"Marahin aja tuh Mbak suami kerenya!"
"Bikin malu aja!""Makanya kerja. Jangan kerjaanya cuma minjam duit doang!" Seru teman-temannya Dika sambil ketawa. Dika telah kongkalikong dengan mereka sebelumnya untuk ikut menghina nasib Aliando.Mereka juga mengira jika Nadine akan memarahi Aliando dikarenakan Aliando meminjam uang kepada temannya."Lihat lah suami miskinmu itu, Nad. Memalukan sekali bukan? Masa, dia mau minjam uang sama aku sih?" Dika menyeringai sambil bangkit dari duduknya. Berjalan mendekat ke arah mereka berdua.Wajah Nadine berubah masam sambil menahan marah."Kamu kok kejem banget sih sama sahabatmu sendiri, Dik? Dulu, pas kamu lagi susah, mau berteman sama Al. Dulu, Al juga sering bantu kamu. Tapi, kenapa, sekarang, pas giliran kamu udah sukses. Udah jadi orang kaya. Kamu jadi lupa sama temen yang udah sering bantu kamu!" Nadine berseru kesal.Nadine juga menungkapkan kekecewaannya terhadap Dika karena tega menyuruh Aliando melakukan hal yang dapat membuat harga diri Aliando jatuh.Dika tersentak. Tak menyangka Nadine akan berkata seperti itu. Tak menyangka pula, jika Nadine akan membela suaminya.Dika kira, kedatangan Nadine ke sini karena hendak memarahi Aliando. Tapi ternyata tidak. Nadine malah membela Aliando.Tidak hanya Dika saja yang kaget, Aliando juga sama kagetnya.Aliando terharu dengan pembelaan Nadine di depan Dika.Dika buru-buru memperbaiki keterkejutannya, kemudian malah tertawa."Sekarang...statusku dan Al itu udah berbeda, Nad. Jadi, aku enggak sudi lah berteman sama suami miskinmu itu lagi. Soal yang dulu, dulu dong. Enggak bisa disamakan dengan yang sekarang." Dika melirik Aliando sebentar sebelum kemudian menatap Nadine lagi.Aliando jadi tersulut emosi. Ingin rasanya dia menghajar Dika detik ini juga."Bajingan kau, Dik!" Geram Aliando.Dika malah menyeringai, tak peduli dengan kemarahan Aliando.Nadine segera menahan Aliando supaya tidak meupakan emosinya di sana.Kemudian, Nadine beralih menatap teman-temannya Dika."Apa yang kalian lakukan sama suamiku tadi? Kalian memvideo Al, kan tadi? Sekarang, aku minta kalian hapus videonya!" Nadine berseru. Tadi dia melihat apa yang dilakukan oleh mereka terhadap Aliando.Mereka saling pandang, menatap Dika, meminta pendapat Dika mengenai hal itu.Setelah mendapat persetujuan dari Dika, mereka pun menghapus videonya."Nadine...Nadine...bodoh sekali sih kamu...kenapa kamu belain suami miskinmu itu sih?! Padahal, kan, kamu juga enggak cinta sama dia!" Dika masih tak habis pikir dengan Nadine. Pasalnya Dika tahu jika Nadine tidak mencintai Aliando.Nadine terdiam sebentar."Dia itu suamiku. Jadi, udah jadi kewajibanku dong sebagai seorang istri membela suaminya!" Jawab Nadine dengan nada sarkas.Nadine menoleh ke arah Aliando, lalu mengajaknya untuk segera pergi dari sana.Namun sebelum benar-benar melangkah pergi, Aliando menatap Dika dengan tajam lebih dulu. Dia perlu bicara sebentar."Aku benar-benar kecewa sama kamu, Dik!" Geram Aliando."Aku enggak peduli, Al." Jawab Dika sambil menyeringai. Ekspresi wajahnya menyebalkan sekali."Asal kamu tahu saja, ya, Al...aku itu malu punya teman kayak kamu! Ngerti?!"Aliando tambah menggeram, kemudian dia mencengkram kerah baju Dika seraya melototkan matanya dengan tajam."Tunggu saja. Aku pasti akan balas perbuatanmu, ini, Dik dan aku juga akan menyadarkanmu!""Gimana caranya, hah? Kau saja miskin, jadi mana mungkin kau bisa membalas perbuatanku ini? Ngimpi!"Dika tertawa lebar, diikuti teman-temannya.Aliando sudah akan menghajar Dika, tapi Nadine buru-buru menarik tangan Aliando sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.Akhirnya mereka berdua pun beranjak dari sana."Kenapa kamu sampai melakukan hal serendah itu di depan Dika tadi?!" Tanya Nadine sambil melipat tangan di depan dada begitu mereka sudah berada di luar bar.Nadine langsung