Share

Bangkitnya Sang Miliarder Sejati
Bangkitnya Sang Miliarder Sejati
Author: Rinda Nirmala

Bab 1

Bangkrut

"Maaf Tuan, ada kabar buruk untuk Adiwilaga Group" jawab seorang pemuda berpenampilan rapi yang sedari tadi menunggu atasannya datang

Dengan nada gugup, sang asisten membuka benda pipih berisi jutaan informasi itu, menyampaikan kabar tak menyenangkan yang terpampang dalam layar, mengenai keadaan genting perusahaan pada bosnya.

"Apa yang terjadi? Cepat katakan!"

Di sebuah ruang kerja yang besar, mewah dan elegan dengan berbagai fasilitas pendukung yang lengkap seorang CEO menatap tajam, menggertak pada asisten pribadinya. 

"Menurut trending topik di Kabar Pembaruan, perusahaan rival kita, Triastani Group saat ini menduduki peringkat pertama dalam daftar Garuda Assosiation, sehingga kedudukan Adiwilaga Group tergeser"

Ungkap Doni, asisten yang telah setia menemani Kevin selama lima tahun terakhir.

Seperti biasa, tiap pagi saat baru sampai di ruang kerjanya pria yang menjabat sebagai CEO ini menanyakan kabar terbaru yang sedang populer kepada sang asisten. 

Kevin Jati Adiwilaga miliarder tersohor di Jakarta. Di usianya yang baru menginjak 27 tahun telah berhasil menyandang gelar bergengsi di kalangannya. Kerajaan bisnis yang digelutinya setelah pelimpahan hak waris dari ayahnya makin berkembang pesat dari mulai konstruksi bangunan, jalan, property, hingga tambang batubara yang kini sedang naik daun di kalangan konglomerasi.

Pria tampan bertubuh atletis itu terduduk lemas di kursi kebanggaannya. Wajahnya nampak geram mendengar kabar tak mengenakan itu. Khawatir akan masa depan perusahaan yang di kelolanya akan mengalami kemunduran.

Rambutnya kini nampak acak-acakan dengan dasi yang telah mengendur ia beranjak dari tempat duduknya, membuang napas kasar, menggenggam kencang kedua tangannya lalu menghentakkan ke benda keras yang berada di hadapannya.

"Bagaimana ini bisa terjadi?" murka Kevin menatap Doni yang terdiam membisu

Susah payah Kevin mempertahankan reputasi perusahaan yang telah di warisi dari ayahnya. 

Sejak kecil terbiasa hidup bergelimangan harta, menjadikan sosok lelaki yang menjadi incaran para konglomerat untuk mempersunting sebagai menantunya. Meskipun begitu ia memiliki kepribadian yang tangguh, mandiri, dan rendah hati berkat didikan sang ayah. 

Benny Adiwilaga terkenal dengan julukannya sebagai Abdurrahman Bin Aufnya pengusaha, orang terkaya saat jamannya Baginda nabi dan merupakan sahabat nabi. Semenjak ayahnya memilih pensiun dan memutuskan sang anak menggantikannya, Kevin lah satu-satunya kandidat yang dipercaya untuk menjadi penerusnya.

Sepertinya gelarnya itu tak diwariskan pada Kevin. baru kali ini ia merasa ketakutan akan masa depannya. Kabar yang ia dengar hari ini telah mengguncang jiwanya.

"Dari kemarin beberapa kolega telah mencabut kontrak kerjasamanya dengan perusahaan kita, ada pula yang membatalkan secara sepihak tanpa alasan yang jelas" terang Doni membeberkan kondisi perusahaan yang terus mengalami penurunan drastis.

"Doni, coba kamu cek dokumen perjanjian dengan PT Agung Sejahtera, proyek jalan tol yang masih jalan konstruksinya" 

Dengan cekatan Doni mengecek dokumen yang ada di lemari brankas, lalu menelepon sekretaris untuk menghubungi yang bersangkutan lebih lanjut.

Kini Kevin beranjak dari duduknya, berjalan mondar-mandir untuk menghilangkan rasa paniknya. Mencoba berpikir, tindakan apa yang akan di ambil untuk menyelamatkan apa yang masih bisa diperjuangkan.

"Tok, tok" terdengar suara pintu di ketuk dari arah luar

"Masuk" ucap Kevin

Seorang wanita cantik berpenampilan seksi muncul dari balik pintu.

