Tubuh Ilyin terpaku di tempatnya ketika dia melihat siapa orang yang ada di dalam ruangan yang dia datangi.
Dr. Xavion Allegra, Ilyin tidak akan berpikir bahwa dia salah masuk ruangan. Dia hanya menyalahkan dirinya sendiri karena tidak menyadarinya dari awal. Dokter yang bisa menyelamatkan nyawa ibunya adalah sahabat Kallion.
Sekarang dia mengerti kenapa ada dokter yang menolak menangani pasiennya, tentu saja karena masalah pribadi.
"Lama tidak bertemu, Ilyin." Xavion menyapa Ilyin dengan suara yang tidak bersahabat sama sekali. Sebelumnya selama tiga tahun, Ilyin menjadi bagian dari lingkungan pertemanan mereka, dan hubungan mereka cukup baik.
Namun, sekarang mereka berhadapan lagi. Bukan sebagai teman, tapi sebagai orang asing di mana salah satu membenci dan yang lainnya tidak ingin berhubungan lagi.
"Dokter Xavion, apa yang harus saya lakukan agar Anda membantu Ibu saya." Ilyin tahu bahwa ini tidak akan mudah jika berkaitan dengan Kallion. Xavion sengaja memintanya untuk datang ke sini jelas bukan tanpa alasan. Pria itu pasti ingin membuatnya kesulitan.
"Kau tampaknya tidak suka berbasa-basi, Ilyin." Xavion memainkan gelasnya, pandangannya pada Ilyin dingin, tapi ada senyum di wajah tampan pria itu. Jenis senyuman yang biasa dia gunakan untuk menghancurkan orang lain.
Kenneth dan Kallion tidak mengatakan apapun, mereka hanya menyaksikan dengan santai.
"Saya sedang dalam keadaan di mana saya bisa berbasa-basi, jadi katakan saja."
"Apakah kau akan melakukan apa saja yang aku katakan?"
"Bukankah itu yang Anda inginkan? Saya akan melakukan apa saja karena di sini saya adalah orang yang sangat membutuhkan kebaikan hati Anda."
Xavion tertawa kecil. "Itu bagus. Kalau begitu ayo kita mulai. Tuangkan minuman untuk kami."
Menuangkan minuman hanyalah awal, Ilyin tahu bahwa Xavion, Kenneth dan Kallion bisa melakukan yang lebih dari ini. Mereka tentu tidak akan sebaik itu.
Harga diri tidak pernah penting lagi bagi Ilyin, jadi dia segera menuangkan minuman ke gelas tiga pria itu.
"Ruangan ini sangat membosankan. Lakukan tarian erotis untuk kami." Xavion menyesap minumannya, tatapannya tidak lepas dari Ilyin.
Ketika masih remaja, Ilyin adalah wanita yang sangat bangga pada dirinya sendiri. Dia berasal dari keluarga yang cukup kaya sehingga dia akan diperlakukan baik oleh orang lain.
Namun, delapan tahun lalu mengubah segalanya. Dia dikejar-kejar oleh penagih utang, dia nyaris dilecehkan, dia dipermalukan dan nyawanya pun terancam. Ilyin sudah melalui segalanya, tapi hari ini dia masih merasa malu.
Kedua tangan Ilyin mengepal kuat. Harga dirinya tercabik-cabik, dia ingin melarikan diri, tapi hidup ibunya dipertaruhkan saat ini.
Ilyin membuka pakaiannya, tidak ada penari erotis yang menari dengan menggunakan pakaian lengkap. Apa yang ingin dilakukan oleh Xavion adalah menginjak-injak harga dirinya.
Tatapan mata Ilyin terarah pada Kallion sesaat, pria itu benar-benar kejam padanya.
Sekarang tubuh Ilyin hanya tertutupi oleh bra dan celana dalam. Dia merasa tubuhnya sangat dingin sekarang, itu jelas bukan karena suhu ruangan tersebut, tapi karena penghinaan yang sedang dia terima saat ini.
