Share

Bab 6 - Dika Berubah

Begitu sampai di The Clouds, Aliando langsung duduk di sofa samping Dika.

Ada teman-temannya Dika pula di sana. Mereka tengah asik berbincang. Bersantai. Mungkin melepas penat setelah seharian melakukan aktivitas.

Di atas meja, dipenuhi botol-botol minuman beralkhohol mahal, gelas-gelas dan juga rokok. Asap juga tengah mengepul bebas dari mulut mereka masing-masing. Sesekali mereka menenggak minuman.

Aliando langsung menayakan kabar Dika. Pasalnya mereka sudah lama tidak bertemu.

Aliando sudah tahu jika Dika sudah jadi orang sukses sekarang. Aliando ikut senang dengarnya.

Bagimana tidak senang?

Sahabat baiknya sejak SMA sudah jadi orang sukses. Aliando adalah saksi mata dari awal Dika memulai bisnis, sampai bisa sesukses seperti sekarang ini.

Makanya, Aliando berharap lebih kepada Dika yang akan membantunya karena mereka adalah sahabat sejak SMA.

Namun Aliando harus dikejutkan dengan sikap Dika yang tidak terlalu antusias menjawab pertanyaannya dan kehadirannya.

Dika juga tidak terlalu bersemangat saat bertemu dengan dirinya.

Sikapnya tidak menunjukan sebagai seorang sahabat yang sudah lama tidak bertemu.

"Siapa yang suruh kau duduk di sampingku?" Dika malah bertanya dengan nada dingin sambil menyesap minuman alkoholnya. Menatap Aliando dengan ekspresi wajah datar.

Aliando menyipitkan pandangan, demi melihat wajah Dika yang baru saja berkata itu, yang tak seharusnya tidak dia katakan.

"Berdiri!" Perintahnya ketus.

Aliando mengerjap.

Kenapa Dika malah menyuruhnya berdiri?

Aliando tidak kunjung melakukan apa yang diminta Dika, masih mencoba mencerna apa yang terjadi di depan matanya.

"Berdiri?" Aliando baru bicara setelah terdiam sebentar. Balik nanya sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Apa kau tuli? Apa kau budek? Aku bilang berdiri. Siapa suruh kau duduk di sampingku!" Intonasi suara Dika berubah jadi keras.

"Kau itu enggak pantas duduk di sampingku! Kita udah beda kasta sekarang!" Lanjutnya.

Aliando kembali mengerjap. Benar-benar tak mengerti.

Akhirnya Aliando bangkit dari duduknya secara perlahan seraya masih bertanya-tanya.

Aliando pun menanyakan sikap Dika yang berubah kepadanya.

"Kau masih belum paham juga, Al? Baik lah. Biar kuperelas sekarang ya. Biar jelas. Biar kau paham. Sini...aku kasih paham samamu..." Dika tergelak.

Sementara teman-temannya cekikikan saat melihat sikap Dika kepada Aliando. Namun Aliando tak mempedulikan mereka. Dia masih mencoba mencerna perubahan sikap Dika kepada dirinya.

"Aku dan dirimu itu udah beda sekarang, Al. Kita udah enggak kayak dulu lagi. Kita udah berbeda. Beda level. Beda kasta. Dan beda segalanya. Aku udah jadi Boss sekarang. Sedangkan dirimu? Kau itu masih gini-gini saja sampai sekarang. Masih miskin. Dan bahkan sekarang, kau jadi menantu yang enggak guna dan suami yang bisanya cuma ngerepotkan dan bikin malu istri saja." Dika menyeringai. Mengejek nasib Aliando sekarang. Membandingkan dengan dirinya.

Aliando terbelalak, semakin tidak habis pikir.

Tega-teganya Dika berkata seperti itu kepada dirinya!

Apa dia tidak ingat dengan dirinya yang dulu? Setelah sekarang sudah jadi orang sukses, dia pun berubah?

"Aku-aku enggak nyangka kamu akan berubah jadi seperti ini, Dik. Padahal, dulu, kamu itu enggak kayak gini. Kita udah sahabat sejak SMA loh." Belum sempat Aliando menyelesaikan kalimatnya, tapi Dika memotongnya duluan.

"Udah aku bilang, kalau sekarang kita itu udah beda derajat! Kau bukan sahabatku lagi!"

Aliando terdiam sebentar. Dia menggeram marah. Dia mendadak khawatir soal meminjam uang kepada Dika.

Apakah Dika akan tetap meminjamkan uang kepada dirinya?

Pasalanya Aliando jadi ragu setelah mendapati sikap Dika yang berubah.

Apa sebenarnya rencana Dika? Kenapa Dika menyuruhnya untuk datang menemuinya kalau dia sudah tidak menganggap dirinya bukan sahabatnya lagi?