menyinggung dengan apa yang Aliando lakukan di dalam sana tadi.Aliando menghela nafas. Dia terpaksa melakukan hal itu. Dia sudah merasa putus asa karena tidak berhasil mendapat pinjaman."Aku udah bingung mau nyari pinjaman uang ke mana lagi, Nad. Makanya, aku terpaksa melakukan hal itu. Dan...aku juga enggak nyangka kalau Dika benar-benar udah berubah."Nadine terdiam sebentar.Nadine bilang jika dia meminta maaf soal Ibunya yang meminta uang 20 juta kembali yang sempat dia pinjamkan kepada Aliando.Karena Aliando telah mengorbankan pekerjaanya demi melindungi dirinya, gara-gara dirinya pula, Al harus dipecat.Maka, Nadine akan memberikan uang yang 20 juta itu kembali.Namun, Nadine berpesan, agar Ibunya jangan sampai tahu soal hal itu.Aliando langsung mengangkat muka begitu mendengar apa yang baru saja Nadine katakan. Serius?"Makasih, Nad. Makasih banyak." Al sungguh terharu dengan kebaikan Nadine."Iya. Kamu tenang saja. Aku akan pastikan, kalau Mama enggak akan sampai tahu soal hal ini dan aku janji, habis ini, aku akan segera nyari kerja lagi.""Udah enggak usah kebanyakan janji dulu. Kamu juga udah dipecat. Nyari kerja juga enggak gampang. Yang penting bayarkan hutang-hutang Ayahmu itu dulu ke renternir sebelum Ayahmu kena masalah nanti!" Potong Nadine.Aliando mengangguk."Yasudah kalau begitu...aku pulang dulu...nanti aku akan kasih uangnya saat udah sampai rumah."Aliando mengangguk."Hati-hati, ya, Nad!" Aliando berseru.Nadine hanya balas berdehem, menoleh ke belakang sebentar sebelum kemudian masuk ke dalam mobil dan kemudian mobil yang dikendarainya meluncur dari parkiran.Sebenarnya Aliando ingin mengantar Nadine pulang, tapi dia bawa motor.Setelah Nadine pergi, Aliando naik ke atas motor dan segera melajukan motor dari sana hendak pulang.***Siang hari. Aliando pergi ke rumah kontrakan Ayahnya setelah sebelumnya sempat ditelfon sang Ayah yang mengabarkan jika para penagih hutang sudah mau sampai rumah.Mendengar hal itu, Aliando pun bergegas meluncur ke sana. Kebetulan, tadi malam Nadine juga sudah memberikan uangnya.Tiba di sana, Aliando mendapati sebuah mobil sedan tengah terparkir di depan rumah kontrakan.Terlihat ada seseorang di dalam sana. Namun Aliando tidak berniat mengeceknya.Apa itu mobil para penagih hutang yang sudah datang ke rumah untuk menagih hutang?Aliando segera turun dari atas motor tuanya, berjalan menuju ke dalam untuk mencari tahu jawabannya.Di dalam sana, Aliando mendapati dua orang yang sepertinya para dept collector yang memiliki badan besar-besar, tengah duduk di sofa ruang tamu, yang seketika itu langsung menoleh ke arahnya.Pak Damar langsung menghela nafas lega saat melihat kedatangan Aliando."Akhirnya kamu datang juga, Nak." Pak Damar langsung bangkit dari sofa dengan wajah sumringah."Oh jadi ini anaknya? Yang katanya mau membayarkan hutangmu itu?!" Tanya sang penagih hutang yang memiliki kepala plontos. Mengamati penampilan Aliando dari bawah sampai atas."Iya. Saya yang akan membayar semua hutang Ayah saya dengan lunas hari ini!" Jawab Aliando dengan tegas."Bagus. Bagus." Mereka berdua mangguk-mangguk."Ya sudah. Mana?! Bayar hutang Ayahmu sekarang juga!!!" Kata pria penagih hutang berkepala plontos itu dengan suara keras."30 juta, kan?" Tanya Aliando memastikan sambil merogoh sesuatu dari balik jaketnya.Dua orang pria itu kompak mengerutkan kening, saling pandang, lantas menatap Aliando kembali."30 juta. Enak saja. Semua total hutang Ayahmu itu 50 juta!!!" Seru salah satu dari mereka dengan intonasi suara keras.Aliando terbelalak begitu mendengar nominal yang harus dia bayarkan yang tak sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Ayahnya. "Bagimana bisa jadi 50 juta? Bukannya total semua hutang Ayah saya itu hanya 30 juta?! Kenapa tahu-tahu bisa jadi 50 juta? Apa-apa an ini!" Aliando tidak terima. Dia