Setiap fase kehidupan memiliki tingkat kesulitan tersendiri, seiring berjalannya waktu semua rintangan akan terasa semakin berat namun setimpal dengan pengalaman yang diberi. Rasa tegang dan takut akan terganti dengan pencapaian dalam diri karena telah berhasil melewati kesulitan yang terasa mustahil untuk diatasi. Percayalah, hal itu akan terkenang dalam memori yang abadi.
Dulu saat masih anak-anak jarum suntik menjadi ketakutan yang hakiki. Sensasi saat benda berujung lancip itu menembus kulit sangat dalam terasa bagai mimpi buruk tak terlupakan. Beranjak remaja, menunggu pengumuman hasil seleksi masuk perguruan tinggi menjadi satu momen yang tidak bisa dilupakan. Melihat hasil pengumuman yang menjadi salah satu penentu dalam menggapai mimpi masa depan seolah lebih menakutkan dari pada melihat langsung valak diseri film the Conjuring.
Beranjak dewasa, seseorang akan merasakan dilema dengan kekhawatiran mengenai pernikahan dan segala hal yang ada di dalamnya. Se
Hari itu mendung, awan kumulonimbus dengan warna hitamnya sudah menyelimuti langit namun tidak menyurutkan seorang bocah berusia sembilan tahun untuk sekedar beranjak dari tempatnya karena hujan yang akan segera mengguyur. Seragam sekolah masih setia melekat ditubuhnya, ditambah sandal capit yang hanya dikenakan sebelah, juga luka di kepala yang masih diperban tak bisa untuk menggambarkan anak itu tengah baik-baik saja. Lambat laun, tetes demi tetes hujan mulai turun membasahi bumi, tak terkecuali anak yang sama yang hanya terdiam merenungi apa yang dialami. Semua masih terasa tak nyata dalam ingatannya, bagaimana keramaian para tetangga yang berkumpul di rumahnya dengan pakaian hitam, lalu tangisan adiknya yang sudah terdengar memilukan dari luar, ditambah pemandangan ibunya yang juga menangis dengan mata sembab. Awalnya dia masih tak mengerti dengan apa yang terjadi, sepatu sudah dia lepas sesuai ajaran sang ibu sebelum memasuki rumah lalu mendekati wanita yang melahirkann
Menjadi wanita karier dan seorang istri di saat yang bersamaan tidak pernah mudah. Jessica sadar statusnya sudah tidak lagi sendiri, ada sosok lain yang harus dia pikirkan selain dirinya sendiri. Namun terlepas dari itu semua Jessica mencoba untuk tetap bersikap rasional tentang apa yang mesti dan harus dia lakukan. Ada beberapa hal pribadi yang seharusnya disimpan sendiri, sebagai contoh dalam hal pekerjaan. Memiliki Jhonny sebagai pasangan bukan hal yang buruk, terlebih pemikiran lelaki itu tidak kolot mengenai pernikahan dengan pihak wanita yang hanya harus berdiam diri di rumah menjadi ibu rumah tangga. Mencampuradukkan masalah pekerjaan dengan urusan pribadi bukan hal baik, karena itu Jessica memilih bersikap abai mengenai ranah pekerjaan sang suami, termasuk urusan sang polisi dengan artis tidak tahu diri. "Bisa nggak...." seorang wanita yang berdiri tepat tak jauh dari meja kebesaran seorang General manager menggerutu tak habis pikir akan tingkah atasann
Helaan napas lelah yang entah untuk ke berapa kalinya terdengar beriringan dari tiga orang yang duduk berderet di satu kursi panjang. Waktu jam makan siang yang biasanya terasa menyenangkan entah kenapa tiba-tiba bisa terasa menyebalkan. Piring makanan di hadapan yang biasanya bisa membangkitkan selera sudah terabaikan. Namun lain lagi dengan seorang pria yang asik menyantap lahap makanan di piringnya tanpa menghiraukan kefrustrasian tiga kawan karibnya. "Nggak mau di makan, nih?" Ajun yang selesai dengan piringnya buka suara untuk bertanya. Bukan tidak tahu apa yang membuat ketiganya bertingkah demikian, bahkan Fajar sekalipun yang tidak akan tahan menolak makanan sanggup mengabaikan piringnya, baru setelah Ajun menyelesaikan makannya dan menegur ketiga orang itu, Fajar seolah mendapat kembali kewarasan dan nafsu makannya. Lain lagi dengan Sandy dan Tio yang masih setia dengan bertingkah menjadi orang paling menyedihkan di dunia. Melirik ke belakang punggung
Wanita selalu identik dengan kata lemah, tidak mengherankan banyak sekali kasus penganiayaan dan bahkan pelecehan yang terjadi pada perempuan. Nyatanya dari sudut pandang lain, pelaku yang memang bersalah tidak sepenuhnya bertanggung jawab, sebagiannya lagi hanya tergantung pada korban yang kebetulan saja didominasi mayoritas wanita karena mungkin mereka hanya bisa berpangku tangan menerima begitu saja kodratnya sebagai makhluk lemah yang penuh kasih sayang. Kenyataan bila tidak ada sedikit pun usaha dari mereka -para korban- dengan sekedar melindungi diri sebagai bentuk pertahanan atau perlawanan membuat Jessica -sebagai salah satu perempuan- kerap kali merasa geram. Bukan sekali dua kali dia melihat bagaimana kaumnya direndahkan oleh lelaki hanya karena tidak memiliki keberanian untuk melawan. Jessica sadar dia bukan hakim yang bisa menentukan sesuatu yang benar dan salah, terlebih dari sudut pandang orang asing mengenai permasalahan di antara lelaki dan perempuan yang tidak ada kai
