Share

Bab 4

Author: Russel
"Aku benar-benar harus berterima kasih padamu!" ujar Afkar dengan serius setelah berada di luar kamar pasien.

"Nggak masalah, sekarang kamu sudah milikku," balas Felicia dengan datar.

"Hm ...." Ekspresi Afkar terlihat agak aneh. Kecantikan Felicia bisa dibilang sangat luar biasa. Mendengar wanita secantik dan sekaya Felicia mengklaim dirinya, Afkar merasa sangat ... aneh.

Detik berikutnya, Felicia sepertinya menyadari bahwa ucapannya ini sangat ambigu. Oleh karena itu, dia langsung mengalihkan pembicaraan, "Oh ya, kamu bisa ilmu kedokteran? Putrimu menderita leukimia?"

Sebelumnya, Felicia mendengar dengan jelas dari luar ruangan bahwa putri Afkar sepertinya sudah kehilangan tanda-tanda kehidupan. Namun, tiba-tiba saja dia bisa diselamatkan dan sekarang kondisinya terlihat sangat baik! Ini benar-benar sesuatu yang luar biasa

Felicia tiba-tiba mendapat ide.

"Sedikit," jawab Afkar dengan ragu-ragu sebelum mengangguk.

"Kalau begitu, urus dulu putrimu, lalu ikut aku. Aku butuh bantuanmu untuk suatu hal!" Mata Felicia berbinar dengan antusiasme.

Setelah itu, Afkar kembali ke ruang perawatan. Setelah membujuk Shafa hingga tertidur, Afkar baru meninggalkan ruangan dengan hati-hati. Dengan adanya koneksi dari Felicia, Randa sendiri yang turun tangan untuk memanggil seorang ahli dari rumah sakit lain untuk memberikan perawatan khusus kepada Shafa.

Sampai sekarang, Afkar masih belum memahami penggunaan energi naga sepenuhnya dan masih meraba-raba tentang Kitab Kaisar Naga yang ada di benaknya. Tadinya Shafa memang terus meminta untuk pulang, tetapi Afkar sangat paham bahwa membiarkan Shafa tinggal di rumah sakit untuk menerima perawatan profesional adalah pilihan terbaik untuk saat ini.

Setengah jam kemudian, Afkar mengikuti Felicia ke sebuah rumah sakit swasta. Dibandingkan dengan rumah sakit umum, fasilitas medis di sini jauh lebih baik dan peralatannya lebih canggih. Tentu saja, biayanya juga jauh di luar jangkauan orang biasa. Hanya orang-orang yang kaya atau berpengaruh yang bisa mendapatkan perawatan di sini.

"Pak Sutopo adalah mitra bisnis penting yang sedang kudekati! Putranya juga menderita leukemia. Kalau kamu bisa menyembuhkan anaknya, atau setidaknya membuatnya merasa lebih baikan, itu akan sangat membantuku! Mengerti?" kata Felicia dengan ekspresi serius saat mereka berdiri di depan pintu salah satu kamar perawatan VIP.

"Akan kuusahakan yang terbaik," jawab Afkar dengan tenang tanpa memberikan janji pasti.

Felicia tidak berkomentar lebih lanjut. Dia mengetuk pintu kamar perawatan dan kemudian masuk bersama Afkar dan sopirnya.

Felicia adalah keturunan generasi ketiga dari Keluarga Safira. Dia memiliki kemampuan yang luar biasa dan bakat bisnis yang mencolok. Meski memiliki paras yang cantik, Felicia justru tidak suka menggunakan hal itu sebagai alat untuk pamer. Namun sebagai seorang wanita, dia tidak pernah mendapatkan perhatian di kalangan Keluarga Safira.

Yang paling tidak bisa diterima oleh Felicia adalah ketika putra Keluarga Sanjaya dari ibu kota provinsi, Noah Sanjaya, menaruh hati padanya dan mengajukan lamaran ke Keluarga Safira. Selain adik kandungnya, seluruh anggota Keluarga Safira mendukung pernikahan tersebut.

Bukan hanya karena Keluarga Safira tidak ingin menyinggung Keluarga Sanjaya, tetapi juga karena pernikahan ini akan mempererat hubungan mereka dengan Keluarga Sanjaya.

Bahkan orang tua Felicia juga tidak terkecuali. Mereka berharap putrinya bisa menikah dengan Keluarga Sanjaya. Felicia yang berjuang keras melawan keinginan keluarganya, akhirnya berhasil mendapatkan sebuah kesempatan untuk dirinya sendiri.

Jika dia bisa meningkatkan keuntungan perusahaan farmasi Keluarga Safira hingga sepuluh kali lipat dalam dua tahun, keluarganya berjanji tidak akan memaksanya menikah dengan Noah.

