Share

Bab 6

Firasat Apa Ini?

“Terimakasih Om, telah bersedia membantu saya. Sementara ini saya tinggal di villa sebelah sana, tak jauh dari sini kok” Kevin memberitahu tempat singgahnya pada Om Aji

“Baiklah, kalau gitu saya pamit dulu Om, takut Vania mencari saya” Kevin bangkit dari tempat duduknya

“Vania istrimu Vin?” tanya Om Aji ingin tahu

“Bukan Om, anak saya” jelas Kevin

“Istrimu tak ikut bersamamu?”

“Itu dia Om, selain perusahaan saya yang mengalami kebangkrutan, istri pun meninggalkanku. Dia pikir aku telah berselingkuh dengan wanita yang ada difoto itu yang tak lain adalah Siena” tutur Kevin kembali duduk dan membeberkan permasalahan yang menimpa dirinya

“Om turut prihatin ya dengan apa yang menimpamu saat ini. Gara-gara Siena kamu jadi mengalami kesialan bertubi-tubi” Om Aji merasa simpati dan menyalahkan ulah Siena yang telah merugikan orang yang ternyata adalah anak dari sahabatnya dulu.

“Maafin aku Vin, karena kebodohanku menjadikan rumahtanggamu hancur juga perusahaanmu” ucap Siena mendekat dan bersimpuh di hadapan Kevin sembari memegangi kedua tangannya memohon agar memaafkannya

“Siena jangan berlutut seperti itu, aku tak bisa melihat perempuan menangis. lagi pula semuanya sudah terjadi, tinggal bagaimana cara memperbaiki reputasiku agar tak dipandang negatif oleh perusahaan lain tentang kesalahpahaman yang lebih dulu menyebar tanpa menunggu klarifikasi dariku. Kamu mau kan membantuku?” tanya Kevin penuh harap sembari membangunkan tubuh Siena agar tak bersimpuh dihadapannya

“Aku bersedia membantumu Vin” jawab Siena menyanggupi permintaannya

“Oke aku akan pulang dulu, nanti aku rencanakan dengan asistenku. Saya pamit pulang dulu ya Om, Siena” Kevin berpamitan untuk pulang dengan menyalami punuk tangan Om Aji, pada Siena ia hanya melempar senyum manisnya saja

Kevin melangkahkan kakinya menuju sepeda yang diparkirkan di depan pintu gerbang villa yang ditempati Om Aji dan Siena. Gegas mengayuh sepedanya dengan semangat menuju villa yang sudah dipilihkan untuknya.

“Gimana pemandangannya Tuan?” tanya Hasan ingin tahu kesan Tuannya melihat pemandangan pegunungan didaerahnya

“Koper dan tasku dimana San?”

Baru sampai di villanya, dan tergesa menyenderkan sepeda di dekat mobil, Kevin langsung menanyakan keberadaan koper dan tasnya tanpa menggubris pertanyaan Hasan yang terlihat berbasa basi menyapanya.

“Su-sudah ada di kamar, sebelah kamarnya Non Vania, Tuan” jawabnya terbata

Dengan berlari Kevin memasuki villa yang pintunya telah terbuka. Pertama masuk ia melewati sebuah ruang tamu, kedalam lagi di ruangan tengah nampak ada beberapa ruangan yang pintunya tertutup. Dibukanya pintu yang letaknya tak jauh dari tempatnya berdiri, tak ada siapa pun didalamnya. Kemudian pintu kedua, ternyata ada Vania yang sedang tiduran sambil ngedot.

“Pasti ini kamarku” ucap Kevin teringat ucapan Hasan yang memberitahu kalau kamarnya ada disebelah kamar Vania

Pintu yang ketiga dibukanya, benar, ada seonggok koper berada tak jauh dari lemari pakaian. Tas kecilnya berada di atas meja rias yang kosong tanpa ada satupun perlengkapan make up yang biasa tertata rapi.

Diambilnya tas kecil yang berada di meja rias, ia mengeluarkan benda pipih beraneka fungsi itu dan duduk di atas kasur.

“Sial, kenapa tak ada sinyal disini” ucapnya kesal melihat ponselnya menandakan tak bisa digunakan

Ia keluar dari villa mencoba mencari tempat agar segera mendapatkan sinyal. Kevin berjalan ke arah depan villa menyusuri jalan sampai mendapatkan apa yang dicarinya.

“Yess! akhirnya kudapatkan juga kau!”

Tak sia-sia ia menapaki area yang lebih tinggi dari villanya dengan memanjat pohon yang cabangnya kuat menopang tubuh kekarnya, akhirnya menemukannya juga. Jarinya langsung berselancar bebas dengan ponsel yang ada ditangannya. Tak lama kemudian ia menempelkan dekat daun telinganya.

“Halo, Bram pilihanmu untukku berlibur disini sangat tepat. Aku telah menemukan orang yang selama ini kita cari” ucap Kevin pada Bram yang dihubungi lewat sambungan telepon

“Maksudmu Siena?” tanya Bram dari seberang sana tak percaya, ia yang telah bekerja keras mencarinya dari jejak yang didapatkan sejak dari Samarinda itu saja nihil, sekarang Kevin bilang kalau dia ternyata ada didaerah yang terpencil.

“Apa dia stres, segitunya Kevin memikirkan masalahnya yang sampai saat ini belum ada titik terang juga?” Bram berpikir jika sahabatnya ini mengalami depresi akibat dari pemberitaan media yang telah menghancurkan hidupnya terlebih lagi ditinggalkan istrinya

“Vin, coba kamu…” Bram berbicara sendiri di ponselnya

“Halo Bram, Halo..” Kevin tak lagi mendengar suara Bram dari sambungan teleponnya

“Kenapa lagi sih ini..” Kevin melihat sinyal diponselnya hanya ada satu, namun tak ada lagi suara yang keluar dari benda pipih itu. Bram yang sedari tadi dipanggilnya pun tak menjawabnya. Segera dimatikannya sambungan teleponnya pada Bram secara sepihak.

“Biar aku telepon Doni, sekalian aku suruh dia membahasnya dengan Bram rencana untuk konferensi pers”

“Papa.. papa..” terdengar suara teriakan Vania mengecoh fokus Kevin yang hendak menghubungi Doni

Alih-alih menghubungi Doni, Kevin turun dari pohon untuk menghampiri putri kesayangannya itu. Dengan berlari Kevin mencari keberadaan Vania, tak ingin buah hatinya menunggu terlalu lama.

“Sayang, kenapa kesini? Bibi mana?” Kevin menemukan Vania yang sedang berada di dekat mobil, ia menunduk bertanya pada anaknya kaget melihat Vania berjalan sendirian keluar dari villa

“Vania tadi mimpi Mama” ucap balita itu dengan kepolosannya

Siapa yang tak teriris hatinya melihat buah hati yang seharusnya diurus dengan baik oleh seorang ibu, kini ibu kandungnya dengan tega meninggalkannya. Kevin menyadari bahwa anaknya pasti sangat merindukan wanita yang telah membuatnya ada di dunia ini.

“Vania mimpi apa sayang?” tanya Kevin sambil menggendongnya membawanya kembali ke villa

“Mama punya dedek bayi, tapi nggak tinggal sama kita Pa”

Mimpi Vania seperti mengisyaratkan sesuatu yang tak tahu itu apa.

"Cuma mimpi sayang.. ayo kita masuk ke dalam" ajaknya sambil mencium lembut pipi tembem anaknya

“Apa Liliana hamil? Anak siapa yang ada dalam kandungannya?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status