Home / Thriller / Bayang Di Balik Cermin / 4. Pertemuan Tak Terduga

Share

4. Pertemuan Tak Terduga

Author: TyaAether
last update Last Updated: 2024-12-14 22:36:51

Setelah malam yang panjang dan penuh dengan rasa penasaran di tempat kejadian, Lana kembali ke kantor polisi keesokan paginya dengan kepala yang dipenuhi berbagai pertanyaan. Pikirannya terus berputar, mencoba menghubungkan setiap petunjuk kecil yang telah dia temukan mengenai cermin antik, kematian Dimas, dan kehadiran Raka Pradipta yang penuh misteri. Sebagai seorang detektif yang mengandalkan bukti dan logika, sulit bagi Lana untuk sepenuhnya menerima cerita kutukan yang diungkapkan Raka, tapi nalurinya mengatakan bahwa ada kebenaran yang terselubung dalam legenda itu.

Saat Lana berjalan menuju mejanya, seorang rekannya menghampiri. “Lana, ada seorang wartawan yang ingin berbicara denganmu. Namanya Farah Anjani.”

Lana menghela napas. Ia tahu bahwa dalam kasus aneh seperti ini, perhatian media pasti akan semakin intens. Namun, ia tidak menduga bahwa jurnalis investigatif yang terkenal gigih seperti Farah Anjani akan langsung datang mencarinya.

Farah Anjani adalah nama yang sudah cukup dikenal dalam lingkaran jurnalistik. Dengan reputasi sebagai reporter investigatif yang memiliki intuisi tajam dan keberanian untuk mengungkap fakta – fakta kelam, Farah kerap kali menyusup ke wilayah yang sulit dijangkau orang biasa. Beberapa kasus besar yang pernah diungkapnya bahkan sempat mengguncang publik. Lana tidak terlalu terkejut mendengar nama itu, tapi dia penasaran apa yang membuat seorang jurnalis sekelas Farah tertarik pada kasus ini.

Sesampainya di ruang tamu kantor, Lana menemukan seorang perempuan muda dengan rambut hitam panjang dan pakaian rapi sedang menunggu dengan sabar. Tatapan mata Farah langsung mengunci Lana, seolah menilai dari ujung kepala hingga kaki. Ada intensitas dalam pandangan Farah yang membuat Lana merasa dia bukan sekadar seorang wartawan biasa.

Lana memperkenalkan diri dan menyambut Farah dengan senyum sopan. “Farah Anjani, bukan? Saya Lana Priadi. Saya dengar Anda ingin membicarakan sesuatu tentang kasus ini?”

Farah mengangguk. “Terima kasih sudah meluangkan waktu, Detektif Lana. Saya tahu Anda mungkin tidak suka berbicara dengan pers, tapi percayalah, tujuan saya di sini bukan untuk sekadar menulis berita sensasional.” Suaranya terdengar serius namun penuh kepercayaan diri.

“Lalu, tujuan Anda apa?” tanya Lana dengan nada ingin tahu namun tetap waspada.

Farah tersenyum tipis. “Saya sudah menyelidiki cermin itu sebelum kasus ini muncul. Ada sesuatu yang menarik perhatian saya sejak lama, dan kematian Dimas seolah menjadi kepingan terakhir dalam teka – teki yang telah saya kumpulkan.”

Lana mengerutkan kening. “Anda sudah menyelidiki cermin ini sebelumnya? Kenapa?”

Farah menarik napas dalam, tampak mempertimbangkan kata – katanya. “Cermin itu memiliki sejarah yang gelap. Dalam beberapa tahun terakhir, saya menemukan bahwa ada beberapa kematian misterius yang sepertinya berkaitan dengannya. Bukan hanya Dimas, tapi orang lain yang pernah terlibat dengan cermin itu juga ditemukan tewas secara aneh.”

Lana menajamkan telinganya. Informasi ini baru baginya. “Orang lain? Anda yakin?”

Farah mengangguk, lalu membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah berkas tebal. Dia menyerahkannya pada Lana. “Lihat ini. Saya mengumpulkan artikel – artikel dan laporan forensik yang pernah saya dapatkan. Kebanyakan kasus ini tidak pernah benar – benar tersorot publik. Kematian yang diklasifikasikan sebagai bunuh diri atau kecelakaan, tapi jika Anda lihat lebih dalam, ada pola yang cukup mengkhawatirkan.”