Namun, tugas ini bisa dibilang mustahil. Semua anggota keluarganya tidak akan membantunya dan Noah juga pasti akan menggunakan pengaruhnya untuk menjegal Felicia di setiap kesempatan.

Meskipun begitu, dengan sifat keras kepala yang dimilikinya, Felicia tetap berusaha sekuat tenaga. Setiap kesempatan yang muncul akan dimanfaatkannya dengan maksimal.

Sutopo adalah seorang pengusaha besar dalam bidang grosir bahan baku obat di provinsi ini dan menjadi target utama Felicia. Jika dia bisa menjalin kerja sama dengan Sutopo, perusahaan farmasi Felicia akan menghemat biaya bahan baku dalam jumlah besar.

Ini berarti keuntungannya juga akan berkali-kali lipat. Oleh karena itu, kesempatan ini sangatlah berharga.

Bahkan Felicia yang biasanya bergengsi tinggi juga harus merendahkan diri untuk mendekati Sutopo. Namun sayangnya, Sutopo selalu bersikap tak acuh dan tidak berminat untuk bekerja sama.

Oleh karena itu, saat melihat Afkar berhasil menyelamatkan putrinya, Felicia langsung memikirkan sebuah rencana.

Setelah masuk ke dalam kamar perawatan, terlihat seorang anak laki-laki berusia sekitar tujuh atau delapan tahun terbaring di tempat tidur. Wajahnya terlihat pucat pasi, sama seperti Shafa sebelumnya. Namun, berkat fasilitas medis yang unggul, kondisinya tampak cukup stabil. Seorang dokter yang mengenakan jas putih sedang memeriksa kondisi anak laki-laki itu dengan cermat.

"Pak Sutopo, kondisi putra Anda cukup baik! Anda tenang saja, saya jamin setidaknya dalam dua tahun ke depan, kondisinya akan tetap stabil dalam fase kronis! Selama jangka waktu ini, rumah sakit kami juga akan berupaya penuh mencari donor sumsum tulang yang cocok!" kata dokter tersebut sambil tersenyum.

"Bagus! Terima kasih, Dokter!" kata Sutopo dengan ekspresi lega setelah mendengar penuturan dokter.

Anaknya menderita leukemia mielositik kronis. Penyakit ini terbagi dalam fase kronis, akselerasi, dan krisis blastik. Dokter bisa menjamin anaknya tetap stabil dalam fase kronis selama dua tahun merupakan hasil terbaik yang bisa diharapkan.

"Lowel, tenang saja! Ayah pasti akan menyembuhkanmu! Sekalipun harus mengorbankan segalanya, Ayah pasti akan menyembuhkanmu!" Sutopo duduk di tepi ranjang sambil menggenggam tangan anak itu dengan lembut untuk menenangkannya.

"Ya, Ayah. Aku percaya sama Ayah!" jawab anak laki-laki itu seraya mengangguk. Matanya yang bundar tampak cerah saat tersenyum pada ayahnya.

Saat itu, Sutopo baru menyadari keberadaan Felicia dan dua orang lainnya. Dia mengangguk dan berkata, "Ternyata Bu Felicia. Akhir-akhir ini aku nggak punya banyak waktu. Nanti saja baru kita bicarakan urusan kerja sama kita."

Sutopo mengira Felicia datang untuk membahas perihal kerja sama.

"Maaf, Pak Sutopo salah paham! Aku bukan datang untuk membicarakan kerja sama. Aku bawa seorang ...," balas Felicia sambil tersenyum. Namun, sebelum dia selesai berbicara, terdengar sebuah suara yang panik.

"Anak ini dalam bahaya! Harus segera ditangani!"

Begitu kata-kata itu terucap, situasi langsung menjadi hening dan semua mata serentak tertuju pada orang yang berbicara.

Semua orang terkejut dan marah!

Ekspresi Sutopo menjadi muram. Dia menatap Afkar dengan tajam dan bertanya, "Bu Felicia, siapa orang ini?"

Siapa pun pasti akan bereaksi dengan buruk jika mendengar seseorang mengatakan anaknya berada dalam bahaya.

Sebelum Felicia sempat bicara, sopirnya telah menatap Afkar dengan tatapan meremehkan dan berkata, "Pak Sutopo, ini adalah tunangan Bu Felicia! Mungkin dia nggak pandai bicara, harap dimaklumi."

"Berengsek, kamu bilang apa tadi?" Felicia langsung memelotot marah pada Afkar dan bertanya dengan suara dingin.

Kenapa orang ini malah langsung mengatakan anak Sutopo akan meninggal?

