Aliando terbelalak begitu mendengar nominal yang harus dia bayarkan yang tak sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Ayahnya.
"Bagimana bisa jadi 50 juta? Bukannya total semua hutang Ayah saya itu hanya 30 juta?! Kenapa tahu-tahu bisa jadi 50 juta? Apa-apa an ini!" Aliando tidak terima. Dia butuh penjelasan.Aliando menoleh ke arah sang Ayah, meminta penjelasan darinya."Benar kan, Yah? Semua total hutang Ayah sama mereka itu hanya 30 juta?! Bukan 50 juta?!"Pak Damar nampak clingak-clinguk dulu sebelum kemudian mangguk-mangguk. Membenarkan. "Iya, Al. Hutang Ayah sama mereka itu hanya 30 juta saja."Kemudian, Pak Damar beralih menatap mereka berdua dengan kening berkerut. Dia juga kaget karena tahu-tahu hutangnya jadi 50 juta. "Kenapa bisa jadi 50 juta? Bukannya hutang saya sama kalian itu hanya 30 juta?""Heh, itu bunga! Bunga!""Apa kau tidak paham juga, hah?!" Kata mereka. Agak emosi.Bunga? Sebanyak itu?"Boleh saya liat bukti hutang Ayah saya?!" Ucap Aliando setelah terdiam sebentar.Pria berkepala plontos itu segera mencari sesuatu dari dalam tas besarnya, mengeluarkan beberapa lembar kertas dari dalam sana yang berisi tentang perjanjian mengenai hutangnya Pak Damar, lantas memberikannya kepada Aliando.Aliando menerimanya, kemudian langsung membacanya.Beberapa detik kemudian, ekspresi wajah Aliando langsung berubah.Kedua matanya melebar, segera menoleh, menatap dua pria penagih hutang itu."Di sini, tertera, jika total semua hutang Ayah saya itu hanya 30 juta saja! Benar! Dan kenapa bunganya sebanyak ini?! 20 juta?! Itu banyak sekali!" Keluh Aliando. Dia merasa keberatan.Pasalnya, dia hanya punya uang 30 juta saja."Heh, emang segitu bunganya. Ayahmu itu sudah telat selama satu bulan! Melebihi tanggal jatuh tempo! Jadi, secara otomatis, bunganya akan bertambah setiap harinya!" Jelas salah satu dari mereka.Aliando memandang ke sekeliling, ini tidak beres, mereka semena-mena dalam memberikan bunga, tidak sesuai seperti yang ada di dalam surat perjanjian, mereka telah melanggar, maka, Aliando tidak akan menurut dengan mereka.Ternyata 30 juta saja sudah termasuk dengan bunga."Aku tidak mau bayar kalau 50 juta! Kalau kalian mau 30 juta, seperti yang tertera di sini, aku akan bayar sekarang juga!"Tapi kalau tidak mau, ya sudah, aku enggak mau bayar!"Ucapan Aliando tak ayal membuat dua pria itu saling pandang, kemudian menoleh ke arah Aliando lagi secara bersamaan.Pria berkepala plontos itu segera bangkit dari sofa, berjalan mendekat ke arah Aliando seraya menatapnya dengan tajam."Apa kau bilang barusan?! Kau tidak mau bayar hutang Ayahmu?!" Tanyanya dengan nada sarkas. Melotot. Di sela jarinya, masih terselip batang rokok yang masih menyala."Aku akan bayar! Tapi kalau 30 juta. Seperti yang tertera di surat perjanjian! Kalau tidak, ya, aku enggak mau bayar!" Jawab Aliando sambil mengedikan bahunya. Dia tidak takut menghadapi pria berkepala plontos itu. Dia mencoba untuk tidak merasa terintimidasi oleh ucapannya.Pria berkepala plontos itu memandang ke sekeliling sambil tergelak sebelum kemudian menatap Aliando lagi dengan tajam. "Hei. Ayahmu itu berhutang juga tanpa jaminan! Jadi, wajar dong kalau bunganya tinggi! Pokoknya kami tidak mau tahu, bayar hutang Ayahmu sebesar 50 juta sekarang juga!!! Kami tidak mau tahu!" Pria berkepala plontos berseru marah."Atau tidak..." Lanjutnya yang sengaja menggantungkan kalimatnya.Aliando mengerutkan kening, menunggu kalimat selanjutnya yang akan keluar dari mulutnya."Aku akan menghabisimu dan Ayahmu kalau kalian tidak mau membayarnya!" Ancam pria berkepala plontos itu sambil menuding muka Aliando.Aliando mengerjap, terdiam sebentar."Tidak. Aku tetap tidak mau bayar kalau 50 juta. Aku akan bayar kalau 30 juta saja!" Tegas Aliando.Pria berkepala plontos itu terlihat tambah marah, namun masih mencoba bersabar, menahan emosinya, membujuk Pak Damar untuk menyuruh anaknya supaya menuruti perintahnya saja.Pak Damar pun melakukan apa yang diminta, dia juga takut menghadapi mereka, bicara kepada Aliando, menyuruhnya untuk membayar sesuai permintaan mereka saja. Biar urusannya cepat selesai.Namun Aliando tetap tidak mau. Dia keberatan jika harus membayar bunga