Kedatangan vs KepergianSelepas menerima panggilan telepon, Kevin keluar lagi dari kamar mengambil minuman jahe susu yang tadi diminumnya. Segera menghabiskannya lalu masuk lagi ke kamar, menutup pintunya, bersiap untuk pergi ke alam mimpi. Di tengah keheningan malam, Kevin yang badannya terasa hangat sembari membungkus tubuhnya dengan selimut bulu yang sudah tersedia, mulai terlelap dalam tidurnya.***Udara pagi yang begitu dingin, suara kicauan burung yang hidup bebas di alam menambah betapa terasanya suasana alam yang masih natural. Sangat berbeda dengan suasana perkotaan yang selalu ramai oleh kendaraan hingga suara burung sangat jarang terdengar lagi di pagi hari.Suara gemericik air, dan aroma kopi tercium hingga menembus ke kamarnya. Kevin terbangun meski waktu sholat subuh telah lewat. Dilihatnya benda penunjuk waktu itu jarum panjang menunjuk angka 2 sedangkan jarum pendek mengarah pada angka 5.“Saking lelapnya tidurku hingga bangun kesiangan” Kevin baru menyadari jika diri
Tamu Tak Diundang“Heh, Pak, buka pintunya” gertak Bram pada lelaki tua itu“Ma-maaf saya tidak bisa membukakan pintu gerbang ini, karena saya tidak mengenal kalian” jawabnya dengan wajah yang kini tampak pucat ketakutan dan mulai berpindah menjauh dari pintu yang masih tergembok“Saya ini polisi, kalau sampai anda menghalangi penyidikan kasus yang sedang saya tangani, tak segan-segan saya akan membuat laporan penangkapan untuk anda” ucap Bram sembari mengeluarkan kartu tanda anggota untuk meyakinkan penjaga villaMerasa tak tega dengan rasa keputusasaan yang menimpa sahabatnya, Bram mencari cara agar si penjaga itu mempercayai omongannya, meski dengan pengancaman verbal.“Biar saya yang ngomong pelan Bang sama Bapak ini” Hasan yang sedari tadi hanya memperhatikan dari mobil, ia turun untuk membantu saudaranya itu“Kamu urus deh” ucap Bram yang sudah merasa jengah pada penjaga villa yang masih teguh dengan pendiriannya untuk tidak membukakan pintu untuk siapa punDengan mendekat ke a
The Real 'Musuh Dalam Selimut'“Ma, aku harus segera menikahi Lili” ucap Farel pada ibunya Setelah pulang dari kantor, Farel berkunjung ke rumah orang tuanya. Farel yang sudah dewasa itu sangat dimanja oleh Tanti -sang ibu-, tak jarang jika ingin membicarakan sesuatu bahkan hal yang rahasia pasti mendatangi kediaman orang tuanya dan tak sungkan masuk kedalam ruang pribadinya. Malam itu Farel mengungkapkan apa yang sedang mengganggu pikirannya, mencoba bertukar pikiran dengan ibunya sekaligus mengungkapkan keinginannya.“Nggak secepat itu Farel sayang.. Liliana masih menjadi istri sah Kevin, kamu harus nunggu sampai mereka bercerai dulu baru bisa menikah” jawab ibunya yang sedang memakai anting berliannya hendak menghadiri suatu undangan pernikahan rekan bisnis suaminya yang sudah kenal sejak lama.“Kalau nunggu proses cerai bisa lama, Ma” Farel terus saja merajuk agar ibunya “Kamu apa-apaan sih? menikah itu membutuhkan persiapan khusus, apalagi perusahaan kita sekarang bukanlah peru
Mencari Siena"Bram, kamu ini polisi! Kenapa malah membiarkan ada tindak kejahatan didepan matamu sendiri? Ayo kita samperin mereka" Kevin menyadari kalau yang datang ke villa bukanlah Siena, melainkan tamu tak diundang yang secara tidak sopan menyapa pemilik rumah dengan kekerasan "Jangan bertindak bodoh Vin, kita tidak tahu siapa mereka! Dengan maksud apa mendatangi tempat ini" tahan Bram yang melihat Kevin beranjak hendak keluar dari persembunyiannya dalam melakukan pengintaian.Kevin yang hanya orang sipil mempercayai tindakan Bram, ia kembali berjongkok setara dengan Bram. Mungkin ini adalah salah satu bagian dari siasatnya dalam menindak suatu kasus. Tak lama kemudian, dengan brutal laki-laki bertubuh besar dan tinggi itu berhasil membuka pintu pagar besi yang tergembok. Ketiga orang itu masuk ke dalam, Kevin dan Bram tak mampu melihat lagi apa yang dilakukannya di dalam villa dengan satu penjaga yang sudah udzur."Di sana ada Pak Tono, kalau dia sampai melukai bahkan jika gela
