Share

Bab 2

Bermuka Dua

Keesokan paginya Kevin berangkat ke kantor seperti biasa, meski di rumah pun sedang terjadi masalah dengan sang istri, ia mencoba tenang dan bersikap biasa.

Kevin berusaha mencari tahu kabar yang sedang menguap saat ini telah menyebar ke mayoritas konglomerasi melalui smartphone yang digenggamnya.

"Bagaimana bisa Triastani Group, perusahaan saingannya itu bisa merebut posisi the one di Garuda Assosiation " gumam Kevin memutar jaringan otak berharap menemukan jawaban atas permasalahannya.

"Permisi Tuan, setelah saya konfirmasi dengan beberapa perusahaan yang telah memutuskan hubungan kerjasama dengan perusahaan kita disebabkan karena ini" Doni memberikan koran harian yang berbeda penerbit, memberitakan bahwa sang miliarder wajahnya terpampang jelas sedang menggendong wanita yang diketahui bukanlah istrinya memasuki sebuah kamar hotel di luar daerah. Berita ini memenuhi headline dan menjadi trending topik dari hari yang lalu.

Ungkap Doni seusai melakukan penelusuran lebih lanjut.

Kevin mengambil surat kabar yang diberikan oleh Doni, memeriksa gambar yang terpajang itu memang dirinya tapi kenyataannya tak seperti yang diberitakan oleh media.

"Kamu tahu sendiri Don bagaimana sifatku, itu hanya kesalah pahaman saja. Mengapa media bisa mengarang cerita begitu, antara aku dan perempuan itu tak ada hubungan apapun. Saya hanya menolongnya, apa kamu juga tak percaya?" bela Kevin dengan melempar surat kabar itu hingga berserakan di meja

"Iya, saya tahu bagaimana pribadi Tuan. Tapi orang diluar sana yang tidak mengenal Tuan akan berekspektasi sesuai yang dilihatnya saja tanpa mempertimbangkan benar atau tidaknya foto yang tersebar luas itu" jawab Doni menunduk, tak berani bertatap muka dengan pimpinannya

"Aku yakin ada seseorang yang ingin menjatuhkan nama baikku, Triastani Group telah menyabotase semuanya"

Kevin berspekulasi bahwa Triastani lah yang menghancurkan reputasinya demi mendongkrak popularitasnya sehingga diakui asosiasi lebih baik dari Adiwilaga.

"Kring.. kring.."

Masih dalam keadaan berpikir, ponsel Kevin berdering. Diliriknya siapa gerangan yang telah mengganggunya saat sedang menyusun rencana, ternyata adalah adiknya. Dengan terpaksa ia menerima panggilan itu.

"Halo, Rel.." sapa Kevin dengan nada tak bersemangat

"Halo Kak, gimana kabar Kak Kevin? Apa baik-baik saja?" Farel mencoba untuk berbasa basi dengan kakaknya

"Iya, aku baik kok, kenapa kamu telepon aku? Nggak biasanya, atau kamu juga mau menghujatku seperti yang lainnya?" Kevin yang merasa selalu dibedakan dengan Farel oleh ibu sambungnya, mencium gelagat buruk adiknya, entah apa itu

"Jadi berita itu benar, Kak? Kenapa Kakak melakukan itu pada Liliana? Apa dia sudah tak secantik dulu?"

Pertanyaan Farel yang bertubi-tubi itu menambah amarah Kevin semakin memuncak.

"Kenapa kamu bertanya begitu padaku?"

"Itu karena aku khawatir padamu, aku tak ingin keluargamu hancur, aku juga tak ingin dengan reputasimu sekarang akan menghancurkan perusahaan kita juga, dampaknya akan sangat besar, Kak! Apalagi kalau Papa sama Mama tahu masalah ini.."

"Stop! Farel, kamu hanya menambah beban ku saja. Berita yang tersebar itu nggak benar adanya. Aku tak melakukan apa yang dituduhkan media, aku hanya membantunya saja"

Belum selesai Farel berbicara, Kevin sudah menyelanya lebih dulu agar mulutnya tak semakin lancang, saking emosinya Kevin menceritakan apa yang telah terjadi.

"Kak, aku begini karena peduli sama Kakak, tolong jangan berpikiran negatif terus. Aku bisa bantu Kakak, bilang ke Papa dan Mama kalau berita itu nggak benar"

Ucapan Farel yang ingin membantu untuk menjelaskan pada Papa dan Mamanya membuat hati Kevin melunak. Ia pun mau mendengarkan ucapan Farel.

