Share

Pagoda Angle, Kami Datang

"Wanita itu sungguh menjijikkan lebih daripada kita kita," bisik salah seorang Selir cap gundik yang membicarakan Ming Yuan.

"Ia hanya seorang gadis kecil, tetapi ia sukses menaklukan Pangeran Es yang digilai banyak wanita termasuk dari sini juga. Sungguh, gadis kecil itu pasti memiliki sihir yang dibawa dari desa terkutuknya."

"Ia bukan gadis kecil, ia pasti Iblis berkedok gadis."

"Karena Iblis itu, Kaisar harus menghukum Putra Mahkota, bukankah itu mengerikan?"

"Pagi ini, aku berdoa pada Buddha. Aku minta kematian untuk gadis itu, sehingga Pangeran bisa kembali ke Istana!"

Ming Yuan berjalan mengekori Zhuge Yue. Ia tertunduk menelan segala ocehan busuk mereka.

"Gundik akan selamanya gundik meski dipungut seorang Pangeran sekalipun."

Sejauh ini Zhuge Yue tidak memberikan tanggapan apapun. Namun, begitu pemimpin Istana Harem, yakni Ratu Agung Hongye turut memberi komentar pedas. Langkah Zhuge Yue seketika terhenti.

Ming Yuan mengikuti dirinya. Ia turut berhenti lantas memandang punggung lebar Zhuge Yue yang seakan-akan menutupi tubuh kecilnya dari depan.

Ratu Agung Hongye dan Zhuge Yue sama-sama memiliki derajat yang tinggi, tetapi keduanya tidak pernah saling akrab satu sama lain, walau secara perhitungan sah, Ratu Agung Hongye adalah Kakak dari ibu kandung Zhuge Yue.

"Seorang gundik yang naik ke ranjang suami adiknya tidak perlu merendahkan gundik lain, Wahai Ratu Agung Hongye!" Zhuge Yue akhirnya balas tak kalah pedas juga lebih dingin dan berat.

Balasannya itu berhasil membuat beberapa Selir menahan tawa.

Ratu Agung Hongye memicingkan mata. Sedetik lagi wanita itu akan mengeluarkan kalimat pedas lain, tetapi Zhuge Yue sukses mengunci mulutnya.

"Seorang Gundik tidak perlu banyak bicara padaku! Cukup fokus rawat tubuh saja agar tetap laku di ranjang Kaisar!"

Sekarang sebagian Selir melebarkan tawa mereka. Dan Zhuge Yue melanjutkan langkah meninggalkan istana Harem, diikuti Ming Yuan.

Hia hia hia …

Zhuge Yue dan Ming Yuan telah meninggalkan kota bersama Shang Que.

Tepat satu dupa setelah kepergian mereka, Kasim Li berlari tunggang langgang menghampiri Kaisar di aula pribadinya.

"Yang Mulia, Yang Mulia." Pria tua renta itu memanggil-manggil dengan nafas terpotong-potong sampai ia lupa unggah ungguh.

Kaisar memberinya tatapan setajam golok. Maka Kasim Li menyadari, dan lekas bersujud meminta pengampunan.

"Ampuni kelancangan hamba, Yang Mulia."

Kaisar menghela nafas, lanjut membuka petisi milik kota perbatasan di bagian Utara.

"Katakan apa yang membuatmu lupa etika, Kasim Li!"

Kasim Li mengangkat punggung. Dalam duduk bersimpuh ia menjelaskan. "Yang Mulia, Pangeran Zhuge Yue dan abdi setianya telah meninggalkan Ibu kota. Akan tetapi, Pangeran Zhuge Yue justru membawa Nona Ming Yuan."

Pandangan Kaisar spontan terangkat. Kemarahan menjadi-jadi dengan teramat jelas tercetak.

"Yang Mulia, kepergian mereka sekaligus membuat rakyat mengklaim bahwa Nona Ming Yuan adalah Istri Pangeran Zhuge Yue."

Kaisar terbelalak. Beberapa detik setelah itu, ia menutup petisi, disusul memijat pelipis yang dirasa akan lepas dari tempatnya.

"Yang Mulia …" Kasim Li menunggu keputusan Kaisar.

Kaisar lama bergeming. Setelah memasuki pergantian dupa lagi, pria paling berpengaruh di Negara ini lantas mengangkat tangan tanda tidak akan memberi perintah apapun.

Kasim Li mengerti. Ia yang tak kalah tua dari Kaisar, pun melangkah mundur sebelum akhirnya balik badan meninggalkan aula sambil tersenyum kecil.

***

Tiga hari tiga malam tiga shichen kemudian.