Lana membuka berkas itu dan membaca sepintas lalu beberapa laporan yang disodorkan Farah. Satu persatu, ia melihat kasus – kasus yang memiliki kesamaan, orang – orang yang meninggal dalam keadaan misterius setelah memiliki hubungan dengan cermin antik yang kini ada di kantor polisi. Kasus – kasus itu tersebar selama beberapa dekade, namun jika digabungkan, pola kematian dan anomali yang ditemukan semakin terlihat jelas.

“Dan Anda yakin ini ada hubungannya dengan kematian Dimas?” tanya Lana setelah membaca beberapa dokumen.

“Sangat yakin. Dimas adalah korban terakhir, dan saya yakin ada pola atau semacam koneksi yang menghubungkan semuanya. Cermin ini bukan hanya benda antik biasa. Saya menemukan bahwa cermin ini dulunya adalah milik keluarga bangsawan kuno yang konon percaya pada ilmu mistis. Ada legenda yang mengatakan bahwa cermin ini bisa mengungkapkan sesuatu dari dimensi lain, atau bahkan menyimpan jiwa – jiwa yang terperangkap di dalamnya.”

Lana menghela napas panjang. “Ini semakin aneh,” gumamnya. “Saya bertemu dengan seorang pria bernama Raka Pradipta yang juga mengklaim hal serupa. Dia bilang ada kutukan yang melekat pada cermin ini.”

Farah tampak terkejut, tapi kemudian tertawa kecil. “Raka Pradipta? Jadi dia juga terlibat sekarang? Dia memang terkenal di dunia paranormal. Saya tidak terlalu mengenalnya, tapi saya tahu dia ahli dalam hal – hal seperti ini. Kalau dia tertarik, maka mungkin ada alasan kuat.”

Mereka berdua terdiam sesaat, mencerna situasi yang semakin rumit ini. Lana tidak menyangka kasus ini akan berkembang menjadi sedemikian kompleks. Tadinya ia hanya mengira ini kasus pembunuhan biasa, meski ada keanehan di dalamnya. Namun, dengan kemunculan Raka dan Farah, serta berbagai informasi yang mereka ungkapkan, kasus ini tampaknya jauh lebih dalam daripada yang ia bayangkan.

Farah menatap Lana, kali ini dengan pandangan lebih serius. “Detektif Lana, saya tidak bermaksud melangkahi wewenang Anda, tapi saya ingin bekerja sama dalam penyelidikan ini. Saya pikir dengan pengetahuan yang saya miliki tentang cermin ini, kita bisa mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.”

Lana berpikir sejenak. Tawaran ini tentu saja bukan tanpa risiko, tetapi ia bisa melihat tekad dan kesungguhan di mata Farah. Meski ia biasanya berhati-hati dengan pihak media, intuisi Lana mengatakan bahwa bekerja sama dengan Farah mungkin bisa membuka pintu baru dalam penyelidikannya. Selain itu, informasi yang dimiliki Farah dapat menjadi petunjuk berharga untuk memahami cermin misterius tersebut.

“Baiklah,” jawab Lana akhirnya, “Tapi dengan satu syarat, informasi apa pun yang kita dapatkan, saya yang memutuskan bagaimana dan kapan itu akan dipublikasikan. Ini adalah penyelidikan aktif, dan saya tidak ingin ada bocoran yang bisa mengganggu prosesnya.”

Farah tersenyum puas. “Setuju. Saya hanya ingin kita menemukan kebenaran. Selebihnya, saya serahkan pada Anda.”

Mereka menghabiskan sisa waktu pagi itu untuk mendiskusikan detail lain dari kasus – kasus yang ditemukan Farah. Setiap kematian yang berhubungan dengan cermin itu menambah lapisan ketegangan dalam penyelidikan mereka. Beberapa korban bahkan menunjukkan gejala yang sama dengan Dimas, seperti mimpi buruk yang berulang tentang cermin, bayangan samar yang terlihat di permukaan cermin, dan dorongan tak terkendali untuk mendekati benda itu.