"Tapi, apa, kau, tetap mau meminjamkan uang sama aku, Dik?" Akhirnya Aliando menyampaikan kegusarannya. Pasalnya dia sudah putus asa mencari pinjaman uang. Dika menjadi harapan satu-satunya.

Dika mangguk-mangguk. Gayanya sok sekali. "Kau tenang saja, Al. Aku akan tetap minjemin uang sama kamu kok."

Aliando lega begitu mendengarnya. Namun tidak bisa merespon apa-apa. Dia malah mendadak punya firasat yang tidak enak soal hal itu.

"Tapi...ada syaratnya." Lanjut Dika setelah terdiam sejenak.

Nah kan. Tidak salah lagi.

"Syarat? Apa syaratnya?" Tanya Aliando dengan kening berkerut.

Aliando sudah malas kalau mendengar syarat-syarat an. Seperti yang sudah-sudah. Yang pasti akan berujung memuakan.

Dika menarik punggung dari sandaran sofa, menatap Aliando sambil menahan senyum.

"Sujud dulu di kakiku, mohon-mohon sama aku, sambil mengonggong...seperti anjing. Seperti anjing yang patuh pada Tuannya. Seperti anjing yang mau minta makan sama Tuannya." Dika menyeringai. Setelah itu tertawa. Diikuti oleh teman-temannya.

Aliando terbelalak.

Dia menggeram. Kedua tangannya terkepal kuat-kuat.

Padahal, dulu, dirinya juga sering membantu Dika saat dia kesusahan.

Tapi, apa, balasannya sekarang?

Giliran dirinya yang kesusahan, dia malah tidak mau membantu dirinya!

Dasar sahabat tidak punya otak!

"Apa kau serius, Dik? Aku harus melakukan hal itu?" Aliando hendak memastikan.

"Aku serius." Jawab Dika.

"Dik...kenapa kau berubah begini? Ini bukan seperti kau yang dulu..." Aliando masih belum bisa mempercayai perubahan sikap Dika.

"Ya...aku emang udah berubah, Al. Kau itu udah bukan sahabatku lagi...aku enggak sudi punya sahabat miskin kayak kamu! Yang bisanya bikin susah aja! Ngerti enggak, kau?!" Tandas Dika.

Aliando geleng-geleng kepala. Ternyata Dika memang benar-benar sudah berubah.

"Jadi enggak, kau miniam uang sama aku?" Tanya Dika sambil menyeringai.

Aliando masih terdiam, tak kunjung memberi jawaban, malah menggeram.

Namun, dia harus mendapatkan uang pinjaman dengan cepat atau tidak Ayahnya akan kenapa-napa.

Aliando berfikir.

Apakah ia harus melakukan hal semenjijikan itu? Menjatuhkan harga dirinya di depan Dika?

"Kalau mau...lakukan apa yang aku bilang barusan..." Dika kembali menyesap minuman beralkoholnya sambil bernyanyi ria. Menunggu Aliando melakukan apa yang dia minta.

Aliando sudah putus asa. Dia sudah kebingungan mau mencari pinjaman uang ke mana lagi.

Akhirnya dengan amat sangat terpaksa, Aliando rela menjatuhkan harga dirinya ke dasar jurang.

Aliando bersujud di kaki Dika, memohon-mohon dan mengonggong seperti anjing atas permintaan Dika.

Dika tertawa puas saat melihat Aliando melakukan hal itu kepadanya.

Teman-temannya Dika memvideo dengan ponselnya saat Aliando tengah melakukan hal tersebut. Pastinya dengan diselingi tawa menggelegar dari mereka masing-masing. Menghina Aliando.

Aliando kecewa berat dengan sikap Dika yang berubah. Dia berjanji. Dia akan membalas perbuatan Dika ini. Suatu hari kelak.

"Nih uangnya." Dika melempar amplop cokelat berisi uang di hadapan Aliando dengan hina setelah puas melihat Aliando melakukan apa yang dia minta.

Aliando meraih amplop itu dengan amarah yang membara.

"Jangan terima uang itu, Al!" Seru seseorang tiba-tiba.

Sontak saja, semua orang menoleh, demi melihat siapa yang baru saja bicara.

Sementara Aliando terbelalak, itu adalah suara Nadine, lantas dia pun langsung menoleh ke belakang.

Benar itu Nadine. Nadine tengah berjalan ke arahnya.

"Nadine...kenapa kamu ke sini?" Tanya Aliando sambil bangkit berdiri.

Tadi pada saat Aliando hendak ijin pergi ke bar ini menemui Dika, diam-diam, Nadine mengikuti Aliando.

Nadine tidak menjawab pertanyaan Aliando, malah menyuruh Aliando untuk segera mengembalikan uang itu kepada Dika.

Aliando menuruti perintah Nadine, menyerahkan amplop cokelat berisi uang kepada Dika.

Kemudian, Nadine menatap Dika dan teman-temannya dengan geram.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status