Kimbeerly tidak kunjung tenang setelah mengingat bagaimana reaksi Alexander selama ini. Pria itu tetap tenang meski berita kematian terus merajalela disekitar mereka dan bahkan termasuk orang yang saling mengenal. Kimbeerly merasa sikap Alexander terlalu tenang dan membuatnya curiga. Tidak mungkin seseorang akan terus merasa tenang bukan? Sebanarnya Alexander ini hanya menampakkan wajah tenang agar orang disekitarnya tidak khawatir atau karena dia tidak peduli dengan sekitarnya? Hal ini membuat kepala Kimbeerly seakan pecah hanya karena rasa penasarannya.Kimbeerly menghubungi salah satu temannya yang ia kenal saat kuliah dulu dan dia adalah orang yang mengerti tentang pelacakan atau hal apapun tentang identitas seseorang. Rasa penasaran Kimbeerly sudah begitu tinggi hingga ia mengabaikan semua hal dan bahkan tidak merasa bersalah jika saja ia mengganggu privasi Alexander. Ia hanya ingin memastikan bahwa semua dugaannya tidak benar dan ia bisa mempercayai Alexander sampai akhir tanpa
“Kau tidak berbohong dengan berita ini bukan?”Kimbeerly menggeleng dan menampakkan senyuman lebar. “Aku tidak berbohong. Semula aku tidak percaya karena suhu tubuhku meninggi dan kemarin aku periksakan ke dokter dan dia mengatakan aku sedang mengandung tujuh minggu.”Semua orang tampak bahagia setelah mendengar pernyataan Kimbeerly, tetapi berbeda dengan Alexander yang hanya diam saja. Mereka tengah berkumpul di rumah Jeremy atas permintaan Kimbeerly sebelumnya. Alexander bahkan tidak tahu menahu tentang kehamilan Kimbeerly dan tentu saja terkejut dengan berita mendadak yang Kimbeerly beritahukan ini.Kimbeerly menoleh dan menatap Alexander yang diam saja meski tangan mereka saling bergandengan. Ia menampakkan senyumannya dan membuat Alexander fokus menatapnya.“Maaf aku memberitahukan ini di depan semua orang saat kau belum tahu, Alexander. Aku hanya ingin membuat kejutan untuk kalian semua.”“Aku bahagia, Kimbeerly.”Kimbeerly semakin menampakkan senyuman lebar dan kembali melihat
Kimbeerly menghembuskan napas setelah membaca semua data yang diberikan Nesha padanya. Ia kembali melihat satu kertas data identitas lantas melihat Nesha yang meminum jus yang ia pesan.“Kau yakin ini benar?”Nesha menampakkan senyuman dan mengambil ponselnya. Menunjukkan sesuatu kepada Kimbeerly yang akan memperkuat kebenaran yang ada. Bisa ia lihat Kimbeerly yang masih belum bisa menerima fakta yang ada dan Nesha yang tidak bisa melakukan apa-apa selain apa yang Kimbeerly katakan. Nesha memberikan apa yang Kimbeerly mau dan setelahnya ia tidak akan ikut campur dengan masalah apa yang tengah melanda Kimbeerly.“Kau mengatakan padaku untuk melacak dan inilah hasilnya. Entah apa kau akan percaya atau tidak, tetapi inilah yang ku temukan.”Kimbeerly menganggukkan kepalanya. Mencoba menerima fakta yang ada, tetapi sulit ia pahami dengan mudah. Alexander terlalu lihai dalam menyembunyikan diri sampai-sampai Kimbeerly bahkan tidak pernah menyadari sedikit saja kesalahan yang Alexander laku
“Alexander.”Alexander tidak menggubris panggilan Kimbeerly dan terus melangkah menuju rumah. Sedangkan Kimbeerly juga tidak ingin kehilangan kesempatan untuk memperjelas semua masalah yang menimpa mereka kini. Kimbeerly butuh kejelasan mengapa Alexander bisa melakukan semua ini dan dengan teganya pria itu bahkan menggunakan dirinya sebagai alat dari rencananya.“Alexander kita butuh bicara!”Alexander menghentikan langkahnya begitu mendengar nada kesal Kimbeerly bahkan seakan menegaskan dengan lantang bahwa wanita itu benar-benar butuh dirinya. Alexander menghembuskan napas dan berbalik, melihat Kimbeerly yang melihat Kimbeerly yang kini mulai mendekati pada alexander.“Kenapa lagi kimberly.”Kimbeerly menghembuskan napas. Ia menatap alexander dengan tatapan yang mengisyaratkan sesuatu. Kedua tangannya saling menggenggam, berbagai perasaan bercampur menjadi satu dalam benaknya. Kimbeerly sungguh ingin alexander berkata jujur, hanya saja ia takut jika akan menimbulkan masalah yang leb
