapa ia sangat khawatir kehilangan pria itu.

"Jangan tinggalkan aku, Zhuge Yue, aku tak punya siapapun lagi."

Zhuge Yue tersenyum. Kemudian ia mengarahkan pandangannya yang mulai redup kepada pasukan berzirah tembaga.

Melihat kegarangan wajah mereka, energi Zhuge Yue bagai tercharge secara penuh dalam waktu singkat.

Pedang yang sebelumnya sudah tergeletak, kini ia ambil alih dan ia gunakan untuk menekan mereka mundur.

"Zhuge Yue!!!"

Keadaan Zhuge Yue sangat parah. Ming Yuan mengkhawatirkan pria itu. Tak mau kalah, Ming Yuan turut mengambil pedangnya. Lalu, ia membantu Zhuge Yue memukul lawan mundur.

Selain Zhuge Yue, keadaan Ming Yuan juga sudah sangat lemah. Jika saja dua tahun lalu Zhuge Yue tidak mengajarkannya ilmu bela diri, mungkin ia telah mati dua atau tiga shichen yang lalu.

Tangggg

Pada akhirnya, Ming Yuan tak sanggup mengarahkan pedangnya ke lawan kembali. Pedang miliknya terlempar jauh ke dasar danau, dan hal itu membuat setidaknya 10 Prajurit mengepung dirinya dari segala sisi.

"Ming Yuan!" Zhuge Yue berteriak panik.

Zhuge Yue hendak menyelamatkan Ming Yuan, tetapi seseorang yang memiliki keahlian bela diri tak kalah jauh darinya, tiba-tiba datang memberi tendangan hingga pria malang itu terdorong mundur sampai kaki kanannya menyentuh ujung tebing.

Srakkk

Serpihan tebing koyak. Mereka berjatuhan ke dasar danau dan tidak meninggalkan suara, yang berarti jarak ujung tebing dengan danau sangatlah tinggi.

Zhuge Yue menoleh. Mundur sedikit saja, nyawanya bisa melayang. Tapi ia tak bisa maju karena prajurit berzirah tembaga di hadapannya itu telah mengepung, tak memberinya celah melawan atau mengepung.

Di antara celah kaki mereka, Zhuge Yue melihat tubuh Ming Yuan tergeletak dengan tangan berlumur darah. Zhuge Yue tidak terima. Pria itu tanpa berpikir bergerak maju, sambil menebaskan pedang tapi … sebuah anak panah melesat kencang menebus dadanya.

Darah segar muncrat. Zhuge Yue melirik ke bawah. Dan pandangan pria itu menjadi buram. Saat yang sama rombongan anak panah memberondong tubuhnya. Zhuge Yue tak kuasa. Tubuhnya terhuyung ke belakang lalu …

"Zhuge Yue!!!"

Pria itu pada akhirnya melewati ujung tebing. Tubuhnya jatuh melintasi udara menuju permukaan danau yang dingin bagai es.

Pasukan berzirah tembaga berdiri di setiap tapi, mereka seolah tak ingin ketinggalan menyaksikan jatuhnya tubuh Zhuge Yue.

Byurrrrr

Kini sudah dipastikan tubuh Zhuge Yue memasuki air danau yang dingin itu. Ming Yuan gegas merangkak, menyingkirkan setiap orang untuk sampai di ujung tebing. Namun, ketika tangannya sedikit lagi sampai, seseorang mendadak menarik kaki Ming Yuan lalu membopongnya seperti membopong karung goni.

"Zhuge Yue! Zhuge Yue!" Ming Yuan berteriak parau. Ia sekaligus memukuli pundak seseorang yang membawanya.

"Zhuge Yue! Jangan tinggalkan aku!"

Ming Yuan dibawa pergi dari sana. Ua berteriak tanpa mau melepas pandangannya dari tempat terakhir ia bersama Zhuge Yue.

"Zhuge Yue!!!"

Seseorang yang membawanya itu mengeluarkan jurus memukul tengkuk. Ming Yuan dalam sekejap tak lagi bergerak maupun tak bersuara.

