Rasa penasaran Leo semakin menjadi-jadi setelah insiden pertemuannya dengan Emily Rosewood. Ditambah reaksi berlebihan Sheriff atas marga bangsawan misterius itu semakin meyakinkannya bahwa ada yang tidak beres. Pastilah keluarga terpandang ini menyimpan rahasia besar hingga sanggup membuat pejabat lokal setakut itu.
Seusai jam kerja Leo mampir ke perpustakaan kota, mencari data apapun yang bisa digali soal klan Rosewood. Berjam-jam dia membalik koran dan arsip lama yang berdebu, hingga menemukan potongan artikel tentang pendirian Kota Senja ratusan tahun silam.Konon Kota Senja dibangun oleh pemukim kekaisaran lama yang dipimpinaden terusir dari tanah asalnya akibat peperangan. Mereka memilih bermukim di daerah terpencil di perbatasan kerajaan yang kala itu masih berupa hutan rimbun penuh binatang buas.Puluhan tahun kemudian pemukiman itu berkembang menjadi desa kecil bernama Senja. Pendiri sekaligus pemimpinnya yang bermarga Rosewood menyatakan desa itu sebagai wilayah kekuasaannya. Mulailah dia membangun sistem feodal, menumpuk kekayaan dari hasil alam dan kerja kasar warga setempat yang ia anggap hamba.Seiring berjalannya waktu kekuasaan klan Rosewood kian mutlak tak tergoyahkan. Siapa saja yang berani menentang atau mengusik harta serta rahasia mereka akan hilang secara misterius. Konon pada jaman kepemimpinan Adrian Rosewood, ratusan nyawa melayang akibat ritual hitam yang ia jalankan demi memperpanjang usia.Itulah sedikit catatan kelam piagam kuno Senja mengenai awal mula kekuasaan Rosewood. Leo menggeleng takjub sekaligus merinding. Pantas saja Sheriff dan warga lokal begitu takut dan patuh pada keluarga keji ini. Nyawa taruhannya bagi yang berani melawan!Keesokan harinya Leo berniat menginterogasi salah satu kerabat John Miller sang korban pembakaran kebun. Dia mengetuk pintu kayu reyot di ujung desa yang tampak miskin dan kumuh. Tak lama kemudian sesosok wanita setengah baya membukanya."Selamat siang Bu. Apa benar ini rumah saudara Tn. John Miller?" tanya Leo sopan seraya menunjukkan lencana kepolisiannya.Si wanita mengangguk canggung. "Ya betul Pak Polisi. Saya Emma Thomson, sepupunya John. Silakan masuk," sahutnya ramah.Leo duduk di kursi goyong di ruang tamu wanita itu yang sempit dan berantakan. Dia mengamati raut cemas Emma saat menyuguhkan secangkir teh pekat yang aroma melatinya sudah lenyap entah kemana."Maaf mengganggu Ibu di waktu berduka begini," ujar Leo turut prihatin. "Saya hanya ingin menanyakan satu dua hal terkait musibah kebakaran yang menimpa saudara John. Siapa tahu ada informasi tambahan yang terlewat sebelumnya."Wajah Emma sontak menegang. Dia melirik gelisah ke luar jendela seolah takut ada yang menguping. "M-maaf Pak Polisi, tapi lebih baik Anda segera tutup kasus ini dan anggap semua baik-baik saja," bisiknya lirih.Leo mengernyit curiga melihat reaksi aneh Emma. "Kenapa Bu? Apa Anda sebenarnya tahu penyebab kejadian itu tapi takut bicara terus terang?""Ssshhh... jangan bahas itu lagi! Sudah kubilang tutup saja penyelidikan Anda!" desis Emma makin gusar. "Nyawa taruhannya jika berurusan dengan... mereka."Mata Leo menyipit tajam. Sudah jelas Emma sangat ketakutan oleh ancaman keluarga Rosewood pelaku di balik kasus ini. Tapi dia kekeh bungkam demi keselamatan nyawa, bahkan menyuruh Leo berpura-pura buta."Tolong beritahu saya kebenarannya, Bu! Saya