"Permisi Bos, tadi Pak Doni meminta saya untuk menghubungi PT Agung Sejahtera, saat ini proyek masih berjalan dan PT Agung memberikan respon positif pada jasa yang kita tawarkan pada mereka" 

Serasa ada angin segar masuk ke dalam pernapasan Kevin, mendengar sang sekretaris mengabarkan hal baik yang masih bisa untuk dipertahankan.

"Maaf Bos, tadi saya mendapat info melalui telepon dari manager operasional, sekalian saya bawakan beberapa daftar perusahaan yang menarik kerjasamanya dengan anak perusahaan kita, sedangkan proyek sudah berjalan, dana yang digelontorkan pada masing-masing proyek pun sudah mencapai 50% lebih" 

Baru sebentar saja Kevin mendapat asupan yang bisa menjernihkan pikiran, ditimpa lagi dengan kerugian yang harus perusahaan terima atas kejadian tak terduga ini.

Untuk kerugian ini masih dapat ditangani, ada pemasukan dari sektor lain. Hanya batu bara kiranya sebagai andalan.

"Rani, kamu silahkan kembali ke meja kerjamu"

Sang sekretaris pun keluar dari ruangan yang luas itu setelah melaporkan data yang dirangkum berdasarkan tinjauan dari manager.

"Doni, segera kamu cari tahu mengapa Triastani Group, musuh bebuyutan Adiwilaga bisa menduduki peringkat pertama setelah sekian tahun lamanya. Banyak perusahaan yang menarik kerjasamanya dengan perusahaan kita, sejak dulu belum ada yang bertindak seperti ini. Pasti ada yang tidak beres. Pantang bagiku di cap sebagai pemimpin yang gagal " 

Kevin menugaskan kepada asistennya untuk mengulik merosotnya performa Adiwilaga Group di kancah bisnis.

Sang asisten pun segera bertindak dengan terampil langsung membuka tablet yang ada di meja kerjanya.

"Kamu urus tugas yang kuberikan" titah Kevin pada Doni

"Baik, akan saya kerjakan secepatnya! Tuan mau kemana?" tanya Doni saat melihat Bosnya berjalan menuju pintu

"Saya mau pulang, pusing kepalaku jika tetap disini. Lebih baik aku menghilangkan penatku di rumah bersama Vania" 

Mendengar Bosnya hendak pulang, Doni berlari untuk membukakan pintu, namun gagal karena keduluan Kevin yang membukanya sendiri. 

***

"Vania sayang.." 

Setibanya di rumah Kevin memanggil anak kesayangannya yang ingin sekali dipeluk untuk menghilangkan penat dikepalanya.

"Bagus, kamu cepat pulang Mas! jadi begitu kerjaanmu di luaran sana? Memalukan! tetap disitu dulu, ada kejutan untukmu"

Kevin menurut perintah istrinya untuk tidak berlalu dari tempat ia berpijak. Ia terkejut dengan kata-kata istrinya yang begitu kasar. Belum mendapati orang yang sangat ingin dipeluknya, Kevin menerima tuduhan tak beralasan dari istrinya. Masih dalam keadaan terpaku, belum mengatakan apapun, Liliana meninggalkannya dan masuk ke dalam kamarnya.

Sang istri muncul lagi dari balik pintu.

"Nih, lihat!" 

Liliana dengan kasar melempar beberapa lembar foto hingga mengenai wajah Kevin yang nampak lelah itu.

"Kurang ajar sekali kamu jadi istri? Kenapa sikapmu makin hari menjadi-jadi? Makin kurang ajar, kerjaanmu hanya shopping, kumpul dengan grup sosialita yang nggak penting, Vania, anak kita saja babysitter yang ngurusin, baktimu sebagai istri mana? janji yang dulu pernah kamu ucapkan ketika menikah saja sudah kau lupakan" sontak dengan mata melotot, ia memarahi istri yang telah berlaku tidak sopan terhadap suaminya

Setelah puas membentak istrinya, Kevin mengambil lembar demi lembar foto dan di lihatnya. Ia menggelengkan kepalanya merasa bahwa telah difitnah. 

"Kenapa jadi seperti ini?" gumam Kevin dalam hati

Liliana masih terdiam terpaku, wajahnya garang menatap Kevin. 

"Pokoknya aku sudah tak tahan lagi sama kamu, aku mau cerai, dan minta harta gono gini" 

Bagai tersambar petir di siang bolong mendengar kata-kata yang keluar dari mulut istrinya itu. Matanya berkaca-kaca, meski rasa di hati tak lagi sama, tak ada niat sedikitpun untuk bercerai dengan Liliana, wanita yang telah memberinya seorang anak berparas cantik jelita seperti mendiang ibunya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status