Mobil mewah Toyota Crown, berhenti tepat di depan lobi PT. Dirjaya corp. Kaki mulus yang mengenakan high heel merah mengkilap, turun dengan anggunnya. Gaun berwarna biru, dengan belahan dada cukup rendah menambah kesan glamor pada wanita berambut panjang itu.
Amber ingin sekali beristirahat tanpa ada gangguan dari siapapun, dari itu dia memilih pergi ke perusahaan milik mendiang orang tuanya, yang dikelola oleh orang yang sangat dia percayai. Namun, sebuah pesan video yang masuk ke ponsel miliknya membuat Amber gelisah dan marah. Bagaimana tidak, di dalam video tidak senonoh tersebut ada adegan dua orang yang teramat dia percayai
"Berani-beraninya mereka menghianatiku seperti ini!" ucapnya kesal dengan berteriak.
Amber beranjak dan berjalan dengan langkah tergesa-gesa menuju di mana mobilnya terparkir, dia tidak memperdulikan orang-orang yang menyapanya. Bahkan wakil CEO, yang memanggilnya dia abaikan. Amarah sudah menguasai wanita cantik dengan tampilan yang sangat mempesona.
Setengah jam perjalanan, Amber sudah berdiri di depan mansionnya. Menatap bangunan megah dengan gaya eropa, setiap sudut di topang oleh pilar-pilar yang kokoh dengan ukiran yang menawan. Dada Amber terasa bergemuruh, hingga terlihat naik turun. Giginya saling bergesekan, menimbulkan suara yang cukup membuat orang ngilu mendengarnya. Dengan kesal, Amber menutup pintu mobil yang membawanya sampai ke mansion ini dengan sangat kasar.
Brak!
Kaki jenjangnya menendang gerbang yang menjulang tinggi dan sangat kokoh, sedangkan buku-buku jarinya memutih dengan menampilkan urat kebiruan, karena Amber menahan amarah dengan mengepalkan tangannya.
"Nyo--nyonya!" Salah seorang penjaga tergagap melihat Amber yang ekspresi wajahnya cukup menakutkan.
Mata besar yang dimiliki oleh Amber, menambah kesan tidak bersahabat kala dirinya sedang marah. Begitu pula giginya yang bergemeretak, membuat para penjaga merinding.
"Kenapa diam? Buka!" hardik Amber dengan suara beratnya.
Dua penjaga itu terlihat sekali bingung dengan keadaan saat ini, satu sisi ada pesan Tuannya yang harus dilaksanakan, disatu sisi ada perintah dari Nyonya mereka, pemilik mansion ini.
"Di mana mereka sekarang?" tanya Amber dan penjaga itu hanya diam menunduk.
Kekesalan Amber makin memuncak, saat dua penjaga itu bungkam. Dengan penuh emosi, Amber berjalan masuk ke dalam. Bahkan kepala pelayan yang sangat dia hormati hanya dilewati olenya saat menyapa.
Saat sampai kaki Amber menjejak tangga, dia menole ke arah pelayan setianya. "Mereka memakai ruangan yang mana?" tanya Amber.
Amber mendengkus kesal, karena kembali mendapati orang yang bekerja dengannya hanya diam ketika dirinya bertanya. Apalagi pelayan senior yang sudah dianggap sebagai keluarga, ikut andil menyembunyikan semuanya.
"Di mana?" tanya Amber dengan menggertakkan giginya, dan salah satu pelayan menunjuk kamar pribadinya.
Dengan langkah anggun, Amber menaiki tangga menuju kamarnya yang saat ini digunakan oleh suami dan selingkuhannya. Namun, saat berada di depan kamarnya, mata Amber membulat sempurna. "Tidak ada rasa malu lagi!" lirih Amber, karena pintu kamar tidak tertutup rapat.