"Bu Felicia, kamu menyuruh orang mengancamku? Apa nyawa anakku dalam bahaya karena aku nggak mau kerja sama denganmu?" tanya Sutopo.

Felicia tersenyum getir. "Pak Sutopo, bukan itu maksudku. Semua ini cuma omong kosong si berengsek ini, bukan maksudku. Masalah kerja sama itu adalah kesediaan dua belah pihak. Berhasil atau nggak, kita tetap teman."

Sambil berkata demikian, Felicia melemparkan tatapan tajam pada Afkar sambil menggertakkan gigi.

"Kamu masih nggak mau pergi?" Awalnya Felicia membawa Afkar dengan harapan untuk mencoba segala cara. Tak disangka, bocah ini malah langsung menyinggung Sutopo begitu membuka mulutnya. Felicia benar-benar merasa menyesal!

Felicia merasa dirinya terlalu gegabah, sehingga melakukan tindakan yang tidak dipertimbangkannya dengan matang. Sementara itu, sopir Felicia tampak puas dengan kejadian ini. Entah mengapa, orang ini merasa tidak suka terhadap Afkar.

Namun, Afkar tidak peduli dengan reaksi mereka.

Ekspresinya tetap terlihat cemas saat berkata, "Yang kubilang tadi itu benaran! Anak ini akan segera berada dalam bahaya. Dia harus segera ditangani! Dua puluh menit! Dalam waktu 20 menit, dia akan mulai kambuh!"
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (7)
goodnovel comment avatar
Endang Sukmara Kartawiria
bagus banget
goodnovel comment avatar
Rahma Amalia
menarik..lanjut
goodnovel comment avatar
Agung Arif
sangat bagus
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 954

    Begitu kata-kata itu diucapkan, Fauzi mendadak membentak tajam ke arah Keyla, "Lihatlah ke arahku!"Seolah-olah terkena sihir, Keyla yang ketakutan dan panik langsung menoleh untuk menatap Fauzi. Saat berikutnya, mata Fauzi tiba-tiba memancarkan sinar tajam yang menyilaukan.Wuussh!Dalam sekejap itu, Keyla merasa seolah-olah kepalanya meledak dari dalam. Seluruh kesadaran dan ingatannya hancur berantakan menjadi potongan-potongan kacau, lalu tercampur seperti adonan kental yang diaduk-aduk. Tubuhnya yang berdiri di sana pun terlihat bergetar hebat."Hehehe ....""Hihihi ....""Hahaha ...."Segera setelah itu, Keyla mulai tertawa dengan suara yang aneh dan menyeramkan. Wajahnya juga berubah menjadi linglung dan bodoh. Bahkan, sudut bibirnya miring dan air liur terus menetes keluar dari mulutnya.Keyla benar-benar berubah menjadi orang bodoh. Otaknya sudah hancur total akibat ulah Fauzi. Jauhar mengatakan bahwa cucunya memang agak kurang waras, makanya sampai berani menyinggung Fauzi. A

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 953

    Langsung saja, Jauhar berlutut ke arah dukun itu. "Keyla, ja ... jangan bicara lagi! Cepat berlutut! Ayo, cepat berlutut! Gu ... Guru Agung Fauzi ...."Pati sendiri juga langsung panik. Dia berteriak ke arah Fauzi, "Guru! Ke ... kenapa kamu keluar?"Fauzi mendengus dingin dan menghardik dengan kesal, "Kamu hampir saja membunuh adik angkatku. Mana mungkin aku nggak keluar? Dasar berengsek!"Mendengar itu, Pati langsung terlihat ketakutan. Wajahnya memucat, sementara keringat dingin sudah mengalir di tubuhnya. Kemudian, dia menoleh ke arah Afkar dengan ekspresi tak percaya. "Ini ... ini ...."Fauzi mendengus sekali lagi, lalu memerintah Pati si murid pertamanya itu dengan suara dingin, "Ini apanya? Kenapa kamu masih bengong? Cepat panggil Paman Afkar! Mulai hari ini, aku dan Afkar adalah saudara angkat. Mengerti?""Ya, aku mengerti!" Pati langsung tersentak. Dia terkejut sekaligus tersenyum pahit dalam hati. Saat berikutnya, dia membungkuk dalam-dalam ke arah Afkar, bahkan hampir 90 dera

