Home / Romansa / Balas Dendam Sang Dokter Ahli Farmakologi / Bayang Camelia dan Janji Dendam

Share

Bayang Camelia dan Janji Dendam

Author: Jimmy Chuu
last update Last Updated: 2025-10-08 20:36:59

Sore hari, Elena kembali ke rumah hiburan. Ratmi mengikuti dari belakang dengan langkah yang lebih tenang dari semalam.

Mereka masuk lewat pintu belakang seperti biasa. Pelayan kecil yang sudah kenal menyambut dengan senyum lebar.

"Tabib Elena," sapanya sambil membungkuk. "Nona Layla sudah menunggu."

Elena mengangguk. Ia naik tangga menuju lantai dua dengan langkah yang ringan.

Pintu kamar Layla terbuka. Suara musik pipa terdengar dari dalam.

Layla berdiri di tengah ruangan dengan gaun tipis berwarna merah muda. Kain transparan melapisi tubuhnya yang kini kembali berisi.

Ia memutar tubuh dengan gerakan yang lambat. Pinggulnya bergoyang mengikuti irama musik.

"Tabib," sapanya sambil tersenyum lebar. Ia berjalan mendekat dengan langkah yang menggoda.

Tangannya menyentuh bahu Elena dengan gerakan yang lembut. "Aku bisa menari tanpa rasa sakit lagi. Rasanya tubuhku baru lahir."

Elena menatapnya dengan mata yang tenang. Ia menyentuh pipi Layla, merasakan kulit yang kini lembut dan kenyal.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Balas Dendam Sang Dokter Ahli Farmakologi   Darah dan Pembalasan, Part II

    Elena berjongkok di samping Maya. Menatap wajah yang penuh air mata dan kebencian itu dengan tatapan yang sangat datar."Kau mengajari aku," bisiknya dengan suara yang sangat pelan. "Bahwa di dunia ini, yang kuat menang. Yang lemah mati. Tidak ada belas kasihan. Tidak ada ampun."Ia berdiri. Mengangkat pedang tinggi-tinggi di atas kepala."Jadi terima kasih," lanjutnya sambil tersenyum tipis. "Untuk pelajaran yang sangat berharga itu."Maya menatap pedang yang terangkat dengan mata yang sangat lebar. "Tidak," bisiknya dengan suara yang sangat lemah. "Kumohon. Jangan."Tapi Elena sudah tidak mendengar. Pedang berputar di udara dengan gerakan yang sangat cepat dan indah.Lalu menusuk ke bawah dengan kekuatan penuh.Sret!Ujung pedang menembus dada Maya tepat di jantung. Masuk sangat dalam hingga hampir tembus ke lantai.Maya terhuyung. Tubuh masih memeluk Lina. Mata menatap Elena dengan tatapan yang perlahan memudar."Kenapa," bisiknya dengan suara yang hampir tidak terdengar. Darah kel

  • Balas Dendam Sang Dokter Ahli Farmakologi   Darah dan Pembalasan

    Hening. Hanya suara lilin yang meleleh pelan di sudut ruangan. Lilin merah yang cahayanya bergoyang-goyang, membuat bayangan menari di dinding.Maya dan Lina saling berpelukan di lantai. Tubuh gemetar hebat. Wajah basah oleh air mata dan keringat.Elena berjalan mendekat dengan sangat pelan. Setiap langkah bergema di lantai marmer yang dingin. Pedang upacara tergenggam erat di tangan kanan.Lina menatap kakaknya dengan mata yang sangat lebar. "Kak," bisiknya dengan suara yang bergetar sangat hebat. "Kau tidak akan membunuh kami, kan? Kita darah yang sama. Kita keluarga."Elena berhenti tepat di hadapan mereka. Menatap dengan tatapan yang sangat datar dan kosong."Darah yang sama?" ulangnya dengan suara yang sangat pelan. "Mungkin. Tapi darahku kalian kotori dengan racun dan kebohongan."Ia mengangkat pedang, menatap bilah baja yang berkilau di bawah cahaya lilin. "Darah yang sama," lanjutnya sambil tersenyum tipis. Senyum yang sangat dingin dan mengerikan. "Tapi tidak sama lagi setela

  • Balas Dendam Sang Dokter Ahli Farmakologi   Penghakiman Elena.

