Share

Sayembara

"Apa? Sayembara? Aku rasa kamu tidak harus melakukan itu," saran dari salah satu kerabat Tuan Aken. 

"Tapi, aku juga tidak mampu untuk kehilangannya."

Detik-detik Puteri Dian bertemu dengan Widuri dan Tuan Muda Ziyo. Puteri Dian melihat itu dan langsung mengatakan pada Tuan Muda Givo untuk mengejar mereka. 

"Berhenti di sini," lirih Widuri. Tuan Muda Ziyo membantu Widuri untuk turun dari kuda. Dia memegang kedua tangan Widuri. Jelas, itu menimbulkan kecemburuan dihati Puteri Dian begitu melihatnya. 

"Widuri, kenapa kamu ada di sini? padahal aku telah meminta Dayang sinan untuk menjagamu. Apa keadaanmu sudah membaik?"

Bukannya langsung menjawab, Widuri menundukan kepalanya. Dia takut untuk membicarakan yang sebenarnya. Takut, jika Dayang Sinan akan mengelabuinya lagi. 

"Ada apa Widuri? katakan saja yang sebenarnya," bujuk Puteri Dian. 

Beberapa kuda putih berdatangan silih berganti ke kediaman Tuan Aken, dan uniknya lagi, mereka memiliki ciri khas yang sama. Yaitu, tanda bulat di dahi kuda. Orang-orang yang datang, membawa kuda putih, mengarang cerita, Bagaimana mereka bisa menemukan kuda milik Tuan Aken.

"Bagaimana bisa kamu menemukannya?" tanya Tuan Aken. 

"Jadi, hmmm."Kily berpikir cukup lama. Padahal, dia sudah berlatih apa saja yang akan dia katakan. 

"Kamu tidak pandai berbohong," ucap Tuan Aken, menyuruhnya keluar dari antre-an. 

"Gunar, jangan berbohong pada Tuan Aken! Dia tahu betul ciri-ciri dari kudanya," tutur Pengawal Tuan Aken. Namun, Gunar marah pada pengawal Tuan Aken yang juga sahabatnya. Gunar menyuruhnya untuk tidak mengadukannya pada Tuan Aken, bahwa itu adalah kuda miliknya.

"Waktu itu, sedang mandi, dan dia mengigit bokongku. Untungnya, isteriku yang cantik, menolongku, dia mengeluarkan kuda ini," tutur salah satu peserta sayembara.

"Jadi, dia mengigitmu dibokongmu?" Tuan Aken menyakinkan ucapannya. Dan, menyuruh pegawal memeriksanya. 

"Tidak!" jeritnya, saat pengawal menyeret kakinya. 

"Sudah kubilang, jangan membuat sayembara! Mereka hanya sekelompok penipu," ucap Fagil, teman Tuan Aken. 

"Jangan!" ucap Tuan Muda Ziyo pada ibu Asa, sambil memegang lengan bu Asa. ibu dari Jaka itu, meminta maaf pada Tuan Muda Ziyo. Ziyo pun, mengambil Jaka dan memasukannya pada kotak yang dia punya. 

"Tuan Muda Ziyo," panggil Digi. 

"Aku belum bisa membayarmu, tapi aku akan membayarmu begitu aku mendapatkan uang" tutur Ziyo.

"Bukan begitu Tuan Muda Ziyo, saya hanya ingin bertanya, dari mana kuda putih itu berasal?" 

"Kenapa kamu begitu ingin mengetahuinya?" 

"Itu, Tuan Muda, Tuan Aken, mencari kuda putihnya yang hilang, dia sedang melakukan sayembara" jelas Digi. Begitu Ziyo mendengarnya, Ziyo bergegas menemui Tuan Aken. Tuan Muda Ziyo membisikan sesuatu pada pegawal penjaga gerbang, pengawal langsung memberitahukannya pada Tuan Aken. 

"Apa dia bodoh? sudah jelas, kuda putihnya memiliki tanda bulat di dahinya," gunjing para peserta sayembara itu. Mereka, melihat kuda putih yang dibawa Tuan Muda Ziyo tidak memiliki tanda apa pun di dahinya. mereka menertawai Tuan Muda Ziyo.

"Widuri, katakanlah yang sebenarnya! Di sini tidak ada yang bisa menyakitimu," bujuk Puteri Dian. Akhirnya, Widuri menceritakan semuanya. 

"Aku sudah menduga bahwa ini adalah ulahnya."

Dayang Sinan, sedang bersantai saat, Puteri Dian pergi keluar, dia begitu bahagia saat Widuri belum juga kembali, bahkan dia menyuruh dayang lainnya, untuk memijat tubuhnya. 

"Pijit yang benar," perintahnya, dia bagaikan puteri kerajaan. 