bersumpah akan melindungi kerahasiaan Ibu dari siapapun termasuk pelakunya!" paksa Leo.Namun Emma tampaknya sudah kebal akan janji muluk para penegak hukum di Senja. Dia hanya menggeleng pasrah lalu beranjak membuka pintu, mengisyaratkan Leo segera angkat kaki dari rumahnya.Menghela napas kecewa, Leo terpaksa melenggang pergi tanpa petunjuk berarti. Kini dia semakin yakin seratus persen keluarga Rosewood-lah dalang jahat dibalik insiden aneh yang menimpa warga belakangan ini. Tapi bagaimana bisa membongkarnya jika seluruh kota ketakutan bahkan untuk sekedar buka mulut?***Kesal dan frustasi karena investigasinya jalan di tempat, malam itu Leo memutuskan patroli dengan menyusuri kawasan perkebunan warga yang pernah jadi arena pembakaran misterius. Siapa tahu masih ada barang bukti atau saksi mata yang bisa digali.Ketika sedang menyisir area kebun milik John yang gosong, tiba-tiba terdengar pekikan nyaring dari arah rumahnya tak jauh dari situ. Tanpa pikir panjang Leo berlari kencang dan mendapati kobaran api melahap bagian atas rumah warga malang itu."Toloooong, ada yang menyerang rumah kami lagi!" jerit sang istri histeris sambil memeluk dua anaknya. John dan beberapa tetangga sibuk memadamkan api meski sulit karena minimnya peralatan.Tanpa membuang waktu Leo segera melesat ke kantor polisi untuk mengambil selang pemadam. Dengan bantuan satu regu pemadam kebakaran desa, akhirnya api berhasil dipadamkan meski setengah rumah sudah rata dengan tanah.Leo yakin seratus persen ini bukan kecelakaan atau kelalaian semata. Nyala api kedua kalinya dalam seminggu di properti orang yang sama jelas tindakan kriminal! Dan pelakunya sudah jelas keluarga Rosewood yang begitu ditakuti seluruh warga kota!Namun tanpa bukti yang cukup, Leo hanya bisa menyarankan John beserta keluarganya pindah ke tempat aman sementara waktu. Besok dia bertekad menemui Sheriff Rogers untuk melaporkan kemajuan penyelidikan yang justru semakin buntu ini. Semoga saja atasannya yang penakut itu punya nyali sedikit membantu membongkar aib sang tuan tanah angker Senja.Esok paginya Leo sudah siap dengan segala amunisi dan bukti untuk meyakinkan Sheriff Rogers mengambil tindakan tegas terhadap keluarga Rosewood selaku tersangka utama di balik insiden aneh yang belakangan menimpa warga. Dia sadar butuh perjuangan besar menggerakkan atasannya yang pengecut itu. Tapi Leo tidak habis pikir, masa iya para penegak hukum lokal rela menutup mata atas kasus yang jelas melanggar moral dan hukum hanya demi menjaga 'hubungan baik' dengan pejabat berkuasa?! "Pagi, Sheriff! Ada kemajuan signifikan dari penyelidikan kasus yang Anda limpahkan ke saya," lapor Leo begitu memasuki ruangan Rogers dengan map tebal di tangannya.Sang Sheriff yang tengah menguap lebar langsung duduk tegak dengan raut tegang. "Apa maksudmu kemajuan signifikan? Bukannya kau bilang belum menemukan titik terang pelakunya?" tanya Rogers curiga."Sebelumnya memang belum, Pak. Tapi insiden serupa kemarin meyakinkan saya 100% pihak yang paling diuntungkan dan bermotivasi di balik kasus ini tak la
