"Panglima Longwei, lama kita tidak bertemu," kekeh Panglima musuh dengan zirah berwarna hitam membalut tubuhnya.Longwei, panglima yang diutus oleh kahyangan para dewa untuk menumpas pasukan jiwa iblis menatap sosok di depannya dengan tajam.Pria berbadan tegap di depannya dulunya adalah sahabat karibnya semasa mengabdi pada para Dewa kahyangan.Namun, sebab pengaruh jahat jiwa Iblis yang misterius, sahabatnya itu kini berbalik melawan para dewa Kahyangan."Geming, aku ulang sekali lagi. Hukum kahyangan sangat berat, kau masih ada waktu untuk merubah pikiran," ucap Longwei menatap tajam pria yang saat ini berdiri di hadapannya.Geming tertawa kencang, bahkan dia tidak gentar sedikitpun. Pria itu melayang mendekati Longwei yang bersiap dengan pedangnya."Apa kau buta, Longwei?! Para dewa hanya memanfaatkan orang-orang seperti kita untuk kepentingan mereka! Pada akhirnya nyawa yang kita miliki hanya alat untuk melanggengkan kekuasaan mereka!" ucap Geming seraya menatapnya tajam.Longwei
Longwei menatap dalam paras wanita yang duduk di hadapannya. Wanita itu sibuk mengecek suhu badan Longwei dan mengajukan beberapa pertanyaan. Namun telinga pria tersebut seolah tuli, dia tidak mendengar apapun kecuali mata yang lekat menatap wanita itu. "Tuan? Apakah kau mendengar ku?" tanya Wanita itu melambaikan tangannya ke hadapan Longwei. Longwei memeluk wanita tersebut, buliran air mata mulai menetes membasahi pipi. Semua perasaan bahagia bercampur haru menyelimuti hati pria itu. "Maaf Tuan, apakah anda baik-baik saja?" tanya Wanita itu melepas pelukannya. "Maaf," ucap Longwei singkat saat pelukannya berhasil di lepaskan. Mata Longwei menyapu sekitar, sepertinya dia tidak berada di negri kahyangan melainkan di bumi. Tatapannya kembali pada Wanita yang duduk di hadapannya sambil menyodorkan segelas obat. Wanita itu tampak asing padanya, seolah dirinya lupa kalau pernah kenal dengannya. Semua kemungkinan buruk mulai berkeliaran di otak Longwei sampai dia menaruk kesimpulan
Tandu yang ditarik oleh dua ekor kuda melewati hutan lebat yang menyeramkan. Hutan dengan banyak pepohonan rindang masih di tambah angin malam yang begitu menusuk membuat suasana begitu mencekam.Suara gesekan ranting dan dedaunan yang diterpa angin membuat hawa terasa lebih mencekam. Para prajurit juga merasakan hal yang sama. Bulu kuduk merinding, terlihat sosok hitam kelam dengan tubuh yang amat besar mendekati mereka. Tandu yang di naiki Ling bergoyang dan hampir saja terbalik. Di saat bersamaan terdengar suara pedang yang saling bergesek. "Astaga, makhluk apa itu?" Ling terbelalak ketika membuka jendela tandu.Dia melihat seekor rubah dengan sembilan ekor yang cukup besar. Tingginya kurang lebih dua ratus meter, masih di tambah ekor yang menjulang di langit.Sepuluh prajurit mencoba melumpuhkan makhluk itu, tapi kekuatan mereka tidak cukup untuk itu. Hanya dengan sekali kibasan ekornya semua prajurit tergeletak.Ling segera keluar tandu untuk membantu prajurit melawan siluman
Kereta kuda sampai di sebuah pedesaan, beberapa orang mengetahui kalau yang lewat adalah kereta dari kerajaan. Banyak orang yang memberi hormat. Sesekali terdengar teriakan orang yang menangis kesakitan. Ling hanya menutup mata, bibirnya mengatup rapat. Dia tak kuat melihat kepedihan rakyatnya. Longwei mengintip dari balik kelambu. Matanya terbelalak, jantungnya terasa teriris melihat semua ini. Banyak orang yang tergeletak di pinggir jalan, tubuh mereka di penuhi luka yang mengeluarkan darah. "Sejak kapan mereka terserang wabah seperti ini," tanya Longwei penuh selidik. "Sudah lima tahun berlalu, bahkan lima kota di negri Qing sudah kehilangan penduduknya karena penyakit itu," ucap Ling menghapus air mata yang terus berderai. "Selama itu pula kami mengadakan ritual penyucian, tapi semua tidak membuahkan hasil. Penyakit tetap menyebar dan banyak gadis mati sia-sia," lanjut Ling bercerita. "Sudah hampir dua tahun aku mencari sosok naga hitam itu, aku berharap bisa menyelamatkan m