Farah juga menunjukkan foto-foto lama cermin itu, yang ternyata pernah berpindah tangan beberapa kali di kalangan kolektor barang antik. Salah satu foto menunjukkan seorang pria yang memegang cermin dengan ekspresi cemas, dan dalam cerminnya tampak bayangan aneh, seolah ada sesuatu yang mengintip dari balik permukaannya. Lana merinding melihat gambar itu, bertanya – tanya apakah semua yang dikatakan Raka dan Farah benar adanya.

“Apakah ada cara menghentikan semua ini?” Lana bertanya akhirnya, setelah mereka membahas cukup banyak informasi.

Farah menggeleng pelan. “Itu yang masih saya cari tahu. Dari semua informasi yang saya kumpulkan, cermin itu seolah memiliki kehidupannya sendiri. Tapi saya percaya, seperti halnya kutukan lain, pasti ada cara untuk memutusnya. Mungkin Raka bisa membantu, atau mungkin kita harus menemukan sejarah lengkap tentang bagaimana cermin ini dibuat.”

Lana mengangguk, mulai merasa bahwa cermin antik ini mungkin lebih berbahaya dari yang ia perkirakan. Ia berpikir keras, berusaha mencari langkah selanjutnya yang bisa mereka ambil untuk mengungkap kebenaran di balik cermin tersebut.

Sebelum berpisah, Farah menatap Lana sekali lagi. “Hati – hati, Lana. Ada sesuatu yang mengintai dari balik bayangan cermin itu, dan sepertinya dia tidak suka diganggu.”

Ucapan Farah membuat Lana merinding, tetapi ia berusaha untuk tetap tenang. “Terima kasih atas peringatannya. Saya tidak akan mundur sampai menemukan jawaban dari semua ini.”

Setelah pertemuan mereka, Lana merasa ada beban yang lebih besar di pundaknya, tetapi juga dorongan yang semakin kuat untuk mengungkapkan misteri cermin tersebut. Di lubuk hatinya, ia tahu perjalanan ini baru dimulai, dan akan ada banyak rahasia gelap yang terkuak di depan mata mereka.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bayang Di Balik Cermin    33. Pertempuran Terakhir (End)

    Lana menatap inti kekuatan itu, lalu menatap Raka. Keputusan ini akan mengubah segalanya.Dia harus memilih.Menghancurkan inti dan mengorbankan Raka?Atau membiarkan portal tetap terbuka dan mempertaruhkan dunia manusia?Tangannya gemetar. Waktu hampir habis.Lana menarik napas dalam-dalam.Dan kemudian, dia mengambil keputusan.Lana menutup matanya sejenak, lalu dengan penuh tekad, menghancurkan inti kekuatan cermin. Cahaya biru itu berkedip sesaat sebelum meledak, menciptakan gelombang energi yang menyapu seluruh dimensi roh dan dunia nyata.Teriakan Ratu Sekar Sari menggema di udara, tubuhnya memudar menjadi abu sebelum akhirnya menghilang sepenuhnya. Dunia roh mulai runtuh, menghisap semua jiwa yang tersesat, termasuk bayangan-bayangan yang sebelumnya ingin melarikan diri ke dunia manusia.Di dunia nyata, cermin yang tersisa hancur menjadi serpihan kecil. Port

  • Bayang Di Balik Cermin    32. Ancaman Dari Bayangan

    Sebelum Lana bisa membuat keputusan, suara keras bergema di sekitar mereka. Pintu ruang bawah tanah tempat mereka berdiri didobrak dengan paksa. Sekelompok orang berpakaian hitam dengan simbol aneh di dada mereka menyerbu masuk."Jauhkan diri dari cermin itu," suara berat seorang pria terdengar. Dia melangkah ke depan, matanya tajam dan penuh ambisi. "Kalian tidak mengerti betapa berharganya benda ini."Lana, Raka, dan Farah langsung bersiap. Mereka mengenali simbol itu—Organisasi Rahasia 'Bayang Jaya', kelompok yang dipercaya mempelajari dan mengeksploitasi benda-benda mistis untuk tujuan mereka sendiri.“Jadi ini benar,” gumam Farah, jantungnya berdebar kencang. “Kalian memang mengincar cermin ini selama ini.”Pria itu tersenyum dingin. “Tentu saja. Cermin ini bukan sekadar penjara bagi roh. Ini adalah pintu menuju kekuatan yang tak terbayangkan. Jika digunakan dengan benar, kita bisa