sebanyak 20 juta.Lagi pula, saat ini dia hanya punya uang 30 juta saja.Yang benar saja!"Ayah kita jangan mau dibodohi sama mereka! Kita harus memperjuangkan kebenaran! Kita harus memperjuangkan hak kita! Uang 20 juta itu sangat besar bagi kita, Yah!""Tapi, Al. Kita akan dihabisi sama mereka kalau kita tidak menurut dengan apa yang mereka katakan-""Ayah tenang saja. Biar aku yang hadapi mereka!" Potong Aliando.Pak Damar terdiam, berfikir sejenak sebelum akhirnya menurut, membiarkan Aliando menghadapi mereka."Oh...mau buat masalah ini jadi panjang? Baik lah jika ini yang kau mau anak muda!" Seru pria berkepala plontos itu sambil melipat jaket kulitnya sampai siku. Membuang puntung rokok dengan sembarang. Bersiap hendak memberi pelajaran kepada Aliando.Pria berkepala plontos itu langsung mencengkram kerah baju Aliando sambil menatapnya dengan tajam.Aliando juga tak kalah sigapnya, dia segera mencengkram tangan pria itu dan memelintirnya hingga terdengar bunyi gemeletak.Tak ayal, pria berkepala plontos itu memundurkan langkah sambil mengerang kesakitan, menahan rasa sakit pada lengannya yang baru saja dipelintir oleh Aliando.Sementara rekan satunya membelalakan matanya, mulutnya terbuka lebar menyaksikan kejadian yang terjadi sangat cepat di depan matanya Itu.Pria berkepala plontos itu juga membulatkan mata, menatap Aliando dengan cepat, tak menyangka jika Aliando bisa bertindak dengan cepat.Hal itu membuatnya menggeram.Dia tidak boleh berlama-lama menikmati rasa sakit pada tangannya, dia segera bangkit berdiri dan menyerang Aliando.Dia malu sekali bisa dikalahkan dengan mudah oleh anak kemarin sore.Aliando juga langsung bersiap kembali, menerima serangan berikutnya.Pukulan dan tendangan dalam jarak dekat pun terjadi.Sesekali diantara mereka saling menyerang, mengelak, menghindar dan menangkis.Beberapa saat kemudian, Aliando berhasil memberikan pukulan telak pada tubuh pria berkepala plontos itu.Alhasil, tubuh pria berkepala plontos itu terjerembab ke belakang. Tubuhnya membentur meja. Mengadu kesakitan.Melihat rekannya kalah, pria satunya bergantian menyerang Aliando.Aliando segera mengepalkan tinjunya kembali, bersiap menghadapi serangan pria satunya.Namun nasib orang itu juga sama seperti pria berkepala plontos tadi. Aliando kembali berhasil memberikan tendangan dan pukulan telak pada tubuh orang itu.Kini keduanya tengah kompak mengerang kesakitan di lantai."S-sialan kau! Awas aja ya! Kami akan panggilkan Boss kami di depan! Tunggu kau di situ! Tunggu pembebasan dari kami setelah ini!" Teriak mereka sambil masih menggerang kesakitan.Mereka mengancam Aliando sambil berjalan keluar rumah. Setengah ketakutan.Tadi mereka mengira kalau dapat menghabisi Aliando dengan sangat mudah. Tapi ternyata mereka salah. Ternyata Aliando jago bela diri.Sementara Aliando tidak gentar sama sekali begitu mendengar jika mereka akan memanggil Boss mereka. Dia akan menghadapinya.Dan benar saja. Tak lama kemudian, mereka masuk kembali ke dalam rumah bersama dengan Boss mereka yang mengenakan kaca mata hitam.Boss mereka sempat memandang ke sekeliling lebih dulu, sebelum pandangannya jatuh pada sosok Aliando, kemudian berjalan mendekat ke arahnya.Sang Boss melepas kaca mata hitamnya yang bertengger di hidungnya setelah tepat berada di depan Aliando.Lalu Sang Boss memicingkan pandangan, menatap Aliando lekat, lantas tergelak setelah mengamati Aliando dari ujung kaki hingga ujung kepala. Pemuda yang tak ada spesial-spesialnya. Hanya bocah kemarin sore. Batin Sang Boss. Sang Boss sempat beralih menatap Pak Damar, yang langsung kicep, sebelum kemudian menatap Aliando lagi. Kini urusan hutangnya Pak Damar beralih ke Aliando. Putranya. "Jadi, kau tidak mau membayar hutang pada kami?!" Tanya Sang Boss sambil menghisap rokoknya, seketika itu asap rokok menyembul keluar dari dalam mulutnya dan menerpa wajah Aliando. Aliando menggerakan wajah ke samping demi menghindari asap rokok, kemudian kembali menatap Sang Boss, menghela nafas pelan. Sudah berapa kali dia katakan, kalau dia akan membayar hutang Ayahnya, tetapi sesuai yang tetera di surat perjanjian, bukan sama sekali tidak mau membayarnya!Aliando agak kesal dengan hal itu.
