Dua Minggu telah berlalu semenjak gempa bumi yang mengguncang seluruh dunia terjadi. Persiapan yang dilakukan Kerajaan Alf dan Lunar sudah berjalan semakin lancar saja. Bisa dibilang kalau kini kedua kerajaan itu telah siap andaikan situasi terburuk terjadi. Selama itu juga kedua kerajaan masih belum menemukan informasi penting lagi, para petualang yang diutus ke berbagai kerajaan juga belum memberikan laporannya.Aktivitas Satria juga kembali seperti biasa lagi mengurus toko miliknya yang semakin maju, karena tidak ada informasi baru jadi tidak ada yang perlu dia diskusikan dengan yang lainnya perihal masalah peristiwa mencekam dua minggu lalu. Para pegawai di tokonya juga sudah bekerja dengan lebih santai lagi karena stok potion, armor dan perlengkapan tempur lainnya telah melimpah sebab dua minggu ini mereka terus bekerja keras sebagai bentuk persiapan hal terburuk yang mungkin saja terjadi.Meski situasi aman dan damai terus berlangsung hingga rumor-rumor aneh mulai berkurang seka
Hanya memerlukan waktu dua hari saja Satria sampai di Ibukota Luxurie. Sepanjang perjalanan dia bisa melihat secara langsung bagaimana buruknya keadaan para penduduk Kerajaan Luxurie saat ini, hanya dalam beberapa bulan saja keadaan Ibukota Luxurie sudah berubah drastic sejak terakhir dia datang untuk menaklukan dungeon.Kenyataannya memang sama seperti di dunia nyata, saat orang-orang yang rakus dan mementingkan kepentingan pribadi dan golongannya saja menjadi pemimpin sebuah kerajaan maka mereka bisa menghancurkan kerajaan hanya dalam sekejap. Keadaan Kerajaan Luxurie saat ini ibarat berbanding terbalik dengan Kerajaan Luxurie. Kemiskinan di mana-mana, harga kebutuhan pokok dan yang lainnya semakin mahal, padahal hasil bumi dan upah pekerjaan yang diandalkan oleh rakyatnya sebagai mata pencaharian tidak meningkat signifikan bahkan cenderung turun dengan berbagai alasan.Tatkala para bangsawan Kerajaan Luxurie sibuk dengan urusannya masing-masing demi mempertahankan kekuasaannya maka
“Apakah kalian sudah saling mengenal?” tanya Yoru dengan raut wajah bingung saat melihat respon Grey dan Satria.“Ya. Dialah satu-satunya alasan mengapa aku menjadi seorang petualang!” tegas Grey setengah kesal.“Aku tidak menyangka jika petualang yang dimaksud tuan Yoru adalah dirimu. Sulit dipercaya jika dalam waktu singkat kau akan menjadi seorang petualang,” kata Satria.“Aku sebenarnya kesal saat melihatmu, waktu itu kau tidak memberikan kesempatan kepadaku untuk berbicara. Menipuku dan langsung pergi begitu saja tanpa menyebutkan namamu, ingat kejadian itu rasanya kesal hatiku ini. Tapi, rasa kesal itu tampaknya harus terkubur oleh rasa terima kasihku,” balas Grey sembari menatap tajam Satria.“Begitu ya,” ujar Satria.“Penilaianku saat itu ternyata tidak salah,” batin Satria sembari menatap tajam mata Grey. Sementara itu Yoru hanya bisa terdiam mendengarkan percakapan keduanya.“Jadi orang itu yang telah memberikan quest khusus yang saya terima?” tanya Grey kepada Yoru setelah
Satria segera menaiki kudanya, begitu juga dengan Grey yang langsung menunggangi kudanya mengikut Satria yang bergerak memacu kudanya menuju ke arah timur laut. Mereka memacu kudanya hingga melaju dengan cepat, meski begitu terlihat jelas beda kualitas kuda yang mereka tunggangi sebab kuda Satria melaju lebih cepat dari kuda yang ditunggangi Grey.“Kenapa kau ingin mengikutiku?” tanya Satria seraya sedikit memelankan laju kudanya.“Aku justru yang ingin bertanya mengapa kau tetap memaksa pergi ke Kerajaan Doraka meski tahu kalau di sana sangat berbahaya?” balas Grey.“Karena aku bisa mengatasi bahaya di sana. Justru jika kau tahu di sana bahaya seharusnya diam saja, questmu juga sudah selesai,” jawab Satria.“Sejak awal aku berniat untuk kembali ke sana dan melakukan sesuatu kepada rakyat Kerajaan Doraka yang tengah sengsara. Aku hanya kembali untuk mengambil imbalanku dan mencari bantuan untuk pergi ke Kerajaan Doraka,” tukas Grey.“Kalau begitu kenapa kau tidak tinggal saja dan cari