butuh penjelasan. Aliando menoleh ke arah sang Ayah, meminta penjelasan darinya. "Benar kan, Yah? Semua total hutang Ayah sama mereka itu hanya 30 juta?! Bukan 50 juta?!" Pak Damar nampak clingak-clinguk dulu sebelum kemudian mangguk-mangguk. Membenarkan. "Iya, Al. Hutang Ayah sama mereka itu hanya 30 juta saja." Kemudian, Pak Damar beralih menatap mereka berdua dengan kening berkerut. Dia juga kaget karena tahu-tahu hutangnya jadi 50 juta. "Kenapa bisa jadi 50 juta? Bukannya hutang saya sama kalian itu hanya 30 juta?" "Heh, itu bunga! Bunga!" "Apa kau tidak paham juga, hah?!" Kata mereka. Agak emosi. Bunga? Sebanyak itu? "Boleh saya liat bukti hutang Ayah saya?!" Ucap Aliando setelah terd
Sang Boss melepas kaca mata hitamnya yang bertengger di hidungnya setelah tepat berada di depan Aliando.Lalu Sang Boss memicingkan pandangan, menatap Aliando lekat, lantas tergelak setelah mengamati Aliando dari ujung kaki hingga ujung kepala. Pemuda yang tak ada spesial-spesialnya. Hanya bocah kemarin sore. Batin Sang Boss. Sang Boss sempat beralih menatap Pak Damar, yang langsung kicep, sebelum kemudian menatap Aliando lagi. Kini urusan hutangnya Pak Damar beralih ke Aliando. Putranya. "Jadi, kau tidak mau membayar hutang pada kami?!" Tanya Sang Boss sambil menghisap rokoknya, seketika itu asap rokok menyembul keluar dari dalam mulutnya dan menerpa wajah Aliando. Aliando menggerakan wajah ke samping demi menghindari asap rokok, kemudian kembali menatap Sang Boss, menghela nafas pelan. Sudah berapa kali dia katakan, kalau dia akan membayar hutang Ayahnya, tetapi sesuai yang tetera di surat perjanjian, bukan sama sekali tidak mau membayarnya!Aliando agak kesal dengan hal itu.
Kening Aliando berkerut, kemudian memicingkan mata. "Apa kalian bilang barusan? Kalian memanggil saya dengan...sebutan 'Tuan Muda'?"Apa saya tidak salah dengar?!" Tanya Aliando dengan suara terbata. Mereka berdua saling pandang, sebelum kemudian menatap Aliando lagi. "Tidak, Tuan Muda." Jawab mereka berdua dengan kompak sembari menggelengkan kepalanya.Aliando tersentak.Jadi dirinya tidak salah dengar? Mereka memang sengaja memanggil dirinya dengan sebutan 'Tuan Muda?' Aliando tidak mengerti, bingung dengan panggilan tersebut. Sementara itu, terlihat Pak Damar yang tengah bergegas menghampiri Aliando. "Kamu tidak apa-apa, Nak?" Tanya Pak Damar cemas begitu sudah berada di dekat Aliando. "Aku tidak apa-apa kok, Yah." Jawab Aliando sambil menggeleng. Masih memikirkan panggilan 'Tuan Muda' yang keluar dari mulut bodyguard itu. Pak Damar langsung menghela nafas lega begitu mendengarnya. Dia merasa amat bersalah jika sampai terjadi apa-apa dengan putranya, sudah putranya yang m
"E-mail itu...bukan kah e-mail itu hanya spam? E-mail itu hanya mau mengerjai saya saja?" Tanya Aliando sambil tergelak. "Tidak, Tuan Muda. E-mail itu beneran dikirimkan dan ditunjukan untuk Tuan Muda. Tuan Besar Arya lah yang mengirimkannya secara langsung." Aliando tersentak lagi, terdiam, mencoba mencerna perkataan Pak Irawan barusan. Jadi, e-mail itu bukan spam? Pantas saja. E-mail itu sempat masuk kembali secara berulang-ulang, karena kesal, akhirnya Aliando tak mengubrisnya sama sekali. Mengabaikannya. Sebentar...jadi si pengirim e-mail itu adalah Tuan Besar Aryaprasaja?Astaga. Aliando sampai tidak menyadari si pengirim e-mail tersebut.Kemudian, Aliando mencoba membandingkan isi e-mail itu dengan penjelasan Pak Irawan barusan, seketika itu, bulu kuduknya pun berdiri. "Enggak...ini enggak mungkin...ini...ini enggak mungkin..." Aliando geleng-geleng kepala. Itu masih terdengar tak masuk akal baginya.Bagimana mungkin jika dia adalah putranya Tuan Besar Aryaprasaja? Pewar