Bagaimanapun tegarnya Amber, dia tetap seorang wanita. Air matanya luruh saat melihat pemandangan terkutuk di depannya. Kedua manusia yang sedang mereguk nikmatnya permainan panas mereka, tidak menyadari kehadiran Amber yang sudah memasang wajah dingin dan menyeramkan. Suara desah yang saling bersahutan mampir di telinga Amber, semakin membuat hatinya wanita itu teriris pilu.
"Aaakh!" teriak wanita yang sedang meliuk indah di atas tubuh suami Amber.
Amber dengan keras dan kasar menarik rambut wanita yang jadi sahabatnya, hingga melepaskan penyatuan yang tengah dilakukan oleh suami dan selingkuhannya. Tentu saja, teriakan dan rasa terkejut, membuat suasana mencekam.
"Sakit lepaskan!" pekik wanita yang belum mengetahui siapa lawannya. "Akh! Sakit," teriaknya kemudian.
"Sa--sayang!" panggil lelaki, dengan wajah memerah.
Lelaki yang bergelar suami itu langsung menyambar celana kolornya yang dia buang sembarangan saat birahi sudah menguasai. Lalu mencoba mendekati Amber setelah memakai celana, tapi wanita yang tengah kalap dengan emosinya yang membludak langsung mengambil vas bunga dan memukul kepala selingkuhan suaminya. Lelaki itu hanya tertegun, menatap istrinya yang berubah seratus delapan puluh derajat.
"Si-siapa?" tanya wanita yang masih meringis, karena rambutnya belum juga dilepaskan.
"Aku ... aku adalah Amber Wijaya, yang memungutmu dari tempat sampah!" ujar Amber dengan menarik rambut wanita selingkuhan suaminya hingga kepalanya mendongak. "Apa kamu sudah lupa di mana asalmu Citra Adelia Kusuma!" lirih Amber dengan suara ditahan.
Citra yang melihat wajah Amber, langsung membulatkan matanya. Kali ini, perhitungannya salah, dia tidak mengetahui kepulangan Amber dan mata-mata bayarannya tidak ada yang melaporkan kedatangan wanita yang menjadikannya seorang model papan atas. Citra ingin memberontak dan melepaskan diri, akan tetapi posisinya saat ini tidak memungkinkan untuk melakukan itu.
Melihat suaminya mendekat dan terlihat mengkhawatirkan wanita selingkuhannya, Amber mengambil vas bunga dan membantinganya. Kemudian mengambil pecahannya untuk dia gunakan sebagai senjata, untuk melukai Citra.
"Sa--sayang, kamu bisa membunuhnya! Lepaskan!" pekik Charles yang takut dengan kelakuan istrinya, tapi tidak berani mendekat karena Amber menekan pecahan yang dia pegang ke leher Citra.
"Lepas, katamu?" Amber tertawa melihat kelakuan suaminya yang dengan teganya tidak merasa bersalah, atas apa yang diperbuat.
Merasa ada kesempatan, Citra mencoba menjauh. Namun, tangan Amber lebih cepat, kembali menarik rambut Citra hingga beberapa helai tercabut paksa.
"Lepaskan aku, Jalang. Sakit!" rintih wanita yang tidak punya malu. "Akh!" pekik wanita itu saat darah mengalir dari kepalanya. Matanya sudah berkunang-kunang, karena rasa sakit di kepalanya.
"Apa kamu bilang? Aku Jalang?" Senyum Smirk sangat nampak di sudut bibir Amber yang tangannya sudah berlumur darah.
Amber meraih pecahan vas bunga yang berukuran besar, kemudian mengayunkan tangannya ke arah dada Citra dan teriakan melengking terdengar menyayat. Wajah dan tubuh citra tidak luput dari goresan yang dibuat oleh Amber, wanita blasteran itu seperti sedang memahat karya seni di tubuh selingkuhan suaminya.
Charles tidak berani berbuat apa-apa, saat melihat kelakuan Amber. Baru kali ini dia melihat istrinya berubah menjadi bengis dan tidak terkontrol.
"Aaakh! Charles tolong aku!" pekik Citra, yang mencoba menjauh dari Amber.
