Satria segera menaiki kudanya, begitu juga dengan Grey yang langsung menunggangi kudanya mengikut Satria yang bergerak memacu kudanya menuju ke arah timur laut. Mereka memacu kudanya hingga melaju dengan cepat, meski begitu terlihat jelas beda kualitas kuda yang mereka tunggangi sebab kuda Satria melaju lebih cepat dari kuda yang ditunggangi Grey.“Kenapa kau ingin mengikutiku?” tanya Satria seraya sedikit memelankan laju kudanya.“Aku justru yang ingin bertanya mengapa kau tetap memaksa pergi ke Kerajaan Doraka meski tahu kalau di sana sangat berbahaya?” balas Grey.“Karena aku bisa mengatasi bahaya di sana. Justru jika kau tahu di sana bahaya seharusnya diam saja, questmu juga sudah selesai,” jawab Satria.“Sejak awal aku berniat untuk kembali ke sana dan melakukan sesuatu kepada rakyat Kerajaan Doraka yang tengah sengsara. Aku hanya kembali untuk mengambil imbalanku dan mencari bantuan untuk pergi ke Kerajaan Doraka,” tukas Grey.“Kalau begitu kenapa kau tidak tinggal saja dan cari
“Aku hanya kesal karena mereka pura-pura tidak tahu keadaan di luar pulau ini, mereka hanya peduli kepada diri mereka sendiri dan sama sekali tidak peduli kepada masyarakat lain yang sengsara,” jawab Grey.“Memangnya mereka tahu keadaan di luar sana?” tanya Satria.“Tentu saja. Semua orang di pulau ini adalah para penjilat yang dimanjakan kerajaan, mereka dibayar oleh uang dari hasil memeras rakyat Kerajaan Doraka. Mereka semuanya di sini hanyalah sampah yang mengagung-agungkan pejabat kerajaan meski kelakuannya sangat buruk sekalipun. Mereka akan terus menjilat demi mendapatkan uang dari kerajaan,” kata Grey.“Selain bertugas untuk menjilat para pejabat kerajaan mereka juga bertugas menggiring orang asing agar meninggalkan pulau ini dan segera menuju pulau lainnya. Tapi jika mereka meninggalkan pulau ini maka sudah dipastikan mereka tidak akan bisa pulang ke negara asalnya lagi. Yah meskipun tetap tinggal di sini juga tidak akan bisa kembali ke negara asal kita,” sambung Grey sambil
Ketentuan questnya diperuntukan untuk satu squad petualang, jika tidak punya squad juga bisa mengambilnya tapi harus seorang petualang dengan job class assassin. Setelah quest selesai di buat, Satria dan Grey kembali ke penginapan yang mereka sewa. Tak membutuhkan waktu lama hingga akhirnya datang lima orang petualang ke tempat yang mereka tentukan.“Silakan duduk,” tutur Satria. Lima petualang Kota Saka itu langsung duduk di kursi yang sudah di sediakan.“Apa yang harus kami lakukan?” tanya para petualang.“Aku ingin kalian menghabisi seorang anak berusia empat tahun di kota ini. orang tuanya memiliki hutang kepadaku tapi sudah telat satu jam dia belum membayarnya, jadi aku ingin menunjukan balasannya. Hadiahnya akan sangat besar setara dengan quest tingkat sepuluh tidak peduli berapapun tingkatan petualang dan level kalian saat ini. Apakah kalian mau?” tanya Satria. Sejenak Grey tampak terkejut mendengarnya, lima petualang itu juga kaget sambil saling memandang.“Siapa nama dan di m
Squad Raksa hanya bisa saling memandang. Sejenak mereka kembali menatap surat yang diberikan oleh Satria. Mereka juga saling berbicara satu sama lain untuk menentukan keputusan apa yang mereka ambil. Pada akhirnya mereka sepakat untuk menerima tawaran Satria. Tapi mereka masih belum sepakat untuk bekerja sama, mereka bilang akan memikirkannya nanti dan melihat situasinya dulu sambil menjalankan quest dari Satria.Satria hanya mengangguk paham. Dia kemudian memberikan seperempat dari bayaran yang dia janjikan sebagai modal bagi mereka untuk melakukan questnya. Squad Raksa kemudian pamit sambil membawa surat yang diberikan Satria. sementara itu Satria sendiri segera pergi ke atap penginapan untuk menghubungi Trixi dan Alexa.Dia membahas rencananya membantu para penduduk Pulau Nayaga kepada mereka berdua. Satria menjelaskan bahwa dia akan menyebarkan surat kepada semua petani, peternak dna yang lainnya untuk menjual hasil bumi mereka kepada Satria. harga hasil bumi di pulau ini dua bela