Lalu, seseorang itu mendudukkan Ming Yuan pada punggung kudanya, diikuti ia sendiri. Kuda dicambuk, kuda berjalan ke depan, tidak lambat juga tidak cepat.

***

Ibu Kota.

Sambil menunggu dekrit Kaisar. Ming Yuan dimasukkan penjara bawah tanah. Untuk menghindari bunuh diri, kedua tangan dan kakinya diikat menggunakan tali. Bahkan di penjara bawah tanah itu, selain dirinya, maka hanya ada kegelapan tak terlukis.

Ming Yuan tak dapat melihat apapun. Ia memilih memejamkan mata seraya berdoa untuk kematiannya sendiri.

Dalam keadaan malang itu, Ming Yuan mengingat masa silam. Masa dimana hari dimulai dengan buruk, baik lalu kembali buruk.

Semua masih terpatri jelas. Seolah di depan mata, seolah baru terjadi kemarin sore, siang atau malam. Dan semua itu dimulai saat …

Musim gugur tahun 770 SM.

Kereta keluarga Yuan tiba di depan istana harem. Gadis muda yang sedang mekar-mekarnya itu diseret keluar lalu didorong pada Kepala Pelayan istana harem.

"Itu Nona muda persembahan kami untuk Kaisar," ucap Kusir.

Kepala Pelayan melempar sekantong koin pada Kusir. "Makmurkan rakyat!"

"Baik." Kusir tersenyum lalu bergegas pergi menjalankan keretanya.

Ming Yuan seketika berlari mengejar. "Paman! Jangan tinggalkan aku! Jangan tinggalkan aku!"

Kepala Pelayan menarik tangan Ming Yuan. Dengan tatapan tajam, ia mampir membuat nyali gadis itu menciut.

"Kau beruntung bisa menjadi bagian istana harem. Jangan ceroboh atau nyawamu berakhir sebelia ini." Kecam Kepala Pelayan.

Ming Yuan secara lantang menjawab, "Daripada menjadi gundik Kaisar tua, lebih baik aku mati!"

Plakkkk

Tamparan keras melayang mengenai pipinya. Jejak merah telapak tangan tertinggal di sana. Rasanya luar biasa ngilu sampai air mata Ming Yuan keluar tanpa disadari.

"Jangan bicara sembarangan!"

Cuihhh

Ming Yuan malah meludahi wajah Kepala Pelayan. Itu membuat Kepala Pelayan murka tapi masih pandai mengendalikan kemarahannya.

Kepala Pelayan hanya terpejam, seraya menggertakkan rahang. Setelah matanya mengerjap, ia meminta Prajurit membawa Ming Yuan ke gudang kayu.

"Bawa gundik kecil ini ke gudang kayu! Tanpa izin dariku, seseorang tak bisa menemuinya!"

"Baik!"

Gubrakkkk

Ming Yuan si gadis 15 tahun itu akhirnya dilempar ke gudang kayu, yang gelap gulita bila pintunya ditutup.

Lutut Ming Yuan terbentur. Ia tak bisa bangun. Selama beberapa shichen ia terus terjerembab dengan mata terjaga tajam.

Di pertengahan malam udara semakin dingin. Tubuh Ming Yuan menggigil tapi lebih baik mati kedinginan daripada ia menjadi gundik Kaisar atau seorang Selir.

Angin musim gugur menelisik masuk. Selain menyapu wajah Ming Yuan, sekaligus meninggalkan alunan seruling yang lembut mendayu-dayu dan dalam seolah menyentuh setiap pori-pori Ming Yuan.

Ming Yuan berkedip. Sakit di kedua lutut dan hatinya seakan sirna. Ia merangkak menghampiri pintu. Melalui celah-celah pintu itu, alunan seruling terdengar lebih jelas.

Sudut bibir Ming Yuan terangkat. Ia berusaha menggapai gagang pintu. Ia menariknya ke belakang tapi tidak terbuka. Lalu, ia mengetuk pintu berharap ada yang mendengar.