Dengan sisa tenaga, Amber memberikan tendangan tepat di tulang rusuk Citra, membuat wanita itu kembali memekik kesakitan.
Amber tertawa dengan sangat puas melihat darah yang mengucur dari luka yang dia pahat di tubuh Citra, Amber kembali mengambil pecahan vas bunga yang baru dan meletakkannya di leher Citra, saat Charles mendekatinya.
"Jangan bergerak dan segera menjauh dari korban!" teriak seseorang dari belakang Amber.
Tawa yang tadinya menggema di seluruh ruangan, kini senyap seketika. Amber melihat ke belakang dan mendapati dua polisi sedang mengarahkan senjata ke tubuhnya.
"Hebat kamu, Mas! Demi melindungi selingkuhanmu ini, kamu memanggil polisi!" Amber menjatuhkan pecahan kaca yang ada di tangannya. "untuk saat ini, kalian terbebas." Amber membuang pandangannya ke arah jendela, menghindari tatapan memelas Charles.
"Bu--bukan aku sayang, bukan aku!" Charles mendekati Amber dan berusaha menjelaskan semuanya pada polisi, tapi keduanya mengabaikan Charles.
Tidak ada yang menyadari, seseorang sedang tersenyum bahagia melihat tangan Amber sedang diborgol, bagaikan penjahat besar.
"Kenapa?" tanya Amber yang mendengar ada keraguan pada pernyataan Olive."Ehtahlah, aku meragukan dia!"Amber menatap olive yang diam dan beberapa kali menghela napas panjang, Amber yakin ada sesuatu yang dia ketahui, tapi belum pasti kebenarannya. Amber tahu betul karakter Olive. Gadis itu akan melindungi dirinya dengan segala apa yang dia ketahui, hanya saja terkadang Amber mengabaikan peringatan itu."Kenapa begitu?" selidik Asmber."Sudah kubilng, entahlah. Ada sesuatu yang dia sembunyikan!" Olive menjawab dengan nada rendah, seakan dia pun ragu dengan apa yang dia ucapkan.Melihat Olive yang kembali menghela napas, Amber tertawa terbahak-bahak, sampai melupakan rasa sakit bekas jahitan yang masih belum kering. Sedangkan Olive, diam mematung mendengar suara tawa Amber yang menggelegar di dalam ruangan. Gadis itu masih belum bisa membaca kepribadian atasannya itu, ada kalanya Amber bersikap lembut dan bersahaja, Ada kalanya dia seperti monster yang berbahaya., pun ada kalanya wanit
Olive memandangi wajah Amber yang masih terlelap akibat bius, wanita itu tersenyum, lalu mengusap wajah ayu atasannya. Setitik air mata jatuh, tidak menyangka, jika wanita yang dia dampingi sejak bertahun-tahun lalu, bisa kalah hanya karena persoalan lelaki, maka pemikirannya untuk tidak meikah sudah tepat."Kenapa kamu membiarkan dia menanggung semuanya sendiri?" tanya Olive pada lelaki kekar di sampingnya."Belum saatnya dia mengetahui semuanya, jika aku sudah menemukan siapa dibalik semua kekacauan yang terjadi pada keluargaku, maka aku akan memluknya dengan sangat erat dan menjaganya tanpa ada keraguan!" jawab lelaki ityu dengan senyum mengembang, sayangnya sudut matanya sudah menggenang cairan bening. "Baiklah, aku harus pergi!""Dia membutuhkanmu!" Tekan Olive.Namun, lelaki itu berlalu begitu saja dengan menggengam lukanya sendiri. Dia yakin, wanita yang sedang terbaring itu tidaklah lemah. Kekuatan hatinya lebih dari yang dilihat orang lain, begitulah yang dia saksiakn selama