Tetesan air hujan yang tidak terlalu deras membasahi negeri Qing dan keajaiban pun terjadi. Luka yang berada di tubuh rakyat tiba-tiba luntur bersama air hujan yang mengalir membasahi tubuh mereka. Mendengar rakyat sudah sembuh, para penghuni istana pun juga ikut keluar dan menikmati rintikan hujan tersebut.Sementara pria yang berdiri di tengah aula kerajaan itu terhuyung menahan rasa sakit di dadanya. Jantungnya seolah di remukkan saat ini, seiring dengan tubuhnya yang terasa menerima beribu cambukan. Pria tersebut memejamkan mata dan berusaha menahan kesakitan ini. Sedangkan di sebrang, tempat di kursi besar. Seorang wanita menatapnya lekat.Perlahan Wanita tersebut turun dari singgasana dan melangkah mendekati pria yang berdiri di tengah aula. Wanita dengan mahkota yang terpasang di kepalanya itu tak peduli dengan rintik hujan yang membasahi tubuhnya.Dia bisa merasakan betapa segarnya air hujan ini, tapi ada yang aneh dengan dirinya. Serpihan ingatan mulai terlintas di kepalanya
Seorang pria dengan tubuh tegap melangkah mendekati danau yang tak jauh dari istana. Pantulan sinar rembulan di air danau terlihat begitu indah. Pria itu duduk di bebatuan dan menatap pantulan itu.Dulu dirinya sering melihat pemandangan indah ini dengan seorang Wanita yang amat dia cintai. Tapi semua hanya tinggal kenangan pahit.Sekelebat bayangan hitam melayang dan berhenti tepat di belakang sang pria bertopeng. Dengan tenang pria tersebut berdiri dan berdiri tegak."Bukankah harusnya kau bersama istrimu?" ucap siluman rubah, Mingyu."Katakan apa yang kau tau tentangku! Aku pastikan sembilan ekormu itu lenyap seketika saat kau berbohong," ucap Longwei sambil menarik pedang dan berhenti di leher sang siluman.Siluman itu menarik ujung bibirnya ke atas. Dia tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Teman karibnya melupakan semua hal yang pernah mereka lakukan dulu.Bahkan, dia lupa akan dirinya sendiri. Mungkinkah ini semua pengaruh dari kulitivasi yang meningkat terlalu tinggi?"Apa
"Kau tidak keberatan kalau aku berada disini?" tanya Mingyu duduk di kursi.Siluman itu sudah membaik, sekarang dirinya bisa merubah wujudnya kembali ke wujud manusianya."Tidak ada tempat lain, aku tidak tau pria itu akan menyerang lagi atau tidak," ucap Longwei duduk di tepi ranjang dan menatap Mingyu.Mingyu menatap dalam Longwei dan Ling secara bergantian. Dia merasa Longwei tidak bercanda dengan kondisinya saat ini. dia benar-benar bukan Taeching.Melihat Siluman rubah yang menatapnya dalam membuat Longwei penasaran. Dia bangkit dan melangkah mendekat."Apa yang kau pikirkan?" Longwei menatap tajam."Aku akan terima bila kau melupakanku, tapi Nona Ling, apakah kau juga melupakannya?" tanya Mingyu menautkan alisnya."Sudah aku bilang, aku bukan Taeching." Longwei melempar pandangan."Lalu siapa kau sebenarnya," sahut Mingyu penasaran.Longwei menatap Mingyu, bibirnya mulai terbuka tapi mengatup kembali. Tidak mungkin bila dia menceritakan siapa dirinya sebenarnya. Ini terlalu musta
Longwei masuk ke aula istana, hari ini adalah hari pertamanya menjabat sebagai seorang raja di Kerajaan Qing. Ling melangkah di belakang Longwei dengan anggun.Keduanya memakai pakaian yang serasi. Banyak pasang mata takjub melihat kecantikan Ling. Maklum saja, Wanita ini tinggal di pengasingan begitu lama.Rumor mengatakan bahwa keterampilan Ling dalam memainkan pedang sangat bagus, dia juga cukup pintar dalam mengatur strategi perang. Itu yang membuat Raja sebelumnya tidak begitu mengkhawatirkan keadaan Wanita itu saat di pengasingan.Sayangnya, dia harus menikah dengan pria yang bahkan tidak jelas asal-usulnya. Rakyat sebenarnya juga ragu dengan Raja yang baru. Hanya saja mereka tidak bisa tutup mata dengan kehebatan orang tersebut.Satu persatu mentri melaporkan keadaan seluruh wilayah negara Qing. Keadaan kerajaan pasca wabah itu jauh dari kata baik. Banyak kota besar yang dilanda krisis ekonomi sampai bahan pangan.Yang paling mengejutkan adalah ... ada kabar bahwa akan terjadi p