"Tolong aku!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Balada Ming Yuan   Di Akhir Penyamaran Panjang.

    Berkat bantuan Zheng Xuan, Ming Yuan berhasil melarikan diri melalui jalan rahasia yang sebenarnya juga diketahui Ming Yuan oleh Zhuge Yue.Ming Yuan terbiasa menggunakan penyamaran. Gadis itu melewati beberapa hal sulit tapi bagusnya ia tidak tertangkap. Tempat pertama yang Ming Yuan datangi adalah pondok bambu, di sana ia mencari Zhuge Yue di danau yang dingin tapi Ming Yuan tidak menemukan apapun selain anak panah yang patah dan pedang miliknya.Sekarang adalah hari ketujuh setelah kejadian kali terakhir itu, kemungkinan besar Zhuge Yue telah dimakan binatang dalam danau. Entah buaya atau mungkin ikan besar.Ming Yuan hilang harapan. Gadis kecil itu kini merasa sendiri, dan ia juga tidak menemukan Shang Que. Ming Yuan pada akhirnya pergi ke kota Chang'an. Dengan sisa uang yang ia miliki, ia membeli sebuah rumah yang dijadikan sebagai penginapan, sekaligus ladang bisnisnya.Bulan demi bulan berlalu. Ming Yuan terlihat bahagia di depan semua orang tapi sebenarnya ia sangat menderit

  • Balada Ming Yuan   Pengepungan di Hutan Bambu.

    Jenderal Song memberikan semua botol keramik yang didapat dari kediaman Zhuge Yue ke Tabib istana.Dalam waktu singkat, Tabib istana dapat mengemukakan kalau botol botol keramik itu berisi racun sekaligus penawaranya.Hal ini membuat Jenderal Song terkejut, karena seorang Zhuge Yue yang tidak pernah ingin terlibat urusan dengan orang lain, kenapa bisa membuat racun seperti ini.Fakta lain, saat bersamaan juga terkuak. Itu tentang obat penggugur kandungan yang dibuat oleh Zhuge Yue dari tanaman di hutan pagoda angle.Tentu saja Jenderal Song menjadi naik darah. Jenderal Song kemudian berpikir, kemungkinan besar Zhuge Yue dan Ming Yuan adalah dalang dibalik semua kekacauan. Jadi Jenderal Song mengerahkan banyak prajurit untuk menggeledah kediaman Zhuge Yue, dan tidak sampai satu hari, mereka menemukan banyak petunjuk mulai dari pakaian gelandangan yang pernah Zhuge Yue dan Ming Yuan pakai, bubuk pemerih mata yang juga pernah Ming Yuan tabur di rumah bordil, dan terakhir adalah sepasang

  • Balada Ming Yuan   Meninggalkan Ibu Kota.

    Zhuge Yue mengibaskan tangan. "Ah, ngomong-ngomong, aku telah mengambil keputusan, aku akan pergi mengasingkan diri di pondok bambu yang pernah aku buat.""Ini—" Shang Que hendak mengatakan sesuatu tapi mulutnya berakhir sedikit terbuka lalu mengatup rapat. Meski Shang Que tidak mengetahui isi pikiran Zhuge Yue yang paling dalam, tetapi Shang Que tahu jika Tuannya itu telah mendapat apa yang ia inginkan. Dalam artian, semua urusan sudah berakhir jadi wajar bila Tuannya ingin mengambil keheningan di tempat yang jauh. Hanya saja, Tuannya ini seorang Pangeran, apakah tidak terlalu aneh jika seorang Pangeran tidak menginginkan tahta? "Persiapkan keberangkatan kita, Shang Que," lanjut Zhuge Yue.Shang Que mengangguk patuh. "Baik, Pangeran.""Tolong siapkan kuda juga, aku ingin pergi ke istana.""Baik, Pangeran." Shang Que selalu patuh. Ia bergegas pergi mempersiapkan kuda milik Zhuge Yue.Dan sekitar satu shichen kemudian, Zhuge Yue tiba di istana atau tepatnya di aula pribadi Kaisar."P

  • Balada Ming Yuan   Balasan Dari Zhuge Yue.