Dilema“Bisakah Bapak menghubungi Om Aji atau Siena tentang kejadian ini? agar mereka bisa segera kembali, saya juga ada perlu penting dengan mereka” Kevin yang tak tega melihat keadaan penjaga villa yang mengalami luka dalam, memberikan ide untuk menghubungi majikannya tentang keadaan dirinya dan villa yang sebagian perabotannya telah dirusak sekelompok orang yang tak dikenal.“Saya tidak tahu nomor telepon Tuan Aji, biasa jika hendak kemari, beliau yang menelepon memberitahukan akan menginap” jawab Pak Tono yang memang tak berani menghubungi majikannya terlebih dahulu“Apa Bapak menjaga di villa ini sendirian?” tanya Bram seraya melempar pandangan ke sekitar ruangan“Jika Tuan atau Non Siena disini, ada asisten wanita dua orang yang membantu di sini. Berhubung Tuan dan Non sudah pergi maka dua para asisten ikut bersamanya” jelasnyaDari ucapan Pak Tono, Bram bisa menarik kesimpulan bahwa ia menjaga sendirian di villa, tanpa ada orang lain yang menemani. Bahkan saat ketiga orang itu m
Kepulangan Yang Tak Sia-sia “Bram, sepertinya aku juga harus pulang hari ini” ucap Kevin yang berhasil membuat hati Bram bertanya-tanya, ada apa gerangan. Setelah mendapat telepon, raut wajah Kevin yang awalnya biasa saja, tiba-tiba berubah dengan cepat tanpa ada angin atau hujan badai.“Kenapa, ada apa Vin? apa ada yang serius?” Bram mencoba memberanikan diri untuk bertanya lebih lanjut “Papa anfal semalam, Mama menghubungiku tidak bisa. Tahu sendiri, di pegunungan susah mendapat sinyal” ucapnya sembari mengetik pesan di ponselnya selagi masih bisa berkirim pesan.Beberapa tahun terakhir Benny Adiwilaga menderita penyakit jantung, dan menjalani pengobatan secara rutin di salah satu Rumah Sakit Internasional di Jakarta. Sering juga melakukan chek up ke Singapura jika bertepatan dengan waktu liburan bersama keluarga. Bram yang telah lama ikut dengan Benny, mengetahui segala permasalahan yang menimpa keluarga miliarder tersebut, dengan sekuat tenaga membantu jika dibutuhkan.“Baiklah,
Aktivitas Yang TertundaMerasa kehilangan jejak mengikuti dua orang yang berpisah berlainan arah setelah keluar dari ruang praktek dokter, Kevin kembali terpusat pada niat semula yang ingin segera mengetahui bagaimana keadaan ayahnya.Hanya dia sendiri yang berada di depan pintu lift. Dengan mendekatkan telapak tangannya pada tanda panah ke atas tanpa sentuh, beberapa detik kemudian pintu besi itu pun terbuka. Kevin masuk ke dalam kotak pengantar expires menuju lantai yang dituju tanpa harus capek menaiki anak tangga agar segera sampai di lantai 3.“Tring” Papan keterangan diatas pintu lift menunjuk angka 3, Kevin melangkahkan kakinya keluar dan berjalan menuju kamar VIP 1. Biasa kamar itu yang selalu diprioritaskan dari pihak rumah sakit untuk keluarga Adiwilaga yang merupakan pendana terbesar saat awal pendirian bangunan dan sampai saat ini Benny Adiwilaga masih menjadi pemilik saham terbesar di Eleanor International Hospital.“Ceklek” Tanpa mengucap salam, Kevin membuka knock pint
Benih Siapa?Sus Imah melihat buruannya berdiri di tengah pintu kamar orang tuanya saat bermain petak umpet, lalu menghampirinya dengan diam-diam.“Hayo, ketangkap..” teriak Sus Imah menangkup, memeluk dari belakang tubuh mungil yang sedang berdiri di tengah pintu kamar majikannya.Ia terheran melihat anak yang diasuhnya tanpa reaksi, matanya justru menatap lurus pada objek yang ada di hadapannya. Sus Imah pun melakukan hal yang sama. “Astaga..” dengan cepat Sus Imah menutup mata bocah lugu, menggendong, dan membawanya menjauh dari orang yang sedang berbuat maksiat di rumahnya sendiri“Kamu kenapa tadi nggak menutup pintunya sih? ceroboh!” ucap Liliana dengan mata melotot pada laki-laki yang masih menindih tubuhnyaSegera menumbangkan tubuh kekar Farel ke kasur, Liliana bangkit dan mengenakan pakaian lagi.“Tuh anak kok pulang sih? kenapa balik lagi! bikin kacau aja” ceracau Farel kesal, aktivitasnya terganggu yang menimbulkan pening di kepalanya akibat gagal tersalurkan“Vania itu a