Share

Bab 5

Mencoba Bangkit

Kevin yang sedang hancur hatinya melihat dengan mata kepala sendiri perselingkuhan antara istri dan adiknya membuatnya semakin terpuruk. Perusahaan menjadi terbengkalai, Vania pun kekurangan kasih sayang dari kedua orang tuanya.

Hubungan mereka tanpa kejelasan, Liliana masih tetap menjalin hubungan dengan Farel dan kini lebih terang-terangan lagi. Bahkan ibu tiri Kevin pun mendukung perselingkuhan mereka. Sang ayah tak bisa berbuat banyak, karena kendali dipegang penuh oleh sang istri.

Sang pemilik sudah tak peduli lagi dengan perusahaan yang hampir hancur itu, namun Doni masih tetap setia untuk mengurus perusahaan. Masih ada beberapa bidang yang masih berjalan dan tetap mempercayakan pada Adiwilaga Group.

"Vin, kamu kok sekarang jadi begini? nggak ke kantor, Vania juga nggak terurus, orangtuanya mikirin dirinya masing-masing"

Bram mendatangi rumah Kevin, didapatinya Kevin sedang duduk di gazebo taman depan menemani anaknya bermain. Laki-laki yang sedari kecil menjadi teman baiknya ini merasa prihatin melihat keadaannya yang berantakan.

"Kamu pergi berlibur ya, semua sudah aku persiapkan kebutuhanmu dan kebutuhan Vania juga, ajaklah dia bersamamu. Aku tahu kamu sangat menyayanginya. Biarlah Liliana dengan pilihannya sekarang, cobalah kamu memulai hidup baru. Siapa tahu kamu disana akan mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik lagi"

"Papa.. main yuk" Vania mendekat pada papanya namun tak ada respon

"Sini, Nak" panggil Bram, saat Vania mendekat, dipangkunya bocah balita itu diciumnya dengan penuh kasih sayang

Kevin melihat Vania yang begitu lekat dipelukan Bram, ia pun merindukan Vania yang selalu ceria saat pulang kerja bocah itu sebagai pengobat saat penat menjalani aktivitas sehari-hari di kantor.

"Baiklah aku akan pergi bersama anakku ke tempat yang kamu pilihkan itu. Sini sayang sama Papa" Kevin cemburu melihat anaknya dipangku oleh Bram, ia tak mau anaknya lebih dekat dengan orang lain daripada dirinya

Beberapa hari kemudian akhirnya Kevin dan Vania dengan mengajak babysitternya, pergi ke salah satu kota yang berada di Jawa Tengah. Perjalanan ditempuh menggunakan kereta.

Lima jam perjalanan telah dilewati dari Jakarta, sampailah mereka di kota tujuan. Di depan sudah ada orang yang menjemput, terlihat dari papan yang bertuliskan nama keluarga Tuan Kevin.

"Jemputan untuk Tuan Kevin?" tanya Kevin pada laki-laki yang terbengong nampak sedang menunggu seseorang

"Iya, saya sudah lama disini, namun yang saya tunggu belum datang juga" keluhnya pada Kevin tak tahu orang yang menyapanya itu adalah tamu yang sedari tadi dinanti

Kevin hanya tersenyum mendengar keluh kesah pemuda yang usianya tak jauh berbeda darinya.

"Ayo kita pergi sekarang" ajaknya segera

"Anda Tuan Kevin?"

Kevin menjawabnya dengan memberi sebuah anggukan saja.

"Perkenalkan Tuan, nama saya Hasan, saudara dari istrinya Bang Bram punya saudara nah saudaranya itu masih saudara dengan sepupu saya

Pemuda itu menundukkan kepalanya ke arah Kevin seraya memperkenalkan siapa dirinya.