Beberapa wanita berseragam, dengan wajah tegas dan sorot mata tajam, menatap ke sekitar. Mimik wajah mereka sangat kentara menyimpan kekesalan. Namun, karena tugas, mereka harus bisa mengendalikan perasaan. Baru saja, salah satu wanita berseragam itu hendak berbicara, beberapa napi sudah mendahuluinya."Biarkan saja wanita itu mendapatkan balasan yang setimpal dengan apa yang sudah dia perbuat!" teriak napi di sel depan."Iya, setidaknya dia akan berpikir lagi untuk melakukan hal buruk dikemudian hari!" timpal yang lain."Ah, paling juga uang yang akan berbicara!" celetuk seseorang yang sudah paham dengan hukum yang ada di negara ini."Amplop coklatnya pasti berukuran tebal!" imbuh yang lain dan disambut tawa banyak napi.Semakin lama, semakin banyak celetukkan yang membuat wanita-wanita berseragam itu menghela napas panjang. Salah satu dari mereka menampakan kekesalannya hampir memuncak, meskipun itu adalah fakta yang terjadi di lapangan dan sudah menjadi rahasia umun, tapi masih saj
Citra diseret keluar ruangan, hal itu tentu menarik perhatian para pengunjung dan juga para pekerja yang bekerja di rumah sakit."Berulang kali mereka mempermalukan aku! Apa kurangnya aku?" gumam Citra, wanita itu belum juga menyadari kesalahan yang di buatnya Sungguh ironis.Wanita itu menundukkan pandangannya, apalagi saat mendengar bisik-bisik yang dilontarkan untuknya. Bukan hanya bisikan, bahkan ada yang berteriak padanya.Sedangkan di ruangan, Charles mengalami luka serius dan Amber harus mendapatkan perawatan akibat luka yang dia derita. Kejadian yang hampir sama terulang, tetapi berbeda keadaannya."Lukamu terlalu dalam dan banyak!" keluh Olive pada Amber yang tersenyum, saat akan dibawa ke ruang IGD."Tenanglah, sakit ini belum seberapa. Jejak kedua orang tuaku hilang, tentu membuat luka yang dalam di sini!" Amber menunjuk dadanya, pandangannya kosong menatap langit-langit lorong rumah sakit.Olive hanya bisa menghela napas panjang dan segera menghubungi Defi, untuk membantuny
"Lepaskan!" Citra kembali memberontak."Diamlah!" bentak salah satu bodyguard.Dengan santai, dua orang itu melepaskan tangan Citra dan duduk di sisi ranjang. Mereka belum beranjak dari kamar Citra, menunggu instruksi selanjutnya.Amber menuju ke kamar rawat di mana Charles sedang terbaring lemas, Olive memastikan lagi, apakah Amber benar-benar akan bermesraan dengan lelaki bejat itu, meski status mereka masih suami istri. Setelah mendengar jawaban Amber, Olive menyingkir, mempersiapkan semua yang sudah dijelaskan Amber sebelumnya.Pintu dibuka, Charles yang termenung langsung menoleh. Melihat istrinya datang dengan gaun hitam sexy yang menggoda, membuat lelaki buaya itu tersenyum merekah. Dia berpikir, ada untungnya kecelakaan yang dia alami. Lelaki dengan senyum tipis itu langsung merentangkan tangannya, menyambut Amber masuk ke dalam pelukannya. Tanpa kata, Amber langsung menyambut pelukan suaminya. Tentunya dengan sedikit sentuhan menggoda."Aku merindukanmu," bisik Amber.Charles
"Tidak, anakku tidak akan mati hanya karena hal seperti ini!" pekik Citra.Amber yang tadinya mau mencari dokumen miliknya, malah mendapati pemandangan yang di luar perkiraannya. Citra sedang terduduk menahan kesakitan dan ada darah segar di lantai. Amber sungguh tidak peduli, dia masuk dan mengabaikan keadaan Citra. Meski hatinya ingin sekali menolong anak yang ada dikandungannya, dia berpikir anak yang belum lahir itu tidaklah bersalah. Perbuatan bejat ibunyalah yang membuat dia ikut bersalah. Namun,tubuhnya menolak keinginanya."Apa kamu enggak kasihan melihat istrimu?" ejek Amber. "Jangan sampai kamu kehilangan bayi yang kamu idam-idamkan!"imbuhnya.Amber langsung menuju meja, dan menarik laci, mengambil berkas yang dia cari. Kontrak dengan perusahaan Dirjaya. Charles hanya melirik, kemudian memeluk Amber di depan Citra yang sedang menahan kesakitannya. "Mas! Aku pendarahan!" pekik Citra dengan menahan sakit dan rasa kesal yang luar biasa.Wanita itu tidak habis pikir, bagaimana b