Entah kenapa suasana di satuan tim Aligator saat ini terasa begitu kelam, tidak ada yang berani buka suara mengenai hal tersebut terlebih sekedar bersenda gurau seperti halnya yang biasa mereka lakukan. Dalam sekali lihat pun tak sulit untuk menyimpulkan bila sumber dari suasana yang terasa tidak nyaman itu berasal dari sang kepala tim, entah apa yang menyebabkan suasana hati sang atasan mendadak buruk di hari yang cerah ini. Mereka sadar ini bermula dari kesalahan mereka sendiri sehingga semuanya menjadi kacau."Wah, hari yang indah." seru Tio dengan mata memandangi langit pagi di atas motor yang telah dia parkirkan dengan segelas kopi instan di tangan. "Pas banget buat pergi kencan sama Vina, Evely, juga Laras.""Berhubung suasana hati gue lagi bagus secerah pagi ini, jadi no-comment." balas Ajun yang juga tengah menikmati pagi dengan segelas kopi.Tio tersenyum tipis. Mendengar reaksi sang rekan yang bahkan tidak mengatainya gila akan ide berkencan dengan tiga wanita saja sudah cuk
Air yang tenang sering kali disalah artikan membawa kedamaian, terkadang tanpa diketahui orang mungkin tersimpan bahaya yang mengintai dibalik air yang tenang tanpa adanya gelombang. Jhonny pikir rumah tangganya seperti air danau yang tenang, begitu damai hingga dia lengah dengan terus meyakini bila semuanya akan baik-baik saja.Sesuatu yang aman belum tentu akan terus membuat nyaman. Sedari awal sinyal itu tidak pernah ada, atau sebenarnya tidak pernah dia hiraukan keberadaannya. Dia yang hanya sibuk menutup mata, menolak melihat getaran dari ketenangan yang coba sekuat tenaga dia pertahankan. Terlalu takut, Jhonny takut bila getaran itu akan jadi gelombang yang tidak terkendali saat dia mencoba memperbaiki. Terakhir kali rumah tangganya hampir hancur hanya karena gelombang kecil yang berubah menjadi besar karena krisis kepercayaan.Jessica itu wanita mandiri, bukan sifat yang buruk untuk seorang wanita bersuami. Hanya saja kemandirian sang istri membuatnya tidak mau bergantung pada
Di suatu malam di musim hujan tepatnya dua tahun yang lalu, terdapat kasus pencurian besar yang membuat sebuah perusahaan dibuat kelimpungan. Perusahaan yang mengembangkan teknologi uang digital itu diserang perangkat pemeras tidak dikenal sehingga algoritma yang mereka buat terancam dihancurkan. Sebelum tengah malam uang sebesar setengah miliar harus diserahkan atau jika tidak, uang tebusan akan terus bertambah secara tidak masuk akal. Merasa tidak punya pilihan terlebih batas waktu penghancuran sistem perusahaan tidak lebih sampai fajar besok pagi, pihak perusahaan dengan terpaksa menyerahkan sejumlah uang yang diminta. Meskipun mengalami kerugian, setidaknya masih banyak yang harus mereka pertimbangkan mengenai bagaimana nasib para karyawan atau tanggapan para investor mengenai peretasan sehingga membuat mereka menarik investasi yang telah ditanam. Setidaknya pihak perusahaan masih bisa menutupi hal tersebut untuk sementara waktu hingga investigasi diam-diam yang dilakukan membuah
Sebagai salah seorang yang hidup di era modern dan juga berpendidikan, Alice yang selalu logis mulai mempertanyakan akal sehatnya saat melihat seseorang yang empat belas tahun lalu sudah dikabarkan meninggal kini tengah berdiri di depan mata. Ia bahkan sangat yakin masih sering mengunjungi makam Jessica dan tidak menemukan tanda-tanda bila temannya itu bangkit dari kubur. "Sampai kapan?" tanya Jessica dengan nada tinggi. Sadar bila dia sudah terlaku emosi, gadis itu mencoba menarik napas pelan guna memperpanjang kesabaran. "Mau sampai kapan elo lihat gue kayak lihat setan?" Jessica sadar keberadaannya yang muncul secara mendadak pasti sangat mengejutkan, namun ini sudah berlangsung selama hampir setengah jam semenjak gadis itu mulai bertingkah seperti melihat hantu jadi-jadian. Sudah terhitung lima kali gadis itu melirik ke bawah meja untuk memastikan kakinya masih menapak di tanah atau melayang. "Ini bukan mimpi, kan?" "Bukan." Sementara Jessica yang akhirnya bisa tenang menikmat