"Pasukan gabungan penggerebekan apa, Pak? Kok saya tidak tahu?" Leo setengah tak percaya mendengar informasi yang disampaikan atasannya itu.Sheriff Rogers berdecak kesal. "Jangan pura-pura amnesia, Letnan bandel! Sudah jelas itu akibat ulah pelaporan kasus dugaan kriminal Rosewood olehmu ke markas pusat kemarin!" dengus Rogers jengkel.Leo menepuk keningnya. Ah iya, rasanya baru kemarin dia melaporkan perihal aktivitas mencurigakan keluarga Rosewood yang diduga kuat sebagai dalang di balik serangkaian insiden aneh menimpa warga Senja belakangan ini. Namun Leo sama sekali tidak mengira reaksi pusat kepolisian akan secepat dan sedrastis ini!"Astaga... jadi benar mereka langsung mengirim tim penggeledah plus aparat bersenjata lengkap ke mari?! Yang benar saja, aku kira butuh proses panjang sebelum ada tindakan..." keluh Leo frustasi.Sheriff Rogers berseru makin kalap. "Itu karena kau tidak tahu seberapa ditakuti dan diburunya keluarga iblis Rosewood oleh petinggi keamanan di ibukota,
Leo, Sheriff Rogers dan dua anggota inti keluarga Rosewood super buronan saat ini tampak sibuk bersiap melakukan perpindahan lokasi persembunyian ke tempat yang jauh lebih aman. Rumor beredar sejumlah anggota utama Rosewood berhasil lolos dari pengejaran pasukan penggerebek dan kini dilaporkan melarikan diri ke pedalaman hutan. Tentu sangat berisiko jika sampai ketahuan menyembunyikan dua orang buron paling diburu saat ini."Nah Emily, William, kalian segera ganti baju dengan setelan petani tua ini agar penyamaran sempurna. Juga jangan lupa tebalkan alis dan beri jenggot palsu," titah Sheriff Rogers.Emily dan William menerima kostum penyamaran dari Lucius, salah satu mata-mata Sheriff yang baru tiba dengan terburu-buru. Keduanya pun segera berganti riasan agar tak lagi dikenali sebagai anggota keluarga Rosewood. "Pak bukankah kalian bertiga harusnya menyamar juga agar identitasnya William dan Nona Muda aman?" usul Lucius.Benar juga. Mereka tidak boleh lengah barang sejenak jika ing
Rombongan tim evakuasi yang dipimpin Leo dan Kapten Elliott masih syok atas pemandangan tragis di hadapan mereka. Tubuh tak bernyawa William tergeletak mengenaskan bersimbah darah di pojok gudang tua tempatnya bersembunyi. Sementara Emily sang putri bangsawan yang menjadi saksi kunci penjatuhan keluarga Rosewood raib tak tentu rimba."Ya ampun... jadi beginikah akhir tragis sang pengkhianat..." desis Kapten Elliott prihatin sembari menyentuh denyut nadi William yang sudah tak berdenyut.Leo jatuh berlutut lemas di samping jasad rekannya itu. Penyesalan luar biasa menghantam hatinya menyadari nyawa melayang akibat gagal melindungi lokasi persembunyian rahasia ini. Air mata mengalir di pipinya mengenang pengabdian tulus William pada majikannya."Maafkan aku... Gara-gara kelalaianku kau jadi korban para mafia keji itu..." isak Leo tersedu. Dia bersumpah akan menuntut balas kematian rekannya apapun caranya.Sementara itu Kapten Elliott dan anak buahnya sibuk menyisir lokasi kejadian perka
Suasana menegangkan masih menyelimuti lokasi persitiwa penyerangan maut sore itu. Asap putih kehitaman mengepul pekat dari sisa-sisa ledakan dan kebakaran akibat baku tembak dan benturan keras. Darah segar tercecer di mana-mana bercampur genangan oli hitam. Sementara itu sang truk besar pendamping yang menjadi alat penyerang sudah tidak berbentuk lagi akibat tabrakan dan terbakar hebat. Sosok supirnya sendiri sudah tewas mengenaskan terjepit di kursi kemudi. Leo yang nekat bertarung satu lawan satu dengan kendaraan besi buas itu akhirnya sukses menghentikan lajunya, meski harus mengorbankan nyawa lawannya."Sial, brengsek benar para mafia keparat itu... Beraninya melakukan teror di jalanan terbuka begini..." umpat Leo sambil berjalan sempoyongan menghampiri rekan-rekannya yang tersisa, termasuk Emily sang buronan utama.Putri sulung Rosewood itu masih terlihat syok akibat aksi nekat Sang Letnan yang mempertaruhkan nyawanya demi melindungi rombongan. Pakaiannya yang memang sudah compa