Amber memegang pipinya yang terasa panas dan sedikit kebas, matanya menatap tajam ke arah wanita yang membuat dunianya tidak baik-baik saja. Kemudian senyum kembali tersungging di bibirnya yang merah meraona tanpa riasan."Aduh!"Citra mengaduh dengan keras, setelah kerah bajunya di tarik oleh Amber, dan Charles hanya melihat dengan tidak percaya. Dalam hatinya mesih bertanya-tanya, apakah benar istrinya berubah? Apakah efek dari pergaulannya di penjara, atau karena rasa sakit hati yang mendalam padanya. Charles menggelengkan kepalanya, meyakinkan diri, dia tidak sepenuhnya salah dalam hal ini."Berani sekali kamu menyentuh wajahku!" ucap Citra dengan suaranya yang dia tekan, mengintimidasi lawannya dengan suara dan tatapan mengintimidasi."Aa-aku hanya memberitahumu, jika selingkuh itu perbuatan tidak baik. Apalagi dilakukan oleh seorang istri!" Citra masih membela diri, dengan suara bergetar. Amber tertawa sangat keras, sehingga menarik perhatian para pelayan, yang melihat kejadian
Setelah acara makan, Amber kembali ke kamarnya yang masIih tersisa sentuhan Citra, membuatnya berdecak kesal. Charles seperti anak itik yang mengikuti indunya, ke manapun kaki induknya pergi."Kenapa?" tanya Charles yang melihat Amber mematung memandangi kamarnya.Amber diam, matanya tertuju pada taman yang ada di bawah. Melihat seseorang ada di balik pohon besar, sedang melihat sekitar. Sebagai seorang yang sudah terbiasa dengan dunia kejahatan, Amber tahu jika orang tersebut sedang mencari informasi atau mencari sesuatu, juga bisa saja menemui orang yang menjadi atasannya. Tanpa Amber sadari, sepasang tangan kekar melingkar di pinggangnya dan dia membiarkannya."Aku harap, kamu selalu memaafkan aku dan bisa memperbaiki hubungan ini hingga akhir hayat kita." Tulus, ya, terdengar sangat tulus.Sayangnya, kata-kata yang masuk ke telinga Amber, tidak menyentuh hatinya. Matanya fokus pada sosok yang bersembunyi. Amber mulai mengaktifkan ketidak percayaannya pada apapun dan siapapun, set
"Hei, kamu!" pekik Citra.Saat satu pelayan lewat di depannya, setelah pesta usai. Wajah pias pelayan itu sangat kentara, matanya tidak berani melihat ke ara Citra."I-iya, Nona Citra," lirih suaranya.Dahi Citra mengernyit, saat mendengar jawaban si pelayan, tapi itu tidak membuatnya senang. Citra butuh pelampiasan. karena acara yang sudah di susunnya berantakan dan pelayan malang inilah yang menjadi target pelampiasan amarahnya."Pijat bahuku sekarang, aku sangat lelah," perintah Citra dengan suara rendah, tidak seperti biasanya.Pelayan itu segera mendekat dan melaksanakan apa yang diminta oleh majikan barunya. Dia lupa panggilan untuk wanita yang ada di depannya, hanya karena hal sepele, pelayan yang baru bekerja satu tahun di kediaman Charles itu akan menanggung akibat dari kekesalan Citra yang terpendam."Kenapa di situasi seperti ini, Zera malah tidak datang!" Kesal Citra, mulutnya tidak berhenti mengomel."Kecilkan suaramu, kepalaku sedang pusing!" Charles yang masuk ke kamar l