Share

Belahan Jiwa
Belahan Jiwa
Penulis: Gugi gia

Pencarian Widuri

Prang! Netra Ajil tak berkedip selama beberapa menit. Meskipun, serpihan kaca melekat pada pipinya dan sedikit berdarah karena tergores.

"Jil?" panggil seseorang di luar kamarnya. Namun, tidak ada jawaban dari Ajil, karena pikirannya tak menentu, memikirkan bagaimana hal yang dia lihat begitu nyata. Ular yang akan dia jadikan sebagai trik sulap itu menghilang, setelah memecahkan akuarium.

Beberapa puluh tahun yang lalu. Sesosok wanita mundar-mandir, gelisah tak menentu. Walaupun, sudah meminta bantuan dari para tetangga, tetapi si bungsu masih belum ditemukan.

"Ibu, duduklah!" titah pemuda tampan

"Widuri!" teriaknya sambil menangis

"Cepat cari Widuri!" perintah dari sang ibu adalah hal yang akan selalu Jaka lakukan. 

"Baiklah, Bu." Jaka mencari jejak langkah adiknya. Jaka mencari Widuri ke rumah para teman-temannya. Namun, hasilnya nihil. Jaka, akhirnya menemui Indah, orang yang Widuri benci. 

"Apa yang membawa kamu ke sini?" tanya Indah.

"Apakah Widuri ada di sini?" Pandangannya melirik ke sekeliling.

"Tidak, bahkan dia membenciku. Untuk apa dia ada di sini? mungkin dia bermalam di tempat kekasihnya." Ucapan dari Indah membuat Jaka pergi ke kediaman Naqi. Lumut-lumut hijau menyebar pada dinding kediaman Naqi. Bau busuk juga menyengat di dalam rumahnya. 

"Widuri?" bisik Jaka saat melihat Widuri sedang menyapu halaman rumah Naqi. Namun, tidak terlihat sang empunya rumah. 

"Kak Jaka?" Widuri yang penuh luka itu menangis sambil memeluk kakaknya. 

"Apa yang terjadi?" Jaka menyentuh luka di wajah Widuri. Langkah kaki seorang pria, membuat Widuri menggandeng lengan Jaka untuk berlari, mereka pun bersembunyi pada rumah kosong. 

"Harusnya, jangan buat aku berlari seperti ini! ini hanya membuat aku terlihat sebagai seorang pengecut," tutur Jaka dengan tatapan penuh kebencian.

"Tapi, dia membawa senjata Kak." Widuri masih tak mampu menahan air matanya lagi

"Si berengsek itu!" geram Jaka sambil mengusap air mata Widuri 

"Widuri!" teriak Naqi dengan lantang.

Jaka lekas bergegas keluar sembari mengambil pisau, untuk berniat membunuh Naqi. Namun, lengan lembut Widuri memegang kuat kaki Jaka, untuk tidak ikut campur dalam masalahnya. 

"Jangan lakukan itu kak! Ini terlalu berbahaya kak," rengek Widuri.

"Aku tidak tahu pasti masalahmu. Tapi, jika sudah mengangkut soal kekerasan aku tidak akan tinggal diam." Jaka terpaksa melepas lengan Widuri dan mengabaikan keinginannya. Para tetangga masih mencoba mencari keberadaan Widuri, dan tetangga yang lainnya mencoba untuk menghibur ibu Jaka dan Widuri. 

"Heh brengsek!" panggil Jaka pada Naqi yang sudah bersiap untuk menembak kepala Widuri. Widuri hanya bisa mengintip keadaan di luar. 

"Ah kebetulan sekali. Dimana adikmu itu?" Naqi memasukan kembali senjata pada jaketnya, lalu mendekatkan diri pada Jaka.

"Jangan ganggu adikku lagi!" Jaka meninju Naqi.

"Dia sudah kubeli dari seorang wanita tua. Dia milikku dan aku bebas melakukan apapun padanya!" teriak Naqi membalas pukulan Jaka.

"Apa kau bilang? Dasar sampah!" umpat Jaka yang membalas pukulan Naqi. mereka berdua berkucuran darah. 

Dari arah belakang, seseorang memanah punggung Naqi. Jaka menyingkirkan Naqi yang berada di atas tubuhnya. 

"Widuri apa yang kamu lakukan?" Jaka kembali pada rumah kosong. Tetapi, Widuri sudah tidak ada di sana. Jaka berlari untuk mencari Widuri lagi. 

"Apa kau melihat Widuri?" tanya Jaka pada gadis dengan rambut sebahu. 

"Lenganmu?" Layla menyentuh lengan Jaka yang berlumuran darah. 