“Aku hanya kesal karena mereka pura-pura tidak tahu keadaan di luar pulau ini, mereka hanya peduli kepada diri mereka sendiri dan sama sekali tidak peduli kepada masyarakat lain yang sengsara,” jawab Grey.“Memangnya mereka tahu keadaan di luar sana?” tanya Satria.“Tentu saja. Semua orang di pulau ini adalah para penjilat yang dimanjakan kerajaan, mereka dibayar oleh uang dari hasil memeras rakyat Kerajaan Doraka. Mereka semuanya di sini hanyalah sampah yang mengagung-agungkan pejabat kerajaan meski kelakuannya sangat buruk sekalipun. Mereka akan terus menjilat demi mendapatkan uang dari kerajaan,” kata Grey.“Selain bertugas untuk menjilat para pejabat kerajaan mereka juga bertugas menggiring orang asing agar meninggalkan pulau ini dan segera menuju pulau lainnya. Tapi jika mereka meninggalkan pulau ini maka sudah dipastikan mereka tidak akan bisa pulang ke negara asalnya lagi. Yah meskipun tetap tinggal di sini juga tidak akan bisa kembali ke negara asal kita,” sambung Grey sambil
Ketentuan questnya diperuntukan untuk satu squad petualang, jika tidak punya squad juga bisa mengambilnya tapi harus seorang petualang dengan job class assassin. Setelah quest selesai di buat, Satria dan Grey kembali ke penginapan yang mereka sewa. Tak membutuhkan waktu lama hingga akhirnya datang lima orang petualang ke tempat yang mereka tentukan.“Silakan duduk,” tutur Satria. Lima petualang Kota Saka itu langsung duduk di kursi yang sudah di sediakan.“Apa yang harus kami lakukan?” tanya para petualang.“Aku ingin kalian menghabisi seorang anak berusia empat tahun di kota ini. orang tuanya memiliki hutang kepadaku tapi sudah telat satu jam dia belum membayarnya, jadi aku ingin menunjukan balasannya. Hadiahnya akan sangat besar setara dengan quest tingkat sepuluh tidak peduli berapapun tingkatan petualang dan level kalian saat ini. Apakah kalian mau?” tanya Satria. Sejenak Grey tampak terkejut mendengarnya, lima petualang itu juga kaget sambil saling memandang.“Siapa nama dan di m
Squad Raksa hanya bisa saling memandang. Sejenak mereka kembali menatap surat yang diberikan oleh Satria. Mereka juga saling berbicara satu sama lain untuk menentukan keputusan apa yang mereka ambil. Pada akhirnya mereka sepakat untuk menerima tawaran Satria. Tapi mereka masih belum sepakat untuk bekerja sama, mereka bilang akan memikirkannya nanti dan melihat situasinya dulu sambil menjalankan quest dari Satria.Satria hanya mengangguk paham. Dia kemudian memberikan seperempat dari bayaran yang dia janjikan sebagai modal bagi mereka untuk melakukan questnya. Squad Raksa kemudian pamit sambil membawa surat yang diberikan Satria. sementara itu Satria sendiri segera pergi ke atap penginapan untuk menghubungi Trixi dan Alexa.Dia membahas rencananya membantu para penduduk Pulau Nayaga kepada mereka berdua. Satria menjelaskan bahwa dia akan menyebarkan surat kepada semua petani, peternak dna yang lainnya untuk menjual hasil bumi mereka kepada Satria. harga hasil bumi di pulau ini dua bela
Satria melesat dari atap satu ke atap lainnya bagaikan kilat. Tidak akan ada yang menduga kalau di tengah malam seperti ini ada orang yang berlarian di atap-atap rumah. Armor Satria yang berwarna hitam membuat petualang dengan job class ranger sekalipun akan sulit melihat pergerakannya di tengah malam.“Rumah mewah di depan sana rupanya ya. Ironis sekali, padahal semua rakyatnya berada dalam garis kemiskinan yang begitu parah, namun para bangsawan malah hidup makmur di rumah-rumah mewah mereka,” batin Satria saat melihat rumah yang berdiri bak istana di Kota Saka.“Seharusnya pergerakanku sudah terdeteksi oleh item mythical detection kualitas SSR dalam jarak segini. Itu juga kalau para pengawalnya bekerja dengan baik,” kata Satria.Tak membutuhkan waktu lama baginya untuk sampai di dekat benteng rumah bangsawan. Satria sejenak memperhatikan keadaan di sekitar benteng dari atas pohon. Benteng rumah itu ternyata di jaga ketat oleh beberapa prajurit dengan persenjataan lengkap. Jumlah pr