"Aku yakin, dia akan menghilang selamanya." Dengan lantang dan penuh keyakinan, Dayang Sinan berkata pada dayang lainnya. Sementara, dayang lainnya, tertawa, mereja sangat mengerti siapa yang dibicarakan oleh dayang Sinan.

"Siapa yang kamu bicarakan?" Puteri Dian menjawab keyakinan Dayang Sinan dengan membawa Widuri kembali. Dayang Sinan begitu terkejut, melihat Widuri telah kembali dengan selamat. Sementara, dayang lain kembali bekerja setelah membungkuk di hadapan  Puteri Dian sebagai bentuk penghormatan. 

                     

"Suruh dia masuk!" Tuan Aken menyuruh Tuan Muda Ziyo untuk masuk, hanya dengan sekali lihat, Tuan Aken tahu bahwa kuda itu adalah miliknya. Dia juga mengumumkan pemenang sayembara. 

"Saya ingin berterima kasih pada para peserta sayembara ini dan saya sudah menemukan pemenangnya" Tuan Aken membawa kuda yang dibawa oleh Tuan Muda Ziyo. Banyak orang yang memprotes. Karena, yang mereka tahu dari orang yang pernah Tuan Aken tanya,  Tuan Aken mengatakan ciri-ciri di dahi kuda memiliki bentuk bulat. 

"Tapi, anda mengatakan bahwa ciri-ciri dari kudanya adalah berbentuk bulat tepat di dahinya. Sedangkan kuda itu, tidak memiliki tanda apa pun." 

"Aku tidak mengatakan kepada kalian, dari mana kalian mendengar itu? aku hanya mengatakan itu pada satu orang," ungkap Tuan Aken. Mereka keluar dari rumah Tuan Aken dengan rasa yang masih kesal. Kebanyakan dari mereka, adalah penyewa kuda. Karena, kuda putih begitu langka, banyak yang menyewa dengan harga tinggi. 

"Kenapa anda mengatakan itu?" tanya Tuan Muda Ziyo.

"Karena, aku yakin akan banyak orang yang berbohong, aku juga ingin tahu, berapa banyak orang yang akan berkata jujur, bagiku, tadi adalah lomba kejujuran, dan kamu memenangkannya," jawabnya. Tuan Aken memberikan beberapa keping uang untuk Tuan Muda Ziyo. Namun, Ziyo menolaknya. 

"Kenapa juga aku harus menerima uang itu, jika dialah yang menyelamatkan nyawaku, justru aku sangat berterima kasih" terang Tuan Muda Ziyo.

"Menyelamatkan nyawa?" selidik Tuan Aken.  Karena penasaran, Tuan Muda Ziyo pun, menceritakan semuanya. 

"Puteri Dian." dayang Sinan menunduk pada Puteri Dian. 

"Jawab pertanyaanku!" 

"Ada apa ini?" Rona, ibu dari Puteri Dian bertanya. Namun, Puteri Dian masih menatap sinis pada dayang Sinan. Puteri Dian mengatakan yang sebenarnya terjadi pada Widuri dan dayang Sinan. dayang Sinan pun, dihukum cambuk karena kebohongannya. 

"Ampuni aku Puteri Dian" lirihnya. Wajahnya tampak payah, dia kelelahan karena siksaan yang dia terima. Dayang lain hanya bisa melihatnya. tanpa bisa menolong.

"Jika kalian mengatakan kebohongan, itu adalah hukumannya, mengerti?" ucap Puteri Dian, setelah membawa para dayang untuk melihat dampak dari kebohongan yang dilakukan oleh dayang Sinan. 

"Mengerti, Puteri Dian," serempak mereka menjawab. Mereka pun, melanjutkan pekerjaan. 

"Puteri Dian, aku tidak tega melihat siksaan dayang Sinan karena saya," ungkap Widuri. 

"Itu bukan karenamu, itu karena kebohongannya," kata Puteri Dian. 

"Karena kamu tidak bisa menerima uangnya, biarkan tandu ini dan pengawalku mengantarmu, Tidak mungkin kan kamu berjalan kaki," bujuk Tuan Aken. Namun, Tuan Muda Ziyo menolaknya. Ziyo berkata bahwa kediamannya tidak jauh dari rumah Tuan Aken. 

"Apa keluargamu membeli rumah di sekitar sini?" Tuan Muda Ziyo hanya tersenyum dan pergi. Dalam perjalanan menuju rumah Pak Bani, Tuan Muda Ziyo mendengar langkah kaki yang mengikutinya. Namun, setelah dia menoleh ke belakang, tidak ada siapa pun. Dari arah depan, seorang pria memukul wajahnya. Tuan Muda Ziyo sempat melakukan perlawanan, pria lainnya, memukul punggungnya dengan kayu dan membuatnya terjatuh. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status