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 952

    Mendengar ucapan Afkar barusan, wajah Pati langsung memerah karena terlalu emosi. Apa-apaan ini? Dia memanggilnya Bocah Pati?Panggilan itu hampir membuat Ketua Paviliun Penentang Takdir ini melompat berdiri. Kapan dia pernah dipanggil seperti itu? Sejak kapan dia menjadi Bocah Pati?Jauhar dan Keyla juga terkejut dan marah. Tatapan mereka pada Afkar dipenuhi kebencian yang gelap dan menusuk.Jauhar terlihat menggertakkan giginya. Suaranya tajam dan penuh amarah ketika memarahi, "Eh, beraninya kamu bersikap nggak hormat pada guruku!"Keyla menunjuk Afkar, lalu mengejek sambil tertawa dingin, "Afkar, aku benar-benar cukup kagum padamu. Sudah hampir mati, tapi masih berani sombong juga. Kamu pikir karena sudah pasti mati, jadi bebas bicara seenaknya ya?"Afkar menaikkan alis dan menjawab datar, "Oh? Aku hampir mati? Kamu begitu yakin bisa membunuhku?"Mendengar itu, Keyla menggeram penuh dendam, "Haha .... Menurutmu? Afkar, hari ini dengan adanya Kakek Pati di sini, menurutmu kamu masih

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 951

    Bisa dibilang, setelah percakapan yang dalam tetapi mudah dipahami itu, antara Afkar dan Fauzi mulai tumbuh rasa saling menghargai dan kagum satu sama lain.Setelah itu, Fauzi langsung menarik tangan Afkar untuk bersumpah kepada langit dan bumi. Dia mengajaknya untuk bersaudara angkat.Tentu saja, kalimat klise seperti "tidak lahir di tahun, bulan, dan hari yang sama tak apa, selama bisa mati di tahun, bulan, dan hari yang sama" juga tidak ketinggalan.Setelah ritual selesai, Fauzi tertawa terbahak-bahak sebelum berujar, "Afkar, tenang saja. Aku sudah mencapai puncak tahap akhir tingkat kelahiran jiwa. Usiaku masih bisa bertahan paling nggak 300 sampai 500 tahun lagi. Haha ....""Oh?" Begitu Afkar mendengarnya, dia merespons, "Kalau begitu, aku harus buru-buru meningkatkan kekuatanku. Jangan sampai aku cuma hidup sekitar 80 atau 100 tahun, tapi malah jadi beban untuk Kak Fauzi. Haha ...."Begitu kata-kata itu keluar, keduanya saling memandang lalu tertawa bersama. Tak lama setelah itu,

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 950

    Di dalam ruang rahasia bawah tanah yang panas membara, perbincangan antara pria tua dan pemuda tentang ilmu alkemis juga sama panasnya.Fauzi yang merupakan seorang dukun secara tak sadar mulai mengubah sebutannya terhadap Afkar. Seiring dengan pembahasan mereka yang makin mendalam, panggilan Fauzi kepada Afkar berubah dari awalnya menyebut "bocah", lalu menjadi "anak muda", lalu "bapak", dan akhirnya memanggilnya dengan hangat sebagai "sobat."Perubahan dalam sebutan ini menunjukkan bagaimana sikap Fauzi terhadap Afkar perlahan ikut berubah. Sebutan "sobat" ini mencerminkan rasa akrab dan penghormatan, serta keinginan Fauzi untuk berinteraksi secara setara."Sobat, kenapa kamu menipuku?" Setelah satu jam penuh, wajah Fauzi terlihat memerah karena bersemangat dengan sorot mata yang memancarkan semangat menggebu.Afkar tertegun karena sangat bingung, lalu dia bertanya dengan ekspresi tidak paham, "Eh? Apa maksud Pak Fauzi? Aku menipumu dalam hal apa?"Baru saja mereka berbincang sangat

  • Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku   Bab 949

    Sambil berbicara, Jauhar pun mulai menceritakan seluruh kejadian kepada Pati. Keyla juga sesekali "menambahkan" beberapa kalimat di sampingnya. Lebih tepatnya membumbui cerita agar terdengar lebih dramatis.Menurut versi mereka berdua, Keyla awalnya hanya berniat baik untuk memberi tumpangan kepada Afkar dan putrinya, tetapi pria itu malah tidak tahu diri dan bertengkar dengannya di tengah jalan. Thoriq yang tidak terima Keyla dihina pun ikut turun tangan untuk membelanya. Dari situlah, konflik di antara mereka pun pecah.Akibatnya, Thoriq malah dipaksa berlutut oleh Afkar dan menampar dirinya sendiri berkali-kali, sampai akhirnya Zohar turun tangan untuk membela anaknya dan Keyla. Namun, pada akhirnya Zohar justru tewas secara tragis di tangan Afkar.Dalam cerita mereka, tidak ada sepatah kata pun menyebutkan bagaimana Keyla telah menghina dan mempermalukan Afkar terlebih dahulu ataupun bagaimana Zohar dan anaknya telah semena-mena, bahkan hampir membunuh Afkar dan putrinya dengan ke

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status