"Terus kamu jadi apanya Bram?" tanya Kevin yang merasa bingung mendengar penjelasan Hasan yang belibet

"Nah, saya sendiri juga kurang tahu, bisa dibilang saudara juga mungkin ya, Tuan"

"Sudahlah, lupakan, yang penting aku disini ada kamu yang ngurus semua ya? Ini anakku dan babysitternya" Kevin memperkenalkan anak dan babysitternya. Tak ingin menanggapi lebih jauh tentang siapa itu Hasan, yang dia tahu, disini hanya untuk berlibur dan mencari suasana baru sampai Bram mendapatkan kabar tentang Siena untuk membersihkan nama baiknya.

Hasan membawakan barang bawaan Kevin dan Vania yang ada dalam dua koper besar. Babysitternya membawa barangnya sendiri. Mereka berjalan bersama menuju dimana Hasan memarkirkan mobilnya, dan mulai memasukkan ke dalam bagasi.

Mereka telah masuk ke dalam mobil, Kevin duduk di depan, sebelah Hasan, sedangkan Vania dan babysitternya di jok belakang. Nampak Kevin sangat menikmati keindahan alam pedesaan yang sedang dilewatinya tanpa komplain meski kendaraan yang dinaikinya saat ini tak semewah kendaraan miliknya di Jakarta.

"Benar-benar masih alami ya di sini, udaranya sejuk, banyak tanaman hijau. Berkat Bram, aku bisa melihat keindahan alam yang tak kudapatkan di kota" Kevin terus menyanjung daerah yang akan ditinggalinya untuk sementara waktu

Sampailah di sebuah villa yang letaknya di daerah pegunungan, agak jauh dari pemukiman penduduk. Di daerah ini hanya ada beberapa bangunan saja, namun terlihat mewah jika dibandingkan dengan rumah penduduk yang ada di bawah sana.

"Disini villa nya Tuan, tenang ada pembantu yang tinggal disini. Saya juga akan tetap tinggal selama Tuan berada di vila ini"

Kevin turun dari mobil, melihat putrinya masih tertidur dengan pulas, ia menyuruh babysitternya tetap menemani di mobil. Kevin berjalan mengelilingi villa, dan tak jauh dari vilanya ada villa yang tampak lebih besar dari yang ditempatinya.

"Hasan, kenapa tidak menyewa villa yang disana? Itu kan lebih besar" panggilnya

"Kemarin waktu pesan, oleh pihak pengelola diberi yang ini Tuan. Lagi pula tak kalah bagusnya kok dengan yang disana" jawab Hasan mendekat

Hasan mencoba meyakinkan tuannya agar tetap menempati villa yang sudah dipesannya tanpa minta ganti dengan tempat yang lain

"Apa disini ada sepeda? Aku ingin bersepeda kesana, melihat dari dekat, ada pemandangan apa disana" Kevin sangat penasaran pada villa yang ada di sebelahnya, hatinya tergerak untuk pergi kesana

Hasan mengeluarkan sepeda gunung dari garasi, lalu menyerahkan pada Kevin.

"Titip anak saya ya, kalau tanya saya kemana, bilang saja saya lagi berkeliling sebentar" Kevin memberi pesan pada Hasan jika sang putri menanyakan keberadaannya

"Baik Tuan"

Kevin melenggang dengan sepedanya ke arah villa yang ingin dituju.

Alangkah terkejutnya, saat sampai di depan pintu pagar yang terlihat bagian dalamnya dari arah luar, orang yang selama ini dicarinya, Bram pun belum mendapatkan kabarnya sampai sekarang. Tak perlu mencari jauh-jauh, orangnya berada di sini.

Kevin turun dari sepedanya dan menyandarkan di bahu jalan. Ia mendekat ke arah pintu.

"Siena.." teriak Kevin hingga membuat sang pemilik nama itu menengok ke arah sumber suara

"Siapa orang disini yang mengenalku" ujar Siena dengan memicingkan mata, merasa bahwa dia merupakan orang baru di villa ini, belum lama pula ia menempatinya.