"Kakak kalau butuh teman cerita, boleh kok cerita sama aku, atau butuh bantuan apapun, aku siap membantu. Perusahaan Kakak gimana sekarang?"

"Aku akan berusaha sebisa mungkin mempertahankannya, perusahaanmu bisa bantu kan Rel?"

Kevin sangat berharap pada Farel untuk bisa mempertahankan saham yang masih dimilikinya, dan para pemilik saham lain agar tak mencabutnya dari perusahaan Kevin.

"Oke, tetap semangat Kak, kalau butuh apa-apa hubungi saja aku, nggak usah sungkan, aku kan adikmu sendiri. Jaga kesehatan, dan jaga dirimu baik-baik ya Kak"

Farel pun menutup sambungan telepon dengan kakaknya.

***

Di tempat berbeda, sebuah ruangan luas bercat dinding abu dengan aneka buku berjejer rapi di rak yang tersusun secara horizontal, tiga orang duduk mengitari meja bundar mengadakan acara privasi.

"Ha,,ha,,ha,," mereka tertawa lepas entah apa yang membuatnya bisa berlaku demikian.

"Kevin, sebentar lagi semua hartamu akan menjadi milikku"

Seseorang tersenyum menyeringai, membayangkan kehancuran yang akan dialami kakaknya.

Lelaki berwajah oriental itu sedang mengadakan pesta bersama dua orang rekannya. Ada beberapa botol minuman dan gelas yang telah terisi cairan berwarna putih namun bukan air mineral, botol yang terpampang itu dihiasi dengan berlian putih berkilauan dan bulu-bulu putih yang halus mencerminkan bukan minuman murahan.

Farel yang berumur empat tahun lebih muda dari Kevin menduduki jabatan sebagai COO, tepat berada di bawah CEO karena ia merupakan adik dari pewaris perusahaan. Meski jabatan di Adiwilaga Group hanya sebagai COO, ia pun memiliki perusahaan yang tak kalah besar dengan perusahaan Kevin. Semua seluk beluk rahasia perusahaan dibawah Adiwilaga Group berhasil dikuasainya.

Sedari kecil hubungan mereka nampak baik hanya di publik saja, dalam hati siapa tahu. Kevin sangat menyayanginya dan telah menganggap Farel sebagai adik kandungnya meski berbeda ibu. Tapi adiknya tak memiliki rasa yang sama.

"Jangan lupa nanti bagi-bagi bro"

Rekan kongsinya meminta bagian dari hasil kerjanya yang sepertinya sukses dijalankan.

"Tenang saja, nanti setelah Adiwilaga Group hancur, kita bertiga buat nama perusahaan baru"

Farel menjanjikan akan membuat perusahaan baru diatas kehancuran kakaknya. Perusahaan yang telah bertahun-tahun lamanya selalu menjadi Top Good Executive.

"Farel.."

Saat Farel sedang berpesta di ruangannya, di tengah pintu berdiri seorang wanita cantik berambut panjang, bergelombang, memanggil namanya

"Bubar sana!" Farel menyuruh dua rekannya untuk pergi dari ruangannya saat melihat kedatangan wanita impiannya itu

"Kamu hebat sayang, sebentar lagi harta Kevin akan jatuh ke tangan kita. Ha, ha, ha" setelah dua orang itu pergi melewatinya kemudian wanita itu menutup pintunya dengan rapat, hingga hanya tinggal dua sejoli di ruangan. Dengan mesra wanita itu memuji kehebatan sang lelaki

"Iya sayang, kamu akan menjadi milikku seutuhnya! kamu boleh beli apa pun yang kamu mau, nanti kita traveling berkeliling dunia menikmati harta Kevin"

Farel menjanjikan hal indah pada seorang wanita yang kini tengah berada dipangkuannya.

"Mulai saat ini aku tak mau lagi melayaninya, muak liat wajahnya" ucap wanita itu kesal

"Liliana, kamu harus sabar dulu! Untuk saat ini Kevin belum benar-benar hancur! masih ada perusahaan tambang yang belum ku manipulasi datanya, jadi masih bisa dia andalkan. Setelah semuanya hancur tak bersisa baru kita tendang dia"

Farel mengelus rambut wanita cantik itu, dan masih saja terus membujuknya agar menuruti skenario yang telah direncanakannya secara matang.

"Cepatlah kamu selesaikan, aku bosan menjadi istri kakakmu yang sok perfect itu"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status