Sampailah Zhuge Yue, Ming Yuan dan Shang Que di hadapan Pagoda Angle, di tepi danau Angle, di pinggir hutan belantara yang nyaris tidak pernah diinjak satu orang pun karena rumor keangkeran tempat tersebut.

Hanya Zhuge Yue seorang yang memiliki keberanian mendatangi Pagoda tersebut, dan hanya Zhuge Yue seorang yang melangkahkan kaki ke Pagoda setelah Pagoda tak pernah tersentuh manusia kurang lebih 20 tahunan lamanya.

"Pangeran! Bagaimana kalau di dalam ada Iblis yang menyerangmu!" seru Shang Que, ketar-ketir di luar Pagoda.

Zhuge Yue tak menggubris. Pria itu masuk kian dalam, semakin dalam, sampai akhirnya ia tidak terlihat karena ditelan kegelapan.

"Pangeran!" Shang Que semakin gila kekhawatiran. Pria itu ingin menyusul masuk, tetapi nyalinya telah jauh menciut, bahkan sebelum mereka tiba di tempat ini sekalipun.

Ming Yuan berdiri di belakang Shang Que. Berbeda dengan Shang Que yang ketakutan, Ming Yuan justru terlihat begitu tenang, jauh lebih tenang dari air danau di belakang mereka.

Ming Yuan mendongak sampai ke ujung Pagoda. Ia lalu berkata lirih. "Tempat ini memiliki ketinggian lebih dari 50 chi tapi kurang dari 100 chi."

Shang Que menoleh. Ia agak mengerutkan kening.

Ming Yuan tak melirik pria itu sekilas pun. Ming Yuan tanpa berpikir panjang, menyusul Zhuge Yue dan itu sukses membuat Shang Que mau tak mau mengikuti dirinya masuk.

Di lantai pertama Zhuge Yue tidak terlihat. Ming Yuan naik ke lantai dua, tiga, empat, lima … dan akhirnya mereka sampai di lantai paling ujung dengan nafas tersengal-sengal.

"Pangeran …" Shang Que berjalan sempoyongan sebelum memilih duduk, menetralkan nafas.

Ming Yuan juga tak kalah berbeda dari pria itu. Hanya saja, Ming Yuan masih bisa berdiri tegak, atau tepatnya berusaha tegak.

Ming Yuan memperhatikan punggung Zhuge Yue. Tak ia sangka, Zhuge Yue bisa sampai ke lantai terakhir ini dalam waktu singkat pun tanpa terlihat kelelahan sedikit pun.

Ming Yuan penasaran tapi ia diam saja. Ia cukup mengikuti arah pandang Zhuge Yue yang lurus menuju tenangnya danau di hadapan mereka.

"Wahhh." Ming Yuan berdegup kagum dalam hati. Baru ia sadari, tempat ini terlihat begitu memukau bila dilihat dari ketinggian 50 chi lebih.

"Pangeran, semua lantai Pagoda ini sudah kita lalui, dan sekarang Pangeran yakin akan tinggal disini?"

Zhuge Yue mengangguk. "Tidak ada tempat yang lebih baik untuk dijadikan tempat tinggal selain tempat ini, Shang Que."

Shang Que menelan ludah. "Disini begitu gelap."

"Kau bisa ke hutan seberang. Disana ada kayu cendana. Selain untuk penerangan, juga bagus untuk mengusir serangga."

Shang Que gegas berdiri. Terbelalak lah ia ketika harus menyebrangi, atau mengelilingi tapi danau untuk sampai di hutan seberang danau.

"Aku menemukan perahu kayu yang masih bagus di bawah sana, kau bisa menggunakan itu, tetapi kau harus berhati-hati karena danau ini menyimpan berbagai binatang yang bisa jadi … haus darah."

Glukkk

Shang Que dan Ming Yuan menelan ludah. Sedang Zhuge Yue balik badan, berjalan beberapa langkah seolah akan menghampiri Ming Yuan tapi siapa sangka pria itu rupanya kembali balik badan; keluar dari Pagoda melalui jalur udara.

Ming Yuan tercengang. Di depan matanya sendiri, ia melihat Zhuge Yue mampu mendarati tiap dahan pohon untuk sampai ke bawah dan semua itu ia lakukan setenang mungkin, seakan-akan ia hanya daun yang tertiup angin musim gugur sebelum akhirnya mendarat di permukaan tanah.

Wushhhh

Angin bagai menghentak bumi. Dedaunan kering di bawah pijakan Zhuge Yue serempak menyingkir, memperlihatkan tanah subur dan tulang tengkorak.

"HAH???"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status