"Aku bersumpah, aku benar-benar bukan lagi mempermainkanmu. Sumber daya yang dimiliki klan vampir saat ini memang nggak ada yang bisa membuatmu tertarik. Kalau kamu nggak percaya, silakan datang lagi ke wilayah klan vampir. Aku persilakan kamu bebas mencari apa saja. Apa pun yang kamu inginkan, silakan diambil saja," balas Mary.Mary melanjutkan, "Aku begini justru karena sungguh-sungguh tulus, juga karena aku benar-benar menghormatimu dan mau mengakhiri dendam di antara kita. Itulah sebabnya aku memberitahumu soal Jantung Leluhur Darah.""Kalau kamu memang nggak tertarik, aku bisa kasih sumber daya lain yang lebih umum. Misalnya, Cambuk Iblis Penyerap Darah milikku. Itu bisa dibilang adalah senjata terbaik yang dimiliki klan kami sekarang. Apa kamu tertarik?" tanya Mary.Raut wajah Mary penuh dengan rasa tak berdaya bercampur nada memelas. Ucapannya terdengar sungguh-sungguh. Wanita mungkin memang terlahir sebagai aktor alami, terutama saat berpura-pura lemah. Bahkan, Kaisar Darah sek
Dua hari kemudian ....Begitu Gauri dikembalikan ke fasilitas pembekuan Grup Hosza, Afkar dan Felicia memutuskan untuk berjaga selama 24 jam penuh. Mereka ingin menghindari kejadian tak terduga lagi, serta memastikan begitu proses pencairan berjalan tanpa terjadi apa-apa yang mencurigakan.Pada hari itu lewat perkenalan Alice, Afkar dan Felicia berkesempatan bertemu dengan guru Alice dan Arin, yakni seorang ahli genetika manusia ternama dunia, Stein. Keduanya datang bersama Shafa untuk menemui pakar besar dunia sains ini. Demi kutukan yang menimpa tubuh Shafa, meskipun peluang penyembuhan hanya 0,01%, Afkar dan Felicia tetap ingin mencoba segala kemungkinan.Bagi Afkar, kutukan Keluarga Rajendra Kuno ini terlihat muncul acak selama beberapa generasi, seperti punya unsur keturunan. Selain diselesaikan langsung oleh Keluarga Rajendra sendiri, apakah ada kemungkinan hal itu bisa disembuhkan lewat metode ilmiah?Kesempatan bertemu pakar genetika tingkat dunia seperti Stein tentu tidak bole
Setelah meninggalkan cukup banyak rasa gentar di hati Mary, serta meninggalkan ratusan mayat para ahli vampir, Afkar pun benar-benar meninggalkan wilayah mereka. Seluruh tanah klan vampir kini dipenuhi suasana duka dan amarah.Udara di sekitarnya dipenuhi aroma darah yang kental bercampur dengan bau kematian. Biasanya, bau seperti ini merupakan sesuatu yang memikat bagi klan vampir, bahkan terasa sangat indah di indra penciuman mereka. Namun kali ini, bau itu justru membuat semua vampir merasa nyeri di hati dan mual di perut.Darah musuh dan darah klan sendiri ternyata memiliki perbedaan rasa yang bagaikan langit dan bumi. Ketika itu berasal dari mangsa, mereka menikmatinya. Namun, ketika bau itu datang dari jatuhnya saudara dan keluarga mereka sendiri, yang terasa hanyalah ngeri dan jijik.Di dalam hati Mary, selain rasa takut dan kengerian karena kekuatan Afkar, kini membuncah pula amarah dan kebencian yang dalam. Satu vampir tingkat raja telah tewas, sementara para vampir tingkat ba
Mary tidak menyangka bahwa Afkar ternyata masih belum mau berhenti juga. Dia bertanya, "Pak Afkar, sebenarnya apa lagi yang kamu inginkan? Ibu mertuamu sudah selamat. Apa kamu mau mengingkari ucapanmu sendiri? Augus si pelaku utamanya saja sudah mati lho."Mary melontarkan pertanyaan itu dengan penuh amarah sambil menggertakkan gigi. Tubuhnya yang menjulang lebih dari dua meter itu sampai bergetar karena marah.Afkar menyeringai sinis. Dia membalas sambil menatap Mary dengan tajam, "Anggota klanmu dibiarkan berbuat sewenang-wenang di luar sana, mendukung organisasi teroris, menculik ibu mertuaku, dan menjebak istriku. Barusan, kalian bahkan mencoba mengepung dan membunuhku. Kamu pikir cuma dengan membunuh pelaku utamanya, semua bisa selesai begitu saja?""Kalau begitu, bukannya itu berarti aku terlalu mudah dipermainkan? Kalau benar mau menuntaskan dendam ini, bukankah klan vampir seharusnya memberikan kompensasi padaku? Hmm?" lanjut Afkar. Baginya, pihak yang kalah memang harus membay
Sebenarnya, Gauri tidak pernah dibawa ke wilayah klan vampir. Sebelumnya, Augus hanya ingin memancing Afkar datang ke sini agar vampir-vampir yang lebih kuat bisa menjatuhkannya. Namun, tidak disangka Afkar ternyata begitu kuat, bahkan sampai seluruh klan vampir pun tidak mampu berbuat apa-apa terhadapnya.Tatapan Afkar menjadi tajam. Suaranya dingin penuh tekanan ketika bertanya, "Dikirim kembali ke Grup Hosza?"Augus yang tergeletak di lantai menjawab dengan senyum getir, "Pak Afkar, mengirimnya kembali ke Grup Hosza adalah pilihan paling aman. Bagaimanapun, ibu mertuamu masih dalam keadaan dibekukan. Tenang saja, Grup Hosza nggak punya hubungan langsung dengan Organisasi Tangisan Dewa. Cuma Roy yang merupakan anggota organisasi itu."Afkar hanya mendengus dingin, lalu berdiri menunggu di sana hampir setengah jam lamanya. Selama itu, suasana di dalam aula klan vampir begitu tegang, sunyi, bahkan terasa mencekik. Tubuh Afkar yang berlumuran darah, ditambah aura membunuhnya yang mengua
Mary menyaksikan sendiri bagaimana salah satu anggota terkuatnya tewas begitu saja di depan matanya karena dibunuh langsung oleh Afkar. Di dalam hatinya, rasa duka bercampur amarah meluap deras.Ketika pandangannya menyapu sekeliling, Mary melihat seluruh wilayah klan vampir penuh dengan mayat anggota klannya sendiri. Perasaan tak berdaya pun muncul. Pesilat manusia ini dengan seenaknya membantai klan vampir tanpa ampun sambil menahan serangannya.Ketika Mary menyadari bahwa bahkan seorang vampir tingkat raja bisa dibunuh Afkar hanya dengan satu serangan, dia akhirnya benar-benar sadar betapa seriusnya situasi ini. Siapa yang akan lebih dulu tumbang? Apakah Afkar yang mati di tangannya atau seluruh klan vampir yang musnah dibantai Afkar? Jawabannya sudah jelas saat ini.Akhirnya dengan rasa terpaksa, juga menahan amarah dan kesedihan yang dalam, Mary menyimpan cambuk merahnya.Mary menurunkan nada suaranya, lalu berbicara pada Afkar, "Berhenti. Pesilat dari Yanura ... tolong ... hentik