Share

Bab 8 - Menghabisi Para Penagih Hutang

Aliando terbelalak begitu mendengar nominal yang harus dia bayarkan yang tak sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Ayahnya.

"Bagimana bisa jadi 50 juta? Bukannya total semua hutang Ayah saya itu hanya 30 juta?! Kenapa tahu-tahu bisa jadi 50 juta? Apa-apa an ini!" Aliando tidak terima. Dia butuh penjelasan.

Aliando menoleh ke arah sang Ayah, meminta penjelasan darinya.

"Benar kan, Yah? Semua total hutang Ayah sama mereka itu hanya 30 juta?! Bukan 50 juta?!"

Pak Damar nampak clingak-clinguk dulu sebelum kemudian mangguk-mangguk. Membenarkan. "Iya, Al. Hutang Ayah sama mereka itu hanya 30 juta saja."

Kemudian, Pak Damar beralih menatap mereka berdua dengan kening berkerut. Dia juga kaget karena tahu-tahu hutangnya jadi 50 juta. "Kenapa bisa jadi 50 juta? Bukannya hutang saya sama kalian itu hanya 30 juta?"

"Heh, itu bunga! Bunga!"

"Apa kau tidak paham juga, hah?!" Kata mereka. Agak emosi.

Bunga? Sebanyak itu?

"Boleh saya liat bukti hutang Ayah saya?!" Ucap Aliando setelah terdiam sebentar.

Pria berkepala plontos itu segera mencari sesuatu dari dalam tas besarnya, mengeluarkan beberapa lembar kertas dari dalam sana yang berisi tentang perjanjian mengenai hutangnya Pak Damar, lantas memberikannya kepada Aliando.

Aliando menerimanya, kemudian langsung membacanya.

Beberapa detik kemudian, ekspresi wajah Aliando langsung berubah.

Kedua matanya melebar, segera menoleh, menatap dua pria penagih hutang itu.

"Di sini, tertera, jika total semua hutang Ayah saya itu hanya 30 juta saja! Benar! Dan kenapa bunganya sebanyak ini?! 20 juta?! Itu banyak sekali!" Keluh Aliando. Dia merasa keberatan.

Pasalnya, dia hanya punya uang 30 juta saja.

"Heh, emang segitu bunganya. Ayahmu itu sudah telat selama satu bulan! Melebihi tanggal jatuh tempo! Jadi, secara otomatis, bunganya akan bertambah setiap harinya!" Jelas salah satu dari mereka.

Aliando memandang ke sekeliling, ini tidak beres, mereka semena-mena dalam memberikan bunga, tidak sesuai seperti yang ada di dalam surat perjanjian, mereka telah melanggar, maka, Aliando tidak akan menurut dengan mereka.

Ternyata 30 juta saja sudah termasuk dengan bunga.

"Aku tidak mau bayar kalau 50 juta! Kalau kalian mau 30 juta, seperti yang tertera di sini, aku akan bayar sekarang juga!

"Tapi kalau tidak mau, ya sudah, aku enggak mau bayar!"

Ucapan Aliando tak ayal membuat dua pria itu saling pandang, kemudian menoleh ke arah Aliando lagi secara bersamaan.

Pria berkepala plontos itu segera bangkit dari sofa, berjalan mendekat ke arah Aliando seraya menatapnya dengan tajam.

"Apa kau bilang barusan?! Kau tidak mau bayar hutang Ayahmu?!" Tanyanya dengan nada sarkas. Melotot. Di sela jarinya, masih terselip batang rokok yang masih menyala.

"Aku akan bayar! Tapi kalau 30 juta. Seperti yang tertera di surat perjanjian! Kalau tidak, ya, aku enggak mau bayar!" Jawab Aliando sambil mengedikan bahunya. Dia tidak takut menghadapi pria berkepala plontos itu. Dia mencoba untuk tidak merasa terintimidasi oleh ucapannya.

Pria berkepala plontos itu memandang ke sekeliling sambil tergelak sebelum kemudian menatap Aliando lagi dengan tajam. "Hei. Ayahmu itu berhutang juga tanpa jaminan! Jadi, wajar dong kalau bunganya tinggi! Pokoknya kami tidak mau tahu, bayar hutang Ayahmu sebesar 50 juta sekarang juga!!! Kami tidak mau tahu!" Pria berkepala plontos berseru marah.

"Atau tidak..." Lanjutnya yang sengaja menggantungkan kalimatnya.

Aliando mengerutkan kening, menunggu kalimat selanjutnya yang akan keluar dari mulutnya.

"Aku akan menghabisimu dan Ayahmu kalau kalian tidak mau membayarnya!" Ancam pria berkepala plontos itu sambil menuding muka Aliando.