Satria melesat dari atap satu ke atap lainnya bagaikan kilat. Tidak akan ada yang menduga kalau di tengah malam seperti ini ada orang yang berlarian di atap-atap rumah. Armor Satria yang berwarna hitam membuat petualang dengan job class ranger sekalipun akan sulit melihat pergerakannya di tengah malam.“Rumah mewah di depan sana rupanya ya. Ironis sekali, padahal semua rakyatnya berada dalam garis kemiskinan yang begitu parah, namun para bangsawan malah hidup makmur di rumah-rumah mewah mereka,” batin Satria saat melihat rumah yang berdiri bak istana di Kota Saka.“Seharusnya pergerakanku sudah terdeteksi oleh item mythical detection kualitas SSR dalam jarak segini. Itu juga kalau para pengawalnya bekerja dengan baik,” kata Satria.Tak membutuhkan waktu lama baginya untuk sampai di dekat benteng rumah bangsawan. Satria sejenak memperhatikan keadaan di sekitar benteng dari atas pohon. Benteng rumah itu ternyata di jaga ketat oleh beberapa prajurit dengan persenjataan lengkap. Jumlah pr
Esok harinya kabar tentang penyerangan terhadap rumah bangsawan di Kota Saka langsung tersebar. Dikabarkan bahwa banyak prajurit penjaga yang tewas karena penyerangan itu. Satria hanya bisa tersenyum saja sambil menikmati sarapan paginya sebab berita itu jelas tidak benar. Dia tidak menghabisi satu orang pun dari prajurit yang menjaga kediaman bangsawan.Patroli prajurit kerajaan semakin rapat saja. Beberapa petualang juga diselidiki untuk mencari informasi terkait penyerangan yang terjadi. Tapi mendengar kabar seperti itu bagaikan sebuah angin harapan bagi para penduduk Kota Saka yang sengsara, mereka bisa tersenyum meski sedikit. Mereka merasa senang karena pada akhirnya bangsawan yang selama ini menyerngsarakan mereka mulai mendapatkan masalah.“Apakah ini perbuatanmu?” tanya Grey setelah mereka sampai di penginapan.“Apa maksudmu?” balas Satria.“Aku yakin kau juga mendengar kabar tentang penyerangan terhadap rumah bangsawan di kota ini,” jawab Grey.“Ya. Itu memang tindakanku, ta
“Hari ini mungkin aku diminta untuk menghadap bangsawan yang aku serang semalam. Tapi aku tidak akan kembali kemari dan akan langsung menjalankan rencana selanjutnya. Aku baru akan kembali beberapa minggu lagi ke sini menjelang datangnya orang-orang yang ingin menjual hasil bumi miliknya,” kata Satria setelah sampai di kamarnya.“Eh? kenapa sampai bisa diundang begitu?” tanya Grey.“Orang misterius yang menyerang kediamannya semalam adalah petualang assassin dengan level tinggi. Mendengar ada orang dengan level setara di kota ini bukankah akan membuat mereka tertarik?” tukas Satria.“Aku mengerti. Jadi mereka ingin merekrutmu untuk menghadapi penyerang misterius itu ya,” kata Grey.“Ya. Tapi aku akan menolaknya,” ucap Satria sambil mengeluarkan item gate of teleportation dan memasangnya di kamarnya.“Apa ini?” tanya Grey.“Ini adalah item yang memungkinkan kita berteleportasi ke item yang sama di tempat berbeda. Tapi syaratnya kedua item yang terhubung itu harus dimiliki oleh satu ora
Satria segera pergi memacu kudanya meninggalkan area kediaman bangsawan Hooper Claw. Tujuannya tak lain adalah kediaman bangsawan lain yang ada di Pulau Nayaga. Di jalan Satria juga menghubungi Trixi dan Alexa untuk menanyakan keputusan Foxi tentang tawarannya. Mereka bilang bahwa seluruh pejabat Kerajaan Lunar telah sepakat untuk membeli hasil bumi yang akan dijual para penduduk Pulau Nayaga.Satria senang mendengarnya, dia juga sudah menentukan waktunya yakni sekitar tiga minggu dari sekarang. Dia meminta Kerajaan Lunar untuk menyiapkan para pekerja untuk mengangkut hasil bumi nantinya. Dia juga meminta mereka untuk menyiapkan gudang penyimpanan yang cukup untuk menampung semuanya sebelum dijual.***Hari demi hari terus berlalu. Setelah melakukan perjalanan kurang lebih empat hari, Satria kini sudah sampai di Kota Supa yang jauh ada di bagian utara Pulau Nayaga. Di kota ini tinggal satu keluarga bangsawan dari Kerajaan Doraka. Satria menyewa penginapan di sana sambil menyusun persi