Share

Pemberontakan Sang Letnan

Esok paginya Leo sudah siap dengan segala amunisi dan bukti untuk meyakinkan Sheriff Rogers mengambil tindakan tegas terhadap keluarga Rosewood selaku tersangka utama di balik insiden aneh yang belakangan menimpa warga. Dia sadar butuh perjuangan besar menggerakkan atasannya yang pengecut itu. Tapi Leo tidak habis pikir, masa iya para penegak hukum lokal rela menutup mata atas kasus yang jelas melanggar moral dan hukum hanya demi menjaga 'hubungan baik' dengan pejabat berkuasa?!

"Pagi, Sheriff! Ada kemajuan signifikan dari penyelidikan kasus yang Anda limpahkan ke saya," lapor Leo begitu memasuki ruangan Rogers dengan map tebal di tangannya.

Sang Sheriff yang tengah menguap lebar langsung duduk tegak dengan raut tegang. "Apa maksudmu kemajuan signifikan? Bukannya kau bilang belum menemukan titik terang pelakunya?" tanya Rogers curiga.

"Sebelumnya memang belum, Pak. Tapi insiden serupa kemarin meyakinkan saya 100% pihak yang paling diuntungkan dan bermotivasi di balik kasus ini tak lain keluarga Rosewood sendiri," papar Leo serius.

Wajah Sheriff Rogers langsung memucat pasi mendengar nama yang tabu itu disebut lagi. "D-dari mana kau simpulkan begitu, Nak?! Ingat, tanpa bukti kuat kita tak bisa asal tuduh pihak mana pun!" sanggahnya gugup.

"Tapi ini bukan tuduhan sembarangan, Pak! Ada 2 insiden dalam 1 minggu di lokasi dan korban yang sama, mustahil itu cuma kebetulan!" bantah Leo bersikeras. "Selain itu, hampir seluruh kerabat korban enggan bicara dengan alasan 'menjaga nyawa'. Sudah jelas mereka sangat ketakutan oleh keluarga berkuasa itu! Yang berarti rosewood pelakunya!"

Wajah Sheriff Rogers semakin pucat pasi mendengar argumentasi kuat Leo. Dia menggeleng frustrasi sambil mengurut keningnya yang nyut-nyutan. "Dengar Letnan... meski analisismu masuk akal tapi... membongkar aib keluarga mafia itu sama saja cari mati!" desis Sheriff putus asa. "Mereka bisa dengan mudah menghancurkan karir bahkan nyawa kita!"

"Tapi bagaimana dengan sumpah kita sebagai penegak hukum dan keadilan, Pak?! Tega mengorbankan ratusan orang demi kepentingan pribadi?!" hardik Leo geram. Emosinya sudah memuncak melihat kepengecutan rekan sesama polisinya.

Sheriff Rogers balas menatap tajam penuh amarah. "Jangan sok suci, Letnan! Kau pikir semudah itu melawan ular berbisa yang sudah mencengkeram leher seluruh kota ini?! Jangan main-main dengan api jika tak sanggup terbakar!"

"Kalau begitu biar saya sendiri yang melaporkan kasus ini ke markas pusat di ibu kota! Saya yakin petinggi kepolisian pasti bereaksi dan menurunkan pasukan khusus untuk menangkap Rosewood!" ancam Leo.

Kontan wajah Sheriff Rogers memucat drastis bagai mayat hidup. Dia sampai terbatuk nyaris tersedak ludahnya sendiri. "J-jangan gila, Letnan!! Itu sama saja bunuh diri!!" pekiknya histeris.

Namun sepertinya Leo sudah membulatkan tekad untuk memberontak. Dia bergegas keluar kantor dengan langkah menghentak, diiringi teriakan panik Sheriff Rogers yang menggema di sepenjuru ruangan.

***

Sesampainya di pos polisi, Leo langsung menghubungi kantor pusat markas besar kepolisian di ibukota lewat radio. Setelah beberapa kali percobaan akhirnya tersambung juga. Jantung Leo berdegup kencang saat suara operator menyahut di seberang.

"Selamat sore, markas pusat. Di sini Letnan Leo Graves yang bertugas di Kota Senja, wilayah perbatasan barat. Saya ingin melaporkan kasus besar dugaan kriminal oleh keluarga pemilik tanah Rosewood yang diduga bersekongkol dengan pejabat setempat!" lapor Leo lantang. Tidak ada rasa gentar sedikitpun di nadanya.

Sang operator terdiam beberapa saat, nampak ragu sebelum akhirnya menjawab. "Maaf Letnan, tapi Anda punya bukti kuat soal laporan ini sebelum saya meneruskannya ke atasan?"

Leo menarik napas panjang, kemudian menjabarkan kronologis kejadian mencurigakan dan upayanya menyelidiki keluarga Rosewood selama ini. Meski semua masih berasumsi dan petunjuk tidak langsung, setidaknya cukup untuk melakukan investigasi lebih lanjut.

Operator itu mendengarkan dengan seksama sebelum memberi jawaban diplomatis. "Baiklah Tuan Leo, saya sudah mencatat laporan Anda secara lengkap. Akan saya sampaikan pada Kapten Elliott, salah satu petinggi kepolisian yang menangani kasus penting. Mohon tunggu konfirmasi tindak lanjutnya dalam 1x24 jam ke depan."

Leo menghela napas sedikit lega. Setidaknya pengaduannya sudah terekam resmi di pusat. Meski dia tak yakin pihak atasan bereaksi cepat mengingat kekuatan politik keluarga Rosewood yang mencengkeram hampir seluruh jalur birokrasi. Tapi dia kini hanya bisa berharap ada sedikit keajaiban menerobos situasi pelik ini.

***

Dua hari berlalu tanpa kabar dari markas pusat. Leo tetap masuk kerja seperti biasa meski dijauhi Sheriff Rogers akibat insiden pelaporannya waktu itu. Dia menahan diri untuk tidak bertanya perihal tindak lanjut kasus yang sudah dilaporkannya, mengingat bisa jadi Sang Sheriff memata-matai komunikasinya.

Siang itu ketika Leo tengah membereskan berkas di ruang arsip, tiba-tiba Sheriff Rogers menerobos masuk dengan wajah pucat pasi. Napasnya terengah dan peluh membanjiri dahinya. Tanpa basa basi dia menghampiri Leo dengan sorot mata kalut.

"Kau gila ya, Nak?! Berani-beraninya melawan keluarga Rosewood?!" desis Sheriff geram campur panik. "Kau tidak tahu akibat perbuatan nekatmu itu?!"

Jantung Leo berdebar kencang mendengar reaksi berlebihan atasannya. Perasaannya mendadak tidak enak. "Memangnya ada apa, Pak? Apa petinggi kepolisian memberi tanggapan soal laporan saya?"

Wajah Sheriff Rogers mendadak semakin pucat, urat lehernya mengeras menahan amarah. "Mereka tidak sekedar memberi tanggapan, Nak!! Pasukan gabungan penggeledahan sudah dikirim kemari untuk mempreteli seluruh anggota keluarga Rosewood! Kau puas hah?!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status