Untuk menghilangkan rasa penasarannya ia yang sedari tadi duduk di area taman memanjakan matanya melihat bunga-bunga yang bermekaran, ia berjalan ke arah pintu pagar yang disana ada orang yang tadi memanggilnya.

"Kevin? Kamu Kevin kan? yang waktu itu nolongin aku? Ayo sini masuk" ucap Siena sembari membukakan pintu pagar dan menarik tangan Kevin untuk masuk ke dalam bersama dirinya, mereka duduk di balkon samping rumah.

"Siena ada yang mau aku omongin, aku butuh bantuanmu"

"Kamu tadi belum jawab pertanyaanku loh" ucap Siena manja

"Mungkin ini keberuntunganku bertemu kamu disini, beberapa waktu lalu aku mencarimu dan sekarang aku bisa langsung bertemu denganmu, aku butuh bantuanmu, Siena"

"Memangnya ada apa kok kamu mencariku? Kalau aku bisa bantu pasti akan kulakukan"

Kevin menceritakan semua permasalahan yang menimpa dirinya. Perusahaannya hancur saat media memberitakan dirinya dengan seorang wanita yang bukan istrinya sehingga membuat reputasi Kevin di kancah bisnis merosot. Banyak pemilik saham yang menarik sahamnya kembali, dan banyak proyek yang gagal karena ketidakpercayaannya lagi pada perusahaannya.

"Ya Tuhan, aku sungguh tidak tahu tentang kabar ini, maafkan aku yang menjadi penyebab kehancuran perusahaanmu"

"Siapa dia Siena?" tanya laki-laki paruh baya dengan nada tinggi mendekatinya

"Ini Kevin Pa, orang yang menyelamatkanku saat ingin bunuh diri kemarin" Siena dengan wajah menunduk berusaha berkata jujur pada Papanya

"Jadi dia orangnya? Papa harus berterima kasih padamu Nak, berkat kamu, aku tak jadi kehilangan anak satu-satunya " Aji-papanya Siena menunduk, bersimpuh dihadapan Kevin mengucapkan terimakasih berkat pertolongannya, ia masih melihat anaknya sampai sekarang.

"Jangan seperti itu Om, bangunlah! ini hanya kemanusiaan saja" ungkapnya

"Pa, Kevin ini sedang mengalami masalah, perusahaannya hancur karena ada orang yang mengambil gambar kita saat Kevin membawaku ke kamarnya, lalu menyebarkannya pada media, ini hanya salah paham" Siena berkeluh pada papanya mengenai masalah yang sedang dihadapi Kevin, berharap papanya bisa membantunya

"Sebegitu besarkah pengaruhnya terhadap perusahaanmu hingga mengalami kehancuran? saya akan coba bantu, apa nama perusahaanmu Nak?"

"Adiwilaga Group, Om"

"Apa? Adiwilaga Group? Apa kamu anaknya Benny dengan Avrina?"

"Iya, benar Om. Itu nama Papa dan Mama saya, Om kenal?" Kevin membenarkan terkaan dari Om Aji

"Aku dan Benny dulu teman seperjuangan saat kuliah, setelah lulus dia meneruskan perusahaan orang tuanya. Saya pindah ke luar negeri untuk melanjutkan sekolah lagi" Aji bercerita panjang lebar kisah persahabatannya dengan Benny-Papanya Kevin

"Tenang saja, nanti akan saya bantu untuk menyelesaikan masalahmu, Benny sahabatku, kau anaknya. Aku bisa membuat namamu bersih kembali di kancah bisnis. Garuda Assosiation masih berada dibawah kancah bisnisku di Eropa. Aku mampu mengendalikannya"

Mendengar pernyataan yang dilontarkan Om Aji, membuat Kevin serasa hidup kembali, jiwanya bergairah, semangatnya kembali membara. Ia memacu dirinya untuk bangkit, membersihkan namanya dan merebut kembali apa yang seharusnya masih menjadi miliknya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status