    Lina gemetar hebat di samping ibunya. "Itu bukan aku," katanya dengan suara yang sangat cepat dan panik. "Ibu yang suruh. Aku hanya mengikuti perintah. Aku takut kalau tidak menurut."Elena berbalik menatapnya dengan mata yang sangat tajam. "Kau mengoleskan racun itu di jubah ibuku," katanya dengan nada yang sangat dingin. "Aku melihat bekas noda itu dengan mata kepalaku sendiri. Aku melihatmu tersenyum saat melakukannya."Lina menggeleng dengan sangat cepat. "Tidak. Tidak. Aku tidak ingat. Aku masih kecil waktu itu. Ibu yang memaksaku.""Kau berusia lima belas tahun," potong Elena dengan tegas. "Cukup tua untuk tahu perbedaan antara benar dan salah. Tapi kau memilih jalan yang salah."Keheningan mencekam menyelimuti ruangan. Hanya suara napas tersengal Maya dan Lina yang terdengar.Lalu Elena mengangkat tangan. Tinggi-tinggi. Dan menurunkannya dengan sangat cepat.Plak!Tamparan sangat keras mendarat di pipi Maya. Bunyi yang sangat nyaring bergema di ruangan yang luas.Maya terhuyung

  • Balas Dendam Sang Dokter Ahli Farmakologi   Keluarga Seperti Apa?

    Pintu kayu besar terbuka dengan sangat perlahan. Bunyi engsel yang berderit pelan terdengar di ruangan yang hening.Cahaya dari luar masuk, membentuk silhouette seseorang yang berdiri dengan sangat tenang di ambang pintu.Maya dan Lina menatap dengan napas tertahan. Mata mereka berbinar penuh harapan yang salah.Lalu sosok itu melangkah masuk. Langkah yang sangat pelan dan terkontrol. Setiap gerakan penuh perhitungan.Elena muncul dengan hanfu putih bersih seperti salju.Tidak ada hiasan berlebihan. Hanya sisir giok putih di rambut yang ditata setengah ke atas dengan sangat rapi. Beberapa bunga melati putih segar menghiasi samping kepala.Wajahnya sangat tenang. Seperti permukaan danau yang tidak beriak. Mata menatap lurus ke depan tanpa ekspresi apapun.Di belakangnya, dua pelayan istana berdiri dengan kepala tertunduk. Tidak berani masuk lebih jauh.Elena berhenti di tengah ruangan. Menatap dua perempuan yang masih dicengkeram prajurit dengan tatapan yang sangat datar.Kevin berbali

  • Balas Dendam Sang Dokter Ahli Farmakologi   Harapan Palsu.

    Kevin berhenti tepat di hadapan Maya yang masih berlutut. Menatapnya dari atas dengan mata yang sangat meremehkan."Kau pikir kami bodoh?" tanyanya dengan suara yang sangat pelan tapi sangat menakutkan. "Kau pikir Biro Hukum Kekaisaran tidak tahu cara kerja orang seperti kalian?"Ia mengangguk pada prajurit. "Bawa mereka," perintahnya dengan tegas.Dua prajurit maju, masing-masing memegang lengan Maya dan Lina dengan sangat kasar. Menarik mereka berdiri dengan paksa.Maya menjerit sambil berusaha melepaskan diri. "Tidak! Lepaskan aku! Kau tidak bisa melakukan ini! Aku istri jenderal!"Lina menangis dengan sangat keras sambil mencengkeram lengan prajurit. "Kumohon! Kumohon jangan! Kami tidak bersalah!"Tapi prajurit tidak peduli. Mereka terus menarik kedua wanita itu ke arah pintu dengan gerakan yang sangat kasar.Maya dan Lina terseret dengan kaki yang hampir tidak menyentuh lantai. Hanfu mewah terseret di lantai, kotor dan kusut.Perhiasan berlian dan giok jatuh satu per satu dari le

  • Balas Dendam Sang Dokter Ahli Farmakologi   Penangkapan Di Mansion Wirawan.

    Maya mencoba berdiri dengan gerakan yang tidak stabil. Kaki sedikit goyah karena arak, tapi ia memaksakan diri untuk terlihat tenang dan elegan.Ia merapikan hanfu dengan tangan yang sedikit gemetar, lalu tersenyum. Senyum yang sangat dibuat-buat, tidak alami sama sekali."Tuan Kevin," katanya dengan suara yang berusaha terdengar sopan dan percaya diri. "Tentu ada kesalahan. Rumah ini milik Jenderal Arka Wirawan, kepala pasukan utara yang sedang berperang untuk negeri."Ia melangkah sedikit mendekat dengan gerakan yang berusaha anggun. "Kami keluarga yang sangat terhormat," lanjutnya sambil mengangkat dagu tinggi. "Tidak mungkin ada masalah hukum di sini."Kevin menatapnya dengan mata yang sangat datar. Tidak ada emosi sama sekali di sana. Hanya kekosongan yang dingin seperti es."Justru itu masalahnya, Nyonya," katanya sambil melipat tangan di belakang punggung. "Dana yang dikorupsi dari pasukan utara mengalir ke sini. Lewat bisnis Paviliun Bunga Teratai yang Nyonya kelola."Ia berja

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status