Ilyin mulai menari, wanita itu memiliki masa muda yang cukup berwarna, dia sering mengunjungi tempat-tempat hiburan malam sebelumnya, jadi meski dia tidak mahir dalam tarian erotis, tapi dia bisa melakukannya.
Tatapan mata Kallion semakin menajam. Cengkraman tangannya pada cangkir lebih menguat. "Keluar dari sini!"
Dalam sekejap Ilyin berhenti bergerak. Dia melihat ke arah Xavion.
Xavion memberi isyarat pada Kenneth, lalu keduanya kemudian bangkit dan meninggalkan ruangan itu. Mereka adalah sahabat Kallion, jadi meski Kallion tidak mengatakan siapa yang harus keluar, mereka tahu merekalah yang dimaksud oleh Kallion.
Sekarang di ruangan itu hanya tersisa Kallion dan Ilyin, keduanya kembali terjebak dalam ruangan yang sama dengan aura dingin menyelimuti mereka.
"Seperti biasanya, kau sangat mengesankan, Ilyin! Apakah kau sering menari seperti ini di depan mantan tunanganmu untuk mendapatkan sesuatu yang kau inginkan?" Kallion menatap Ilyin sinis.
Ilyin tersenyum getir. Setelah mempersulitnya, Kallion mulai menghinanya dengan kata-kata kasar. Siapa yang telah membuatnya melakukan hal menjijikan ini? Kallion tampaknya mendadak lupa ingatan.
"Bahkan jika dokter yang bisa menyelamatkan nyawa ibuku menginginkan aku bercinta dengannya sekali pun aku akan melakukannya." Ilyin membalas dengan dingin.
"Bagus sekali." Rahang Kallion mengeras, semakin Ilyin bersikap murahan dia semakin marah. Wanita yang pernah dia cintai tidak lebih dari seorang pelacur sekarang.
Kallion berdiri, pria itu mendekati Ilyin. Mendorong tubuh Ilyin kasar hingga punggung wanita itu menabrak tembok.
"Kau bisa menyelesaikan segala masalahmu dengan tubuh, tidak peduli siapa yang harus kau layani, bukan?" Kallion mencengkram dagu Ilyin dengan kasar. "Baik, aku akan memberikan apa yang kau inginkan."
Kemudian Kallion melepaskan dagu Ilyin. Dia mengeluarkan ponselnya. "Bawa Jeff dan Charly ke sini!"
Perasaan Ilyin mulai tidak enak, apapun yang ingin Kallion lakukan padanya, pasti tidak akan berujung baik.
"Aku akan membuat Xavion mengoperasi ibumu, tapi kau harus memberikanku pertunjukan yang bagus sebagai seorang pelacur." Kallion menatap Ilyin tajam, lalu kemudian pria itu kembali ke tempat duduknya.
Udara di sekitar Ilyin menjadi lebih dingin dari sebelumnya. Pikiran-pikiran mengerikan ada di dalam otaknya sekarang. Tidak, Kallion tidak akan melakukan hal yang begitu tercela seperti itu.
Beberapa saat kemudian dua pria bertubuh kekar masuk ke dalam ruangan itu. Mereka segera menghadap Kallion.
"Ada pelacur di sana, lakukan apa yang biasa kalian lakukan dengan pelacur." Kallion berkata dengan tenang, dia mengalihkan pandangannya pada Ilyin yang tampak terkejut.
Jeff dan Charly terkejut mendengar perintah yang keluar dari mulut bos mereka. Meski mereka tidak pernah bertemu dengan Ilyin sebelumnya, tapi mereka tahu bahwa Ilyin adalah mantan kekasih bosnya yang pergi tanpa alasan.
Mereka adalah penjaga bayangan Kallion, jadi mereka selalu mengikuti Kallion ke mana pun Kallion dan menjaga Kallion dari tempat tersembunyi.