Kening Aliando berkerut, kemudian memicingkan mata. "Apa kalian bilang barusan? Kalian memanggil saya dengan...sebutan 'Tuan Muda'?"Apa saya tidak salah dengar?!" Tanya Aliando dengan suara terbata. Mereka berdua saling pandang, sebelum kemudian menatap Aliando lagi. "Tidak, Tuan Muda." Jawab mereka berdua dengan kompak sembari menggelengkan kepalanya.Aliando tersentak.Jadi dirinya tidak salah dengar? Mereka memang sengaja memanggil dirinya dengan sebutan 'Tuan Muda?' Aliando tidak mengerti, bingung dengan panggilan tersebut. Sementara itu, terlihat Pak Damar yang tengah bergegas menghampiri Aliando. "Kamu tidak apa-apa, Nak?" Tanya Pak Damar cemas begitu sudah berada di dekat Aliando. "Aku tidak apa-apa kok, Yah." Jawab Aliando sambil menggeleng. Masih memikirkan panggilan 'Tuan Muda' yang keluar dari mulut bodyguard itu. Pak Damar langsung menghela nafas lega begitu mendengarnya. Dia merasa amat bersalah jika sampai terjadi apa-apa dengan putranya, sudah putranya yang m
"E-mail itu...bukan kah e-mail itu hanya spam? E-mail itu hanya mau mengerjai saya saja?" Tanya Aliando sambil tergelak. "Tidak, Tuan Muda. E-mail itu beneran dikirimkan dan ditunjukan untuk Tuan Muda. Tuan Besar Arya lah yang mengirimkannya secara langsung." Aliando tersentak lagi, terdiam, mencoba mencerna perkataan Pak Irawan barusan. Jadi, e-mail itu bukan spam? Pantas saja. E-mail itu sempat masuk kembali secara berulang-ulang, karena kesal, akhirnya Aliando tak mengubrisnya sama sekali. Mengabaikannya. Sebentar...jadi si pengirim e-mail itu adalah Tuan Besar Aryaprasaja?Astaga. Aliando sampai tidak menyadari si pengirim e-mail tersebut.Kemudian, Aliando mencoba membandingkan isi e-mail itu dengan penjelasan Pak Irawan barusan, seketika itu, bulu kuduknya pun berdiri. "Enggak...ini enggak mungkin...ini...ini enggak mungkin..." Aliando geleng-geleng kepala. Itu masih terdengar tak masuk akal baginya.Bagimana mungkin jika dia adalah putranya Tuan Besar Aryaprasaja? Pewar
Pukul tujuh malam, Aliando baru pulang ke rumah Nadine dengan banyak melamun di jalan tadi. Tentu saja dia masih memikirkan apa yang terjadi hari ini, mencoba mempercayai bahwa dirinya adalah anak dari seorang konglomerat paling terkenal di Jakarta.Ayahnya cerita banyak soal masa lalunya. Juga dirinya yang nanya-nanya karena penasaran. Kejadian itu mirip seperti di film dan novel. Aliando benar-benar tak menyangka jika akan terjadi di kehidupan nyata. Terjadi pada dirinya pula. Kalau hal itu memang benar. Maka, apa jadinya jika Nadine tahu? Kedua mertuanya? Keluarganya? Aliando mendadak ingin menunjukannya kepada mereka dan tentu saja ingin membalas hinaan, cacian dan makian yang dia terima selama hidup menumpang di rumah keluarga istrinya. Aliando mengerutkan kening, melihat mobil porsce terparkir di halaman rumah, setelah dia turun dari motor. Aliando merasa seperti tak asing dengan mobil itu.Beberapa detik kemudian, kedua mata Aliando langsung melebar setelah ingat siapa
Luka-luka Pak Damar baru saja selesai diobati oleh dokter dan suster di rumah sakit terdekat. Al duduk di kursi di samping ranjang sang Ayah.Al langsung membawa Ayahnya ke sini setibanya di rumah kontrakan. Namun Al agak bingung dengan biaya pengobatan sang Ayah. Saat ini dia benar-benar tidak punya uang banyak. "Ayah kira...kau sudah tidak mau menemui Ayah lagi, Al...kau sudah tidak mau pulang lagi. Makasih, Al. Karna kamu udah mau pulang dan nolong Ayah." Ucap Pak Damar. "Ayah ngomong apa sih. Jangan ngomong gitu! Al tidak suka! Itu sudah jadi kewajibanku sebagai seorang anak, Yah!"Lengang sejenak di ruangan itu. "Kejadiannya bagimana, Yah? Kenapa Ayah sampai didatangi preman dari tempat Ayah berjudi? Apa Ayah punya masalah sama mereka?!" Tanya Aliando. Baru teringat hal itu. Mengganti topik. "Sebenarnya Ayah masih punya hutang di tempat Ayah judi, Al. Ayah belum bisa membayarnya, makanya, mereka datang dan memukuli, Ayah." Jelas Pak Damar dengan suara lemah. Aliando ter