“Aku tidak percaya ternyata nyalimu cukup besar juga. Harusnya aku membunuhmu kemarin, sayangnya hatiku masih sedikit baik untukmu. Saya tahu Anda akan berencana memberikan surat perceraian ini dan menggunakannya untuk sebuah rencana. Dan semua memang berjalan seperti apa yang saya pikirkan, maka Anda salah jika berpikir saya akan menghindar dari rencanaku. Begitukah, Kimbeerly?” Alexander tertawa. Ia mengambil surat cerai yang telah Kimbeerly taruh di atas meja kerjanya, dilihatnya surat perceraian tersebut dengan tersenyum setan lalu ia menatap Kimbeerly yang terlihat menahan sesuatu. Satu tangan wanita itu mengusap perutnya dengan penuh kasih sayang dan Alexander kembali terkekeh. Ia tidak akan terpengaruhi apapun yang dilakukan oleh Kimbeerly. Apapun yang telah direncanakan harus berjalan sesuai keinginannya bukan malah sebaliknya. Kimbeerly tersenyum kecut. Alexander sungguh sangat mengerti dirinya. “Aku hanya tidak ingin membuat kehidupanku semakin rumit. Aku hanya ingin mele
Alexander hanya diam saja di rumah setelah hari sebelumnya Kimbeerly membuat keributan dengannya. Ya … Kimbeerly ternyata sudah mengatakan semua yang telah ia lakukan pada Alexander dan membuatnya harus berpikir ulang dengan semua rencana sebelumnya. Wanita itu menemukan banyak bukti tentang siapa Alexander yang sebenarnya hingga suasan canggung akhirnya terjadi diantara mereka. Kimbeerly juga sudah memberitahukan semua keluarganya bahwa selama ini Alexander menipu mereka, tetapi Alexander masih enggan untuk pergi begitu saja dan seolah takut dengan tindakan Kimbeerly. Jika memang dibutuhkan maka Alexander akan membunuh keluarga Kimbeerly disaat bersamaan. Kimbeerly melirik Alexander yang begitu fokus dengan ponselnya bahkan dengan sengaja tidak mematikan televisi yang menyala dan memiliki suara tinggi. Ia tidak tahu harus melakukan apapun lagi agar kehidupan keluarganya bisa bebas dari rencana Alexander dan bahkan saat perutnya mulai membuncit Alexander juga tidak pernah peduli denga
Dorr!Suara tembakan yang diarahkan ke atas membuat semua orang yang berada di dalam rumah bergegas keluar untuk mengetahui hal apa yang sebenarnya terjadi. Kini, Alexander telah berada di atas puncak rencananya. Tidak ada lagi kata menunggu apalagi membiatkan waktunya terbuang sia-sia. Alexander tidak akan menunggu keputusan apapun selain hanya berfokus dengan rencananya dan semua usahanya yang sebentar lagi akan berhasil. Ia tidak peduli apa yang akan terjadi dengannya setelah ini, yang jelas ia sangat ingin melihat Jeremy bertekuk lutut meminta maaf padanya dan nyawa pria tua itu yang akan melayang setelahnya.Apapun yang terjadi, Jeremy harus terbunuh!Alexander tersenyum sinis kala Jeremy dan Victoria keluar dari rumahnya dengan tatapan bingung dan terkejut. Tak lama, Edward juga menyusul dari bagian samping rumah yang merupakan jalan menuju taman belakang rumah. Alexander semakin menyunggingkan senyumannya sebab merasa puas semua orang berkumpul dengan menakjubkan. Benar-benar s
Brak!Gebrakan meja yang baru saja terdengar memperlihatkan dengan jelas bahwa seseorang tersebut tengah berada diambang batas kesabarannya. Perasaan kecewa mendalam dan kemarahannya tidka bisa dibendung lagi melihat semua data di depan mejanya yang benar adanya. Mata itu menatap tajam pada satu orang kepercayaannya yang berdiri tegak di depan meja dengan wajah menunduk.“Andre … ini tidak benar, bukan?”Pria yang tengha berdiri di depan meja sang ketua itu hanya bisa diam. Tidak ada lagi kebohongan dan tidak ada yang bisa disembunyikan atau semuanya akan semakin rumit. Akhirnya, ia hanya menanggapi dengan gelengan kepala sebagai penjelas bahwa itu semua adalah kenyataan yang harus diterima oleh pria di sana.Jeremy Libason, pria itu terduduk lemas dengan ketidakpercayaan yang memenuhi otak dan hatinya. Ia mengusap wajahnya kasar dengan mencoba menyadarkan diri bahwa semua ini bisa diatasi dengan cara lain. Ia kembali menatap asisten pribadinya yang masih menundukkan kepala.“Kau suda