"Tuan Kallion, apakah Anda sudah selesai bermain-main dengan saya?"
"Apakah kau sudah lelah bermain? Bukannya kau sangat menyukai bermain-main seperti ini?"
"Nyawa ibuku sedang dalam bahaya sekarang, aku tidak memiliki banyak waktu untuk bermain-main denganmu."
"Sayang sekali, aku belum selesai bermain denganmu, Ilyin. Namun, jika kau ingin mengakhiri permainan secara sepihak maka lakukan saja, aku tidak akan mencegahmu." Kallion memainkan gelasnya, kata-katanya sangat santai, tapi bagi Ilyin kata-kata itu membuatnya sangat geram.
"Tuan Kallion, jangan keterlaluan!" Mata Ilyin menyala marah.
"Bagaimana aku bisa keterlaluan? Aku bahkan tidak menahanmu."
"Berhenti bermain-main dengan nyawa ibuku!" Suara Ilyin meninggi. Dia sangat putus asa sekarang, ditambah dengan sikap dan perlakuan Kallion padanya, itu semakin membuatnya sulit bernapas.
Kenapa dunia sangat tidak adil padanya? Apakah penderitaan, rasa sakit dan kehilangan yang dia rasakan masih belum cukup?
"Kau salah, Ilyin. Aku sedang memberikan jalan bagi ibumu untuk diselamatkan. Jika kedua orangku puas dengan pelayananmu, aku pastikan Xavion akan menanangi ibumu."
Jawaban Kallion semakin membuat Ilyin frustasi, pria di depannya benar-benar berhati dingin.
"Sekarang nyawa ibumu tergantung pada dirimu sendiri, Ilyin Summer."
Jika Ilyin bisa meraung saat in dia pasti akan melakukannya. Dia dihimpit dari segala arah, tapi dia tidak diberikan kesempatan untuk beristirahat sedikit pun.
Sejak pertemuannya lagi dengan Kallion, hidupnya yang suram menjadi semakin suram. Dia belum mati, tapi dia sudah merasa seperti di neraka.
Ibu... Ilyin menggumamkan panggilan yang sangat berarti baginya itu.
Melihat Ilyin yang tidak bergerak, Kallion memberikan arahan pada dua orangnya untuk bergerak.
Dua orang itu telah terbiasa menerima perintah Kallion, meski perintahnya sangat tidak masuk akal seperti saat ini, tapi mereka masih melakukannya seperti robot.
Jeff dan Charly mendekati Ilyin, satu berdiri di belakang Ilyin, dan satunya di depan Ilyin.
Otak Ilyin berteriak bahwa Ilyin harus pergi sekarang, tapi kaki Ilyin tidak mengikuti perintah otaknya. Kakinya tetap berada di tempat karena jika kakinya melangkah maka nyawa ibunya tidak akan terselamatkan.
Ibunya telah berkorban nyawa untuk melahirkannya puluhan tahun silam, sekarang adalah waktunya bagi dia untuk membalas budi ibunya. Apa yang akan dia alami jelas lebih mengerikan dari kematian, tapi untuk ibunya dia bersedia melakukannya.
Tangan-tangan kasar mulai menyentuh kulit mulus Ilyin. Rasa jijik, mual dan terhina bergejolak di dalam diri Ilyin.
Kallion menonton dengan ekspresi suram, tapi pria itu tidak menghentikan dua bawahannya yang menjamah tubuh Ilyin.
Bra Ilyin dilepaskan dan jatuh ke lantai. Tangan kasar Jeff dan Charly bergantian meremas payudara Ilyin yang bulat dan kencang.
Kepala Ilyin akan pecah karena rasa jijik yang dia rasakan sekarang. Dalam situasi putus asa seperti ini Ilyin bahkan tidak mengizinkan air matanya jatuh. Bahkan jika dia menangis darah sekali pun, itu tidak akan membantunya sama sekali.