    "Aaaa!"Jeritan disertai tangisan memecah keheningan kediaman Jenderal Song Wei. Para Pelayan berlari kalang kabut dari segala arah."Nyonya mengalami pendarahan! Cepat hubungi Jenderal Song, dan panggilkan Tabib!" Aba-aba diserukan.Beberapa Pelayan keluar kediaman menggunakan kereta kediaman, dan sisanya mengatasi Yin Ran yang menjerit kesakitan sambil terus menangis."Dimana Tabib! Dimana Tabib! Panggilkan Tabib! Panggilkan!" seru Yin Ran disela sakit dan tangisannya."Tabib datang!" Pelayan lain berseru, beberapa Pelayan yang menemani Yin Ran segera menepi; memberi ruang Tabib memeriksa keadaan Yin Ran. Darah segar sudah menggenang di sprei kasur Yin Ran, juga sudah mengalir deras pada kaki wanita itu.Tabib menjadi sedikit tidak tenang. Tabib segera mengecek pergelangan tangan Yin Ran, dan segera pula memerintah semua Pelayan menyiapkan baskom dan kain bersih. "Siapkan air hangat dan kain bersih! Cepat!"Pelayan berlari keluar mengambil barang yang dimaksud. Pada saat yang sama

  • Balada Ming Yuan   Balasan Dari Zhuge Yue.

    "Aaaa!"Jeritan disertai tangisan memecah keheningan kediaman Jenderal Song Wei. Para Pelayan berlari kalang kabut dari segala arah."Nyonya mengalami pendarahan! Cepat hubungi Jenderal Song, dan panggilkan Tabib!" Aba-aba diserukan.Beberapa Pelayan keluar kediaman menggunakan kereta kediaman, dan sisanya mengatasi Yin Ran yang menjerit kesakitan sambil terus menangis."Dimana Tabib! Dimana Tabib! Panggilkan Tabib! Panggilkan!" seru Yin Ran disela sakit dan tangisannya."Tabib datang!" Pelayan lain berseru, beberapa Pelayan yang menemani Yin Ran segera menepi; memberi ruang Tabib memeriksa keadaan Yin Ran. Darah segar sudah menggenang di sprei kasur Yin Ran, juga sudah mengalir deras pada kaki wanita itu.Tabib menjadi sedikit tidak tenang. Tabib segera mengecek pergelangan tangan Yin Ran, dan segera pula memerintah semua Pelayan menyiapkan baskom dan kain bersih. "Siapkan air hangat dan kain bersih! Cepat!"Pelayan berlari keluar mengambil barang yang dimaksud. Pada saat yang sama

  • Balada Ming Yuan   Pengobatan Mengerikan.

    KrietttttPintu paviliun dibuka terburu-buru. Melihat darah menetes dari ujung jari Ming Yuan, Zhuge Yue tidak tahan mengikis jarak dan ia langsung meraih tangan Ming Yuan."Sudah aku bilang, kamu jangan terluka!" lirih Zhuge Yue penuh penekanan. Ming Yuan menggeleng. "Ini harus dilakukan supaya mereka tidak curiga padaku."Zhuge Yue menyibakkan tudung merah yang menghalangi pandangannya pada wajah Ming Yuan. Dan begitu tudung merah itu dibuka, Zhuge Yue dibuat tertegun akan kecantikan Ming Yuan, sekaligus pada bibir merahnya yang mengembang tipis. Zhuge Yue lantas menatap intens bola mata indah milik gadis kecil yang telah menjadi istrinya itu. Zhuge Yue yang sudah cukup lama tertarik dengan gadis kecil itu, pun segera merangkul juga mencium keningnya agak lama.Zhuge Yue selalu dingin, tetapi hal seperti ini yang diberikan selalu sukses membuat Ming Yuan merasakan kehangatan tersembunyi pria itu. Ming Yuan tanpa ragu membalas pelukan Zhuge Yue. Berhubung tingginya hanya sepundak Zh

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status