  • Bayang Di Balik Cermin    31. Dunia Kegelapan

    Raka terbangun dengan kepala berdenyut. Pandangannya masih kabur, tapi ia bisa merasakan sesuatu yang dingin dan lembap di sekelilingnya. Dia mencoba bangkit, lalu melihat Farah terbaring di dekatnya, tidak sadarkan diri."Farah!" Raka mengguncang bahunya.Farah membuka mata dengan lemah, wajahnya pucat pasi. "Di mana kita...?" suaranya lirih, penuh ketakutan.Mereka berada di dalam sebuah gua gelap, dengan dinding batu yang lembap dan penuh ukiran aneh. Cahaya redup berpendar dari celah-celah batu, menciptakan bayangan yang bergerak sendiri di sekeliling mereka.Tiba-tiba, suara berat terdengar dari ujung gua."Kenapa kalian datang ke tempat ini?"Raka dan Farah membeku.Dari kegelapan, muncul sesosok bayangan besar dengan mata merah menyala. Bentuknya humanoid, tapi tidak memiliki wajah. Tangannya panjang dan bersisik, dengan kuku tajam yang menyerupai belati.

  • Bayang Di Balik Cermin    30. Balas Dendam yang Tak Pernah Usai

    Sejak saat itu, roh Sekar Sari terperangkap di dalam cermin, dipenuhi dendam yang tak kunjung padam. Setiap orang yang melihat bayangannya dalam cermin itu menjadi sasaran kutukannya.Lana merasakan bulu kuduknya meremang. Apa yang mereka hadapi bukan sekadar fenomena supranatural biasa. Sekar Sari tidak hanya meminta bantuan. Dia menginginkan sesuatu."Dia ingin membalas dendam," bisik Lana pada dirinya sendiri.Tapi ada sesuatu yang janggal. Jika Sekar Sari adalah korban, mengapa dia justru membunuh orang-orang yang tidak bersalah? Apakah cermin itu mempermainkan jiwanya? Ataukah ada sesuatu yang lebih gelap yang masih tersembunyi?Di sisi lain, Raka dan Farah juga mulai menyusun teori mereka."Kalau cermin itu adalah alatnya, maka satu-satunya cara menghentikan kutukan ini adalah menghancurkannya," kata Raka saat mereka akhirnya bertemu kembali."Tapi kalau kita salah langkah, kita bisa membebaskan sesuatu yang lebih berb

  • Bayang Di Balik Cermin    29. Gerbang ke Dunia Roh

    Raka akhirnya bersuara, "Apa yang terjadi jika kita gagal?"Pak Wirya menatap mereka dalam-dalam sebelum menjawab, suaranya pelan namun penuh ketegangan."Maka dia akan menggantikan salah satu dari kalian."Keheningan mencekam menyelimuti ruangan setelah pernyataan terakhir Pak Wirya. Lana menatap cincin di tangannya dengan perasaan tak menentu. Ia sudah banyak menghadapi kasus misterius dalam kariernya, tetapi ini… ini di luar nalar manusia."Kalau begitu, kapan kita harus melakukan ritual itu?" Lana bertanya, mencoba tetap tenang.Pak Wirya menghela napas. "Sebelum bulan purnama berikutnya. Itu adalah waktu di mana batas antara dunia manusia dan dunia roh melemah. Jika kalian menunggu terlalu lama, cermin itu akan terbuka dengan sendirinya."Farah menggigit bibirnya. "Berarti kita harus bergerak cepat. Dimana kita harus melakukan ritual itu?"Pak Wirya menatap mereka dengan sorot mata penuh peringatan. "Di depan cermin itu. H