Ilyin pikir dia bisa melakukannya, tapi ketika celana dalamnya hendak dilepaskan, harga diri yang dia sebutkan tidak penting lagi menjerit meminta dia untuk berhenti. Dia tidak bisa melanjutkannya lagi.
"Hentikan! Menjauh dariku!" raung Ilyin.
Jeff dan Charly melihat ke atasannya, hanya pria itu yang bisa memberi mereka perintah.
"Menyerah, Ilyin?"
Tatapan Ilyin berpindah pada Kallion, ada kebencian, kemarahan dan emosi lain yang tak terlukiskan di manik matanya. Dia tidak mengatakan apapun, wanita itu hanya meraih pakaiannya, memakainya dengan tergesa lalu meninggalkan ruangan itu.
"Pergilah!" Kallion mengusir Jeff dan Charly. Suasana hati pria itu sangat buruk. Kallion tidak bahagia menyakiti Ilyin seperti ini, tapi kemarahan, kebencian dan patah hati yang telah dia rasakan dan dia simpan selama delapan tahun ini tidak mengizinkannya untuk melepaskan Ilyin begitu saja.
Kenneth dan Xavion masuk ke dalam ruangan itu lagi, mereka mendekati Kallion yang muram.
"Apakah kau ingin aku membantu Ilyin?" Xavion bertanya dengan hati-hati.
"Jika kau ingin melakukannya maka lakukan, jika kau tidak ingin maka jangan lakukan." Kallion tidak melarang Xavion untuk melakukan pekerjaannya sebagai seorang dokter.
"Aku tidak akan mengambil pekerjaan itu." Xavion membuat keputusan. Dia sangat menghargai persahabatannya dengan Kallion. Meski Kallion tidak melarangnya, dia tidak akan melakukan sesuatu yang bisa disebut mengkhianati sahabatnya sendiri.
tbc
"Bu, maafkan aku." Ilyin bergumam lirih. Wanita itu melangkah di tengah dinginnnya air danau. Dia tidak bisa lagi bertarung dengan kerasnya hidup yang dia jalani.Di masa lalu, dia pernah mendatangi tempat ini kala dia benar-benar terpuruk karena keadaan yang membuatnya sulit bernapas. Namun, saat itu wajah lembut ibunya menghentikannya.Meskipun ibunya mengalami gangguan jiwa, wanita itu masih bernyawa. Jika dia pergi, maka ibunya akan sendirian. Tidak akan ada yang mengunjungi ibunya, tidak akan ada yang datang untuk bercerita padanya.Sekarang cerita sudah berbeda. Ibunya terbaring dengan kemungkinan hidup yang kecil. Dia sudah berusaha, tapi usahanya tidak membuahkan hasil bahkan setelah dia menerima berbagai macam penghinaan.Dia lelah, pundaknya tidak bisa menanggung beban lagi, hatinya yang mati rasa mulai merasakan kesakitan yang begitu menyiksa.Dia hanya bisa meminta maaf pada ibunya, dia pergi lebih dahulu. Dia lelah ditinggalkan, kali ini dia yang akan meninggalkan, tapi
Keesokan harinya Ilyin pergi ke rumah sakit. Wanita itu telah diberitahu oleh Erina bahwa operasi ibunya berjalan lancar kemarin.Ilyin memasuki ruang rawat ibunya, tatapannya langsung jatuh ke wajah rapuh ibunya yang pucat."Bu, aku di sini." Ilyin bersuara pelan. Dia menggenggam tangan ibunya yang dingin.Perasaan Ilyin campur aduk, dia pikir dia akan kehilangan ibunya untuk selama-lamanya.Ilyin tidak banyak bicara, dia hanya memandangi ibunya. Dia tidak akan bercerita pada ibunya tentang apa saja yang telah dia lalui selama beberapa waktu terakhir ini.Pintu ruangan terbuka, sosok Damian terlihat di sana. Pria itu mendekati Ilyin. Kerinduannya pada wanita itu akhirnya tidak tertahankan."Ilyin."Ilyin terkejut mendengar suara Damian. Wanita yang tadinya duduk di kursi itu langsung berdiri. Damian tidak seharusnya berada di sini, apalagi saat dia juga berada di sini.Sebuah pelukan yang tiba-tiba membuat Ilyin semakin terkejut. Dia berusaha mendorong Damian. Di depan ad