Aliando agak terkejut, tak menyangka akan mendapat perlakukan seperti itu dari petugas keamanan.Apakah hal itu disebabkan oleh penampilannya? "Beneran, Pak. Saya tidak berbohong. Saya beneran mau bertemu dengan Pak Joseph!" Aliando bersikeras. "Udah-udah, mending kamu pergi aja dari sini! Pak Joseph tidak mungkin punya tamu seperti kamu!" Petugas keamanan itu langsung mengusir Aliando. Namun Aliando tidak mengindahkannya, tetap ngotot ingin bertemu dengan Pak Joseph. Alhasil, petugas keamanan itu sampai mendorong tubuh Aliando supaya mau pergi. Tiba-tiba datang salah satu pegawai bank yang berjalan menghampiri mereka. "Ini kenapa bisa ada berandalan masuk ke sini sih?!" Seru seorang pegawai bank yang mengenakan busana formal ketat. Berdiri diantara mereka berdua. Tentu saja yang dimaksud dengan berandalan adalah Aliando. Kemudian, petugas keamanan itu menjelaskan kepentingan Aliando datang ke bank ini. Pegawai Bank bernama Fara itu lalu mengamati penampilan Aliando dari bawa
Semua orang tersentak kaget saat melihat General Manager Bank itu menundukan badan kepada pria yang baru saja dihina-hina dan diusir itu. Sebenarnya siapakah pria yang baru saja dihina-hina itu? Kenapa sikap Pak Joseph sangat sopan padanya?Sudah pasti pria itu bukan orang sembarangan. Apalagi dia adalah pemegang kartu jenis platinum dan memiliki uang 1 triliun di dalam kartunya! "Anda...Tuan Muda Aliando?" Tanya Pak Joseph dengan bibir dan suara bergetar. "Benar sekali, Pak." Jawab Aliando.Pak Joseph ternganga sebelum kemudian buru-buru menundukan badannya lagi. "Anda yang bernama Pak Joseph?" Aliando balik bertanya. "Benar sekali, Tuan Muda." Jawab Pak Joseph. Sementara Fara dan petugas keamanan yang tadi menghina dan mengusir Aliando kini tengah menundukan kepala dalam-dalam. Tubuh mereka berdua tengah bergetar hebat. Seketika Pak Joseph teringat jika katanya Tuan Muda baru saja dihina-hina dan diusir, setelah mengetahui siapa yang melakukan hal itu, Pak Joseph langsung
Aliando menghela nafas pelan, dia belum pernah berada di posisi seperti ini sebelumnya. Dulu, malahan dirinya yang berada di bawah, dihina, direndahkan dan diinjak-injak bagikan seonggok sampah. Roda kehidupan memang berputar. Ada kalanya seseorang berada di bawah dan ada kalanya berada di atas. Dulu hidupnya menderita dan mengenaskan, berada di bawah, namun sekarang posisinya terbalik, telah berubah, dia sudah berada di atas, dia berubah menjadi sosok yang punya uang dan kekuasaan. Bukannya orang-orang akan tunduk pada seseorang yang mempunyai uang dan kekuasaan? Aliando kembali menghela nafas pelan sebelum kemudian berkata. Menatap dua orang yang kini sedang meminta belas kasih darinya. "Baik lah. Aku tidak akan memecat kalian berdua." Tepat setelah Aliando mengucapkan kalimat itu, dua orang itu langsung mengangkat muka, membulatkan mata. Aliando mengalihkan pandangan kepada Pak Joseph yang berdiri di hadapannya. "Pak Joseph...jangan pecat mereka...beri mereka kesempatan sek