"Jawablah!" Jaka melepaskan lengan Layla yang menyentuh lengannya dan menginginkan jawaban tercepat sebelum kehilangan Widuri lagi. 

"Aku tidak melihat siapapun yang keluar ataupun masuk dari gang ini," ungkap Layla dan Jaka pun, berlari kencang. 

"Jangan sakiti aku lagi." Widuri memohon dan berlutut pada sosok wanita yang ada dihadapannya.

"Kamu menginginkan pekerjaan bukan? lakukanlah pekerjaanmu sekarang!" titahnya sambil memegang kedua bahu Widuri, dan segera menyuruhnya untuk berdiri. 

"Tapi bukan pekerjaan seperti ini yang--" Belum juga Widuri menyelesaikan ucapannya, Wanita itu meninggalkan Widuri di dalam kamar dan mengatakan padanya bahwa pelanggan akan segera tiba. 

"Jangan menangis lagi! Tuan Amir tidak suka pada gadis cengeng." Wanita itu melemparkan sapu tangan ke wajah Widuri. Membayangkan wajahnya saja, sudah membuat Widuri ketakutan setengah mati, apalagi, kalau sampai harus melayaninya. Tuan Amir yang begitu kasar terhadap perempuan itu, tengah berjalan menuju kamar Widuri. 

"Aku harus pergi," batin Widuri. Namun, dia bingung bagaimana caranya beranjak dari sarang penuh dosa itu. Pecahan kaca membuat banyak orang dalam rumah bordil itu begitu terkejut. Tak terkecuali, Tuan Amir. 

"Amir! keluar kau dasar berengsek!" Teriakan itu menempatkan Tuan Amir dalam posisi yang memalukan. Karena, sang istri mendatanginya, sambil merusak Fasilitas di rumah bordil dan juga, memecahkan botol minuman, siapapun yang memegangnya.

"Ternyata di sini kamu. pulang!" suruh istrinya, bukannya marah, itu berbanding terbalik dengan apa yang dia lakukan pada gadis-gadis yang pernah dia tiduri, Tuan Amir sangat mematuhi istrinya. banyak orang yang heran melihat tingkahnya. 

"Untunglah." Widuri bisa bernafas lega karena kepulangan Tuan Amir. Namun, Widuri takut jika wanita tua itu memberikan dia pelanggan lain. 

"Bantulah kami membersihkan kekacauan di luar!" pinta Lia. 

Banyak juga, gadis lain yang membersihkan serpihan kaca, mereka sedikit bergunjing tentang Tuan Amir yang begitu patuh pada istrinya. Tidak ada pelanggan satu pun, karena kejadian hari itu. 

"Kamu dengar? Katanya Tuan Amir sangat takut pada istrinya."

"Ya, aku bahkan melihat kejadian itu. Rasanya hatiku senang, aku berharap dia tidak akan pernah kembali lagi."

"Widuri? bukannya kamu yang seharusnya melayaninya? kamu sungguh beruntung." Widuri mengabaikan ocehan mereka, berfokus untuk membersihkan serpihan kaca. Widuri sangat merindukan sang ibu. Namun, sulit untuknya dapat kembali. Karena, kesepakatan tertulis dengan pemilik rumah bordil sudah dia tanda tangani.

"Apakah gaun ini cocok untukku?" Tina melempar kain lap pada seseorang yang bertanya. 

"Bukannya membantu malah bergaya." Mereka pun saling kejar-kejaran. Sementara yang lain, hanya tertawa melihat tingkah dua gadis itu. Malam semakin larut, Jaka kelelahan saat mencari Widuri. Dia bermalam pada sebuah gubug tua. 

"Siapa kamu?" tanya pria tua pemilik gubug

"Saya bukan orang yang anda kenal, saya hanya ingin bermalam di sini. Saya pikir, rumah ini kosong," tutur Jaka dengan raut wajah cemas. 

"Baiklah, tapi hanya sampai besok pagi, Karena, anak saya akan pulang dari pekerjaannya dan beristirahat pada hari esok." penjelasan pria tua itu, membuat Jaka mengangguk tanda mengerti. pagi telah tiba. Namun, Jaka belum sempat menyantap hidangan apapun. Dia pun, mencari buah-buahan di kebun milik seorang petani. Jaka tidak menyadari bahwa ada seseorang yang memerhatikannya. 

"Pencuri!" teriak petani, membuat Jaka cemas dan berlari ke arah hutan. Jaka yang tidak tahu soal hutan larangan, tidak mengetahui bahwa yang ada di dalamnya adalah bahaya. Auman serigala tidak membuatnya takut, Jaka lebih takut akan dikejar dan dihajar oleh para warga. Jaka malah berlari lebih dalam lagi menuju hutan larangan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status