Kallion kembali ke hotel larut malam. Aroma khas tubuh pria itu bercampur dengan aroma alkohol dan rokok. Dia berjalan menuju ke ranjang, di mana Ilyin sedang berbaring saat ini.Pria itu membungkuk, tangannya bergerak menyentuh kepala Ilyin. Jari telunjuknya bergerak menelusuri rahang Ilyin.Kelopak mata Ilyin terbuka, ada rasa takut dan keterkejutan di sana. Teror yang menghantuinya delapan tahun lalu telah meninggalkan trauma baginya.Ilyin bergerak menjauh secara tidak sadar, dia merasa bahaya sedang mengintainya.Gerakan Ilyin membuat Kallion tidak senang. Apakah dia sangat menakutkan sehingga Ilyin harus bereaksi seperti itu?Kallion berdiri tegap seperti sebelumnya, pria itu berbalik dan melangkah menuju ke kamar mandi. Dia perlu membersihkan tubuhnya.Ketika Ilyin mendengarkan suara gemericik air, wanita itu merasa sedikit lega. Namun, hal itu tidak berlangsung lama karena beberapa menit kemudian Kallion selesai membersihkan tubuhnya.Ruangan itu sangat sunyi, Ilyin tidak tahu
Pagi harinya Ilyin terjaga sendirian di atas kasur besar yang masih memiliki aroma percintaannya dengan Kallion. Ilyin menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya, wanita itu segera turun dari ranjang, melangkah menuju ke kamar mandi dengan kaki telanjang.Wanita itu masuk ke dalam bak mandi yang saat ini mulai terisi dengan air hangat. Wajahnya tanpa ekspresi, tidak ada kata yang keluar dari mulutnya.Saat air terisi penuh, Ilyin menenggelamkan dirinya di sana. Rasa sesak memeluknya, tapi dia tidak memiliki keinginan untuk muncul ke permukaan.Dia merasa sangat berdosa pada orangtuanya saat ini. Bagaimana bisa dia menikmati setiap sentuhan Kallion padahal karena hubungannya dengan Kallion orangtuanya berakhir dengan tragis.Air mata Ilyin bercampur dengan air di bak mandi itu. Saat ini yang dia inginkan hanyalah mengakhiri semuanya.Ilyin tidak membenci Kallion karena dia tahu Kallion tidak menggunakan tangannya untuk menyakiti orangtuanya, tapi tetap saja dia tidak bisa
K Kasino selalu ramai seperti biasanya, orang-orang dengan kantong tebal telah menduduki tempat mereka dan meletakan taruhan. Setiap detiknya uang akan mengalir memperkaya keluarga Heinrich.Tidak sembarang orang bisa menjangkau K Kasino, hanya mereka yang benar-benar memiliki uang banyak yang bisa datang ke sana.Kallion membawa Ilyin ke sebuah ruangan khusus di mana di sana sudah ada satu pria lain yang telah menunggu kedatangan Kallion.Senyum cabul tampak di wajah pria itu ketika dia melihat Ilyin dengan balutan gaun putih yang memeluk tubuhnya dengan indah. Salah satu kaki jenjangnya terekspos sampai ke paha. Penampilan Ilyin malam ini benar-benar memikat dan akan membuat banyak laki-laki bergairah hanya dengan melihatnya.Pria itu segera berdiri dari tempat duduknya begitu juga dengan wanita seksi yang menemaninya, dia mengulurkan tangannya menyambut sang pemilik kasino dengan senyuman di wajahnya. "Selamat malam, Tuan Kallion Heinrich."Kallion mengeluarkan tangannya dari saku