Aliando mengerjap, terdiam sebentar.

"Tidak. Aku tetap tidak mau bayar kalau 50 juta. Aku akan bayar kalau 30 juta saja!" Tegas Aliando.

Pria berkepala plontos itu terlihat tambah marah, namun masih mencoba bersabar, menahan emosinya, membujuk Pak Damar untuk menyuruh anaknya supaya menuruti perintahnya saja.

Pak Damar pun melakukan apa yang diminta, dia juga takut menghadapi mereka, bicara kepada Aliando, menyuruhnya untuk membayar sesuai permintaan mereka saja. Biar urusannya cepat selesai.

Namun Aliando tetap tidak mau. Dia keberatan jika harus membayar bunga sebanyak 20 juta.

Lagi pula, saat ini dia hanya punya uang 30 juta saja.

Yang benar saja!

"Ayah kita jangan mau dibodohi sama mereka! Kita harus memperjuangkan kebenaran! Kita harus memperjuangkan hak kita! Uang 20 juta itu sangat besar bagi kita, Yah!"

"Tapi, Al. Kita akan dihabisi sama mereka kalau kita tidak menurut dengan apa yang mereka katakan-"

"Ayah tenang saja. Biar aku yang hadapi mereka!" Potong Aliando.

Pak Damar terdiam, berfikir sejenak sebelum akhirnya menurut, membiarkan Aliando menghadapi mereka.

"Oh...mau buat masalah ini jadi panjang? Baik lah jika ini yang kau mau anak muda!" Seru pria berkepala plontos itu sambil melipat jaket kulitnya sampai siku. Membuang puntung rokok dengan sembarang. Bersiap hendak memberi pelajaran kepada Aliando.

Pria berkepala plontos itu langsung mencengkram kerah baju Aliando sambil menatapnya dengan tajam.

Aliando juga tak kalah sigapnya, dia segera mencengkram tangan pria itu dan memelintirnya hingga terdengar bunyi gemeletak.

Tak ayal, pria berkepala plontos itu memundurkan langkah sambil mengerang kesakitan, menahan rasa sakit pada lengannya yang baru saja dipelintir oleh Aliando.

Sementara rekan satunya membelalakan matanya, mulutnya terbuka lebar menyaksikan kejadian yang terjadi sangat cepat di depan matanya Itu.

Pria berkepala plontos itu juga membulatkan mata, menatap Aliando dengan cepat, tak menyangka jika Aliando bisa bertindak dengan cepat.

Hal itu membuatnya menggeram.

Dia tidak boleh berlama-lama menikmati rasa sakit pada tangannya, dia segera bangkit berdiri dan menyerang Aliando.

Dia malu sekali bisa dikalahkan dengan mudah oleh anak kemarin sore.

Aliando juga langsung bersiap kembali, menerima serangan berikutnya.

Pukulan dan tendangan dalam jarak dekat pun terjadi.

Sesekali diantara mereka saling menyerang, mengelak, menghindar dan menangkis.

Beberapa saat kemudian, Aliando berhasil memberikan pukulan telak pada tubuh pria berkepala plontos itu.

Alhasil, tubuh pria berkepala plontos itu terjerembab ke belakang. Tubuhnya membentur meja. Mengadu kesakitan.

Melihat rekannya kalah, pria satunya bergantian menyerang Aliando.

Aliando segera mengepalkan tinjunya kembali, bersiap menghadapi serangan pria satunya.

Namun nasib orang itu juga sama seperti pria berkepala plontos tadi. Aliando kembali berhasil memberikan tendangan dan pukulan telak pada tubuh orang itu.

Kini keduanya tengah kompak mengerang kesakitan di lantai.

"S-sialan kau! Awas aja ya! Kami akan panggilkan Boss kami di depan! Tunggu kau di situ! Tunggu pembebasan dari kami setelah ini!" Teriak mereka sambil masih menggerang kesakitan.

Mereka mengancam Aliando sambil berjalan keluar rumah. Setengah ketakutan.

Tadi mereka mengira kalau dapat menghabisi Aliando dengan sangat mudah. Tapi ternyata mereka salah. Ternyata Aliando jago bela diri.

Sementara Aliando tidak gentar sama sekali begitu mendengar jika mereka akan memanggil Boss mereka. Dia akan menghadapinya.

Dan benar saja. Tak lama kemudian, mereka masuk kembali ke dalam rumah bersama dengan Boss mereka yang mengenakan kaca mata hitam.

Boss mereka sempat memandang ke sekeliling lebih dulu, sebelum pandangannya jatuh pada sosok Aliando, kemudian berjalan mendekat ke arahnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status