Leo masih diliputi syok dan duka mendalam atas jatuhnya puluhan korban jiwa dari pihak kepolisian akibat bertubi-tubi serangan bengis dari gerombolan residivis bayaran keluarga Rosewood. Belum lagi hilangnya kontak dari Sheriff Rogers dan Lucius yang diculik oleh gerilyawan haus balas dendam itu. Namun seberkabung-kabungnya Leo, dia tak punya waktu larut dalam kesedihan. Pasalnya nyawa Emily sang putri bangsawan pemberontak masih terancam bahaya. Leo dan regu bantuan harus secepatnya mengamankan pelarian sang saksi kunci sebelum berhasil ditangkap lagi oleh gerombolan mafia buas itu."Letnan Leo, apa Anda yakin sanggup melanjutkan misi pengawalan nona Emily ke ibukota dalam kondisi sangat kalut begini?" tanya Salma, satu-satunya anggota regu kepolisian perempuan yang selamat dari insiden penyergapan maut kemarin.Sang Letnan menarik napas panjang, berusaha menenangkan dirinya yang masih diliputi rasa bersalah atas jatuhnya rekan-rekannya. "Tidak apa-apa sersan Salma. Ini sudah tugas
Sudah dua minggu lebih Emily menjalani masa rehabilitasi pasca trauma beruntun yang dialaminya di tangan keluarganya sendiri. Kini gadis anggun itu memilih bertapa di sebuah kuil di kaki Gunung Andara demi menenangkan jiwa dan raganya yang terguncang hebat.Leo sendiri harus kembali ke Kota Senja guna merapikan pertanggungjawaban kasus serupa pembongkaran Rosewood di kampung halamannya itu. Usai misi penyelamatan buronan kunci berhasil menelan banyak korban jiwa, kini tugasnya kembali normal.Namun tetap saja bayang-bayang peristiwa kelam itu kerap menghantui. Terlebih nasib tragis rekan sekaligus atasannya Sheriff Rogers yang raib diculik gerombolan gerilya bayaran keluarga mafia yang diburunya habis-habisan. Setelah dipanggil ke markas pusat perihal klarifikasi laporan tugas, Leo diijinkan cuti tiga hari untuk menjernihkan pikiran di rumah kedua orangtuanya. Sang Ibu masih terus menangis tersedu mengetahui kepulangan putra tunggalnya dalam keadaan selamat meski berbalut luka."Ya a
Kabar mengenaskan tentang ditemukannya jasad Lucius yang tewas mengenaskan sontak mengagetkan seluruh jajaran kepolisian Kota Senja. Rekan-rekan yang selamat dari insiden penyergapan beberapa waktu lalu kini harus menerima kenyataan pahit kembali kehilangan seniors yang sangat disegani.Leo sendiri bagai kehilangan separuh nyawanya mendengar kabar duka ini. Dia tak menyangka misi penyelamatan Emily sang putri buronan Rosewood berbuntut sesangat tragis bagi anggota kepolisian lokal. Selain harus kehilangan sang atasan Sheriff Rogers, kini nyawa mata-mata andalannya juga melayang sia-sia."Sungguh biadab... Brengsek benar kelakuan gerombolan bajingan bayaran itu... Seenaknya main hakim sendiri terhadap anggota kepolisian..." maki Salma emosi campur sedih. Air mata mengalir di pipinya mengingat betapa periang dan bijaksana sosok Lucius sewaktu hidup. Sang Letnan sendiri hanya bisa mengepalkan tinju menahan gemuruh rasa bersalah dan geram luar biasa di dada. Sungguh dia bertekad akan mem