"Apakah kau yakin dengan keputusanmu?" Kenneth mengarahkan pandangannya ke Ilyin yang saat ini minum sendirian dengan Erina yang berdiri di belakangnya.Kallion memainkan cairan keemasan di dalam cangkir kecil di tangannya lalu kemudian menenggaknya sampai habis. "Aku yakin."Kenneth dan Xavion tidak bisa mengubah keputusan Kallion jika sahabatnya itu sudah yakin. Mereka tahu selama delapan tahun ini Kallion tidak pernah bisa melupakan Ilyin. Perasaannya terhadap Ilyin teramat besar dan sudah mendarah daging. Bahkan setelah ditinggalkan perasaan itu masih ada."Kapan kau akan menikahi Ilyin?""Setelah kembali ke Texas." Urusan Kallion di Spanyol sudah selesai, dia akan kembali ke negara asalnya dalam beberapa waktu lagi.Sejak beberapa hari lalu, Kallion telah memikirkan apa yang akan dia lakukan pada Ilyin. Pria itu akhirnya mengambil keputusan bahwa dia akan menikahi Ilyin tidak peduli apakah Ilyin suka atau tidak.Dia tidak tahu bagaimana pernikahan itu berjalan denga
Pagi ini Ilyin pergi ke rumah sakit, dia ditemani oleh Erina seperti biasa. Namun, ketika wanita itu memasuki ruang rawat ibunya dia tidak menemukan ibunya.Kondisi ibunya saat ini sudah jauh lebih baik setelah dirawat selama beberapa hari, ibunya juga sudah bisa berjalan sendiri."Perawat, di mana Ibu saya?" Ilyin bertanya pada perawat yang bertugas di sana."Nyonya Olivia sedang berada di taman.""Ah, seperti itu, terima kasih." Ilyin mengucapkannya dengan tulus. Setelahnya Ilyin pergi ke taman, setelah bisa berjalan sendiri, hampir setiap pagi ibunya memang pergi ke taman.Sampai di taman, Ilyin mencari keberadaan ibunya, tapi dia tidak menemukannya. Sebaliknya dia menemukan seorang perawat yang tampak sedang kebingungan."Perawat, di mana Ibu saya?" Ilyin bertanya dengan perawat yang menjaga ibunya.Wajah perawat itu tampak pucat. "Nona, saya kehilangan Nyonya Olivia. Tadi saya menerima panggilan dari anak saya, ketika saya selesai menjawab panggilan saya s
Satu minggu berlalu setelah kematian ibu Ilyin. Seperti yang ditakutkan oleh Kallion, Ilyin benar-benar tidak memiliki semangat untuk hidup lagi.Saat ini Ilyin sudah tidak dirawat di rumah sakit lagi, tapi ada infus yang terhubung ke tubuhnya karena Ilyin menolak untuk makan.Berat badan Ilyin telah menyusut banyak. Tekanan batin, rasa kehilangan dan tidak memakan apapun membuat Ilyin tampak semakin menyedihkan.Setiap kali Erina menyiapkan makanan untuk Ilyin, wanita itu tidak pernah memberikan respon. Jangankan makan, dia bahkan tidak mengeluarkan sedikitpun suara. Ilyin terjebak dalam kurungan kesedihan yang membuatnya depresi.Kesabaran Kallion sangat terbatas, melihat Ilyin yang seperti ini membuatnya geram. Namun, tidak ada yang bisa dia lakukan pada Ilyin karena dia tahu wanita itu sudah tidak memiliki semangat untuk hidup lagi."Sampai kapan kau akan menolak untuk makan!" Kallion berdiri di tepi ranjang, menatap Ilyin yang saat ini