  • Bayang Di Balik Cermin    28. Malam yang Mencekam

    Malam terasa berjalan lebih lambat dari biasanya.Lana mencoba tidur lagi, tetapi setiap kali ia menutup mata, bayangan cermin itu muncul di pikirannya. Suara bisikan Ratu Sekar Sari terngiang di telinganya."Kembalikan…"Ia menggigil. Sesuatu di dalam dirinya berkata bahwa cincin yang ia bawa adalah kunci dari semuanya—tapi juga ancaman terbesar yang membuat nyawanya kini berada dalam bahaya.Di tempat lain, Farah menatap bekas cengkeraman di pergelangan tangannya. Ia mengusapnya dengan keras, berharap tanda itu hilang, tetapi tidak ada perubahan."Apa ini akan tetap ada? Apa aku sudah ditandai?" pikirnya.Sementara itu, Raka duduk di meja kerjanya, menyalakan dupa untuk menenangkan pikirannya. Namun, asap dupa yang berputar di udara justru membentuk sesuatu…Wajah seorang wanita.Wajah Ratu Sekar Sari.Raka tersentak mundur, jantungnya hampir melomp

  • Bayang Di Balik Cermin    26. Teror yang Menghantui

    Bukan senyuman biasa—melainkan senyuman penuh kebencian dan dendam.CRAAACK!Cermin itu tiba-tiba pecah!Namun, alih-alih pecahan kaca yang berhamburan ke lantai, yang terjadi justru lebih mengerikan—kegelapan mulai keluar dari dalam cermin, seperti kabut hitam pekat yang merayap di udara.Lana mundur beberapa langkah, napasnya memburu. "Apa yang terjadi?!"Raka menggumamkan sesuatu dalam bahasa yang tidak mereka mengerti. Tangan kanannya terangkat, seolah mencoba menahan kekuatan itu."Kita harus pergi!" Raka berteriak.Farah tersadar dari keterkejutannya dan segera menarik tangan Lana. "Ayo!"Mereka semua berlari keluar ruangan, meninggalkan Pak Haryo yang masih terduduk dengan tatapan kosong. Namun, sebelum Lana bisa keluar sepenuhnya, sesuatu mencengkeram pergelangan tangannya.Tangan dingin… tangan yang tidak terlihat.Lana berter

  • Bayang Di Balik Cermin    25. Terbangun Dalam Ketakutan

    Tiba-tiba, dari dalam kabut, sebuah bayangan muncul—sosok wanita bergaun putih panjang dengan rambut hitam tergerai. Wajahnya samar, tertutup oleh kegelapan, namun kehadirannya membuat udara semakin dingin."Kalian tidak seharusnya ada di sini…"Suara itu bergema di sekitar mereka, dalam nada yang terdengar seperti bisikan namun menusuk langsung ke dalam kepala mereka. Lana menelan ludah, mencoba untuk tetap tenang."Siapa kau?" tanya Lana tegas.Wanita itu tidak menjawab. Sebagai gantinya, dia mengangkat tangannya—dan tiba-tiba, di hadapan mereka, cermin besar muncul. Cermin itu terlihat retak di beberapa bagian, dan di dalam pantulannya, bukan mereka yang terlihat, melainkan bayangan mengerikan dari tubuh-tubuh yang tergeletak tanpa nyawa.Farah menahan napas. Itu adalah mayat-mayat korban yang telah mereka selidiki… Dimas Hartanto… Indra Kusuma… bahkan sosok yang tidak mereka kena

  • Bayang Di Balik Cermin    24. Farah dan Raka

    POV FarahDi tempat lain, Farah juga mengalami sesuatu yang aneh. Setelah mandi dan berganti pakaian, ia duduk di depan laptopnya, mencoba menuliskan ulang informasi yang mereka dapatkan. Tetapi pikirannya terus melayang pada kejadian di rumah Arya.Ia masih bisa merasakan ketegangan saat suara perempuan itu bergema di udara. "Jangan buka pintu itu..."Farah mengusap wajahnya, mencoba mengusir perasaan tidak nyaman yang terus menghantuinya.Tok. Tok. Tok.Suara ketukan di pintu membuatnya menoleh.Siapa yang datang larut malam begini?Dengan hati-hati, ia berjalan mendekat dan mengintip melalui lubang pintu. Tidak ada siapa pun.Jantungnya berdetak lebih cepat.Ia menghela napas, mencoba menenangkan diri. "Mungkin cuma perasaanku saja," gumamnya.Tetapi begitu ia berbalik, ponselnya bergetar di atas meja.Sebuah pesan masuk."Jangan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status