Sementara di tempat berbeda, Ling semakin gusar. Dia tau kalau telah di tipu. Tapi entah mengapa dirinya begitu resah memikirkan pria yang pergi memimpin peperangan itu.Wanita itu terus mondar-mandir di depan kamar hingga salah satu pelayan kepercayaan datang, Ling menarik pelayan tersebut dan duduk di tepi ranjang."Aku minta tolong padamu," ucap Ling memohon."Tidak, aku tidak mau Nona melakukan hal yang berbahaya lagi," ucap Shuang berdiri dan melangkah menjauh.Perlu di curigai bila sang Nona memasang wajah melas dan memohon seperti ini, beberapa waktu dia bertingkat demikian dan alhasil dia pulang dengan banyak luka. Sebelumnya juga sang Nona sempat menipunya, dia bilang hanya ingin pergi ke pasar, ternyata malah pergi menangkap preman dan masuk rumah bordil. Karena itu dia hampir saja kehilangan kegadisannya."Aku mohon, aku sangat mencemaskan suamiku," ucap Ling tetap memohon."Apa!? Tidak. Sejak kapan Nona menganggapnya suami. Bahkan Nona sendiri yang bilang kalau dia tidak p
Terdengar suara guntur yang bergemuruh, kilatan petir memenuhi langit seolah akan ada badai besar. Panglima Hong masih terus membaca mantra dan memanggil pusakanya, begitupun Longwei.Tidak mau banyak korban berjatuhan, Longwei mulai memanggil sosok naga hitam yang bersemayam di dalam tubuhnya."Kau tidak akan mampu menghentikan ku panglima Longwei," ucap Panglima Hong terbahak.Seketika anga hitam legam keluar dari tubuh Longwei, naga itu terbang di atas awan dan menghembuskan napas api ke arah panglima Hong "Sial!" Kekuatan Longwei cukup besar, Hong tidak bisa menahannya. Tidak menunggu waktu lama, Hong terpental dan mengeluarkan cairan merah kental dari mulutnya.Melihat panglimanya terluka, semua prajurit mulai was-was. Ini kali pertama mereka di ambang kekalahan. "Serang mereka!" teriak panglima Hong.Semua prajurit di kubu Hong mulai menyerang, tidak mau kalah, prajurit dari kubu Longwei pun ikut maju.Kedua kubu saling serang, keduanya memiliki kekuatan yang setara. Satu pers
Sebuah kereta kuda melaju dengan kecepatan pelan, membawa Longwei dan Ling ke kerajaan musuh untuk mengibarkan bendera kerajaannya."Jadi sekarang kau bisa menjelaskan semua," ucap Ling menagih janjinya."Mengapa semua ini sangat penting bagimu?" Longwei menyapa lekat sepasang mata bulat di hadapannya.Ling tersenyum tipis, dia mencubit perut Longwei hingga pria tersebut merintih kesakitan," kenapa kau kejam sekali?" Longwei meringis kesakitan."Tiga bulan aku merawatmu, lalu kau mengkhianati ku seperti ini. Jadi katakan aku harus bagaimana?" Ling melotot ke arah Longwei.Sedetik Longwei terdiam, melihat tingkah Ling mengingatkannya akan wanita yang memiliki paras sama persis sepertinya, Qixuang. Keduanya memiliki karakter yang sama, mereka ceria, baik hati, dan tangguh. Kadang Longwei sampai lupa kalau di hadapannya adalah Ling, bukan Qixuang."Halo Tuan naga, apa kau ingin pura-pura lagi!" Ling bertepuk tangan tepat di wajah Longwei."Tidak sopan, bagaimanapun aku ini adalah Rajamu.