Pukul tujuh malam, Aliando baru pulang ke rumah Nadine dengan banyak melamun di jalan tadi. Tentu saja dia masih memikirkan apa yang terjadi hari ini, mencoba mempercayai bahwa dirinya adalah anak dari seorang konglomerat paling terkenal di Jakarta.Ayahnya cerita banyak soal masa lalunya. Juga dirinya yang nanya-nanya karena penasaran. Kejadian itu mirip seperti di film dan novel. Aliando benar-benar tak menyangka jika akan terjadi di kehidupan nyata. Terjadi pada dirinya pula. Kalau hal itu memang benar. Maka, apa jadinya jika Nadine tahu? Kedua mertuanya? Keluarganya? Aliando mendadak ingin menunjukannya kepada mereka dan tentu saja ingin membalas hinaan, cacian dan makian yang dia terima selama hidup menumpang di rumah keluarga istrinya. Aliando mengerutkan kening, melihat mobil porsce terparkir di halaman rumah, setelah dia turun dari motor. Aliando merasa seperti tak asing dengan mobil itu.Beberapa detik kemudian, kedua mata Aliando langsung melebar setelah ingat siapa
Luka-luka Pak Damar baru saja selesai diobati oleh dokter dan suster di rumah sakit terdekat. Al duduk di kursi di samping ranjang sang Ayah.Al langsung membawa Ayahnya ke sini setibanya di rumah kontrakan. Namun Al agak bingung dengan biaya pengobatan sang Ayah. Saat ini dia benar-benar tidak punya uang banyak. "Ayah kira...kau sudah tidak mau menemui Ayah lagi, Al...kau sudah tidak mau pulang lagi. Makasih, Al. Karna kamu udah mau pulang dan nolong Ayah." Ucap Pak Damar. "Ayah ngomong apa sih. Jangan ngomong gitu! Al tidak suka! Itu sudah jadi kewajibanku sebagai seorang anak, Yah!"Lengang sejenak di ruangan itu. "Kejadiannya bagimana, Yah? Kenapa Ayah sampai didatangi preman dari tempat Ayah berjudi? Apa Ayah punya masalah sama mereka?!" Tanya Aliando. Baru teringat hal itu. Mengganti topik. "Sebenarnya Ayah masih punya hutang di tempat Ayah judi, Al. Ayah belum bisa membayarnya, makanya, mereka datang dan memukuli, Ayah." Jelas Pak Damar dengan suara lemah. Aliando ter
Aliando agak terkejut, tak menyangka akan mendapat perlakukan seperti itu dari petugas keamanan.Apakah hal itu disebabkan oleh penampilannya? "Beneran, Pak. Saya tidak berbohong. Saya beneran mau bertemu dengan Pak Joseph!" Aliando bersikeras. "Udah-udah, mending kamu pergi aja dari sini! Pak Joseph tidak mungkin punya tamu seperti kamu!" Petugas keamanan itu langsung mengusir Aliando. Namun Aliando tidak mengindahkannya, tetap ngotot ingin bertemu dengan Pak Joseph. Alhasil, petugas keamanan itu sampai mendorong tubuh Aliando supaya mau pergi. Tiba-tiba datang salah satu pegawai bank yang berjalan menghampiri mereka. "Ini kenapa bisa ada berandalan masuk ke sini sih?!" Seru seorang pegawai bank yang mengenakan busana formal ketat. Berdiri diantara mereka berdua. Tentu saja yang dimaksud dengan berandalan adalah Aliando. Kemudian, petugas keamanan itu menjelaskan kepentingan Aliando datang ke bank ini. Pegawai Bank bernama Fara itu lalu mengamati penampilan Aliando dari bawa
Semua orang tersentak kaget saat melihat General Manager Bank itu menundukan badan kepada pria yang baru saja dihina-hina dan diusir itu. Sebenarnya siapakah pria yang baru saja dihina-hina itu? Kenapa sikap Pak Joseph sangat sopan padanya?Sudah pasti pria itu bukan orang sembarangan. Apalagi dia adalah pemegang kartu jenis platinum dan memiliki uang 1 triliun di dalam kartunya! "Anda...Tuan Muda Aliando?" Tanya Pak Joseph dengan bibir dan suara bergetar. "Benar sekali, Pak." Jawab Aliando.Pak Joseph ternganga sebelum kemudian buru-buru menundukan badannya lagi. "Anda yang bernama Pak Joseph?" Aliando balik bertanya. "Benar sekali, Tuan Muda." Jawab Pak Joseph. Sementara Fara dan petugas keamanan yang tadi menghina dan mengusir Aliando kini tengah menundukan kepala dalam-dalam. Tubuh mereka berdua tengah bergetar hebat. Seketika Pak Joseph teringat jika katanya Tuan Muda baru saja dihina-hina dan diusir, setelah mengetahui siapa yang melakukan hal itu, Pak Joseph langsung