Di dalam kereta terdengar denting pedang saling bergesek. Longwei cemas, dia hendak kembali naik ke kereta tersebut tapi di halangi oleh Wencheng, sang topeng emas."Pengecut!" Longwei melayangkan pedangnya ke arah pria dengan topeng emas yang memakai jubah berwarna hitam itu.Dengan cepat Wencheng menghindari tebasan pedang Longwei, tidak mau kalah, pria berjubah hitam itu juga mengayunkan pedangnya ke arah Longwei.Dengan cepat Longwei melompat dan menghindar, dia mencari celah untuk kembali naik ke atas kereta untuk menolong Ling.Tanpa buang waktu, Longwei segera membuka pintu kereta. Di sana dia melihat Ling sedang di sekap oleh seorang wanita. Tidak mau basa-basi pria itu mengarahkan pedang ke wanita tersebut.Sementara di luar, Mingyu menahan Wencheng. Pria berjubah hitam yang mengincar Longwei. Entah apa yang dia cari, tapi siluman rubah itu merasa kalau Iblis merencanakan sesuatu."Lama tidak jumpa teman," kekeh Wencheng."Aku bukan temanmu," Mingyu menyerang pria berjubah hit
Melihat kesalahan pahaman Ling dan Longwei, Kedua orang dengan pakaian serba hitam itu tersenyum tipis. Usaha mereka tidak sia-sia, benar yang di katakan Raja iblis.'Pertarungan tidak melulu dengan kekuatan, melainkan otak dan ide yang cemerlang,'"Baiklah, kami tidak akan mengganggu perjalanan kalian lagi. Silahkan pergi dan lanjutkan perjalananmu," ucap Wencheng yang kemudian menghilang meninggalkan Longwei dan para pasukannya.Di tempat berbeda, Mingyu sudah berusaha sekuat mungkin untuk mencairkan inti jiwa sang naga yang membeku. Es yang menyelimuti tubuh naga tersebut sudah menghilang, napas hangat naga sudah bisa di rasakan oleh tangan Mingyu.Wajah Mingyu mulai bersemangat, dia mengerahkan semua sisa kekuatannya untuk mendorong es ini agar segera menghilang sempurna. Sayangnya semua usahanya gagal.Tubuh naga kembali dingin dan bahkan napas hangat yang dia rasakan sekian detik itu mendadak menghilang. Semua harapannya hancur sudah.Karena tenaganya sudah habis, tubuh Mingyu l
Longwei duduk di tepi ranjang, dia sampingnya tergeletak seorang pria dengan wajah pucat masih menutup matanya."Longwei," panggil Mingyu yang baru saja membuka matanya."Kau baik-baik saja, apa yang kau rasakan?" Longwei membantu Mingyu untuk meneguk segelas air.Mingyu hendak bangkit dari tidurnya tapi segera di hadang oleh Longwei, tubuh siluman rubah itu masih sangat lemah. Dia kehilangan banyak darah di tambah luka dalam yang cukup parah."Jangan banyak bergerak, tubuhmu masih terluka parah," ucap Longwei membantu Mingyu untuk bersandar di kasur."Apakah inti jiwa nagamu terlah kembali?" tanya Mingyu dengan suara lemah.Longwei menarik napas panjang, dia teringat saat dia tidak sadarkan diri. Dia melihat naga yang pernah keluar dari tubuhnya di selimuti es."Belum, Ling sudah mencoba membantu. Tapi tetap tidak bereaksi." Longwei menundukkan kepalanya.Mingyu terdiam sesaat. Mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk menjelaskan semuanya pada Longwei, bibir pucat Mingyu mulai terbuk
Longwei membuka matanya, rasa sakit yang dia rasakan perlahan menghilang. Ujung matanya melihat seorang wanita cantik dengan hanfu berwarna putih bersih. Sepertinya dia adalah siluman melihat ada dua telinga di kepalanya. Longwei melangkah mendekati wanita tersebut."Akhirnya Anda datang juga, saya yakin legenda itu benar adanya," ucap Sang wanita menunjukkan kepalanya memberi hormat."Siapa kau?" tanya Longwei mengerutkan alisnya.Wanita itu kembali berdiri ke posisi semula dan menatap teduh Longwei. Dua tangannya mengibaskan selendang, tiba-tiba ratusan ekor kunang-kunang berterbangan di sekitar pria tersebut."Panglima tidak perlu tau siapa aku, waktu anda tidak lama. Kunang-kunang ini akan mengantar Anda ketempat inti jiwa naga yang masih di segel." Wanita itu menunjuk ujung jalan yang sudah di terangi cahaya dari kunang-kunang."Di ujung jalan akan ada beberapa rintangan, anda harus melewati semua rintangan tersebut. Bila panglima berhasil, maka kultivasi inti jiwa naga akan sem
Setelah pertemuannya dengan sang teman lama yang amat dia rindukan, mereka duduk di sebuah kursi kayu di hadapan mereka terdapat beberapa hidangan.Perasaan yang tadinya ragu mulai sirna begitu saja, yang pria itu rasanya saat ini hanyalah perasaan nyaman dan damai.Geming duduk sambil menuangkan teh ke cangkir temannya, mereka mengobrol dan bercanda ria. Tak lama kemudian seorang wanita yang dia cintai datang. Wanita itu membawa nampan yang berisi hidangan makan siang."Makanan kesukaanmu," ucap Qixuang yang menyodorkan semangkuk sup ayam.Aroma sup ini masih sama, harum dan sangat menggoda. Tanpa menunggu lama Longwei segera menyantap sup yang masih mengeluarkan asap tipis tersebut."Kalian tidak makan?" tanya Longwei melempar senyum lebar.Keduanya hanya menggelengkan kepalanya pelan. Awalnya dia merasa aneh, tapi keanehan itu segera di tepisnya.'Longwei, sadarlah ... kau mendengar ku ...' bisikan seorang wanita yang terdengar begitu samar.Longwei menaruh mangkuk yang berada di t