Share

Kuda Putih

"Kau harus menyekang perutmu." Tuan Santo menyimpan makanan untuk Nyonya Kay di atas nakas. 

"Bagaimana aku bisa menyantap hidangan, sementara aku tidak tahu keberadaan Ziyo," keluh Nyonya Kay. 

"Apa dalam pikiranmu hanya ada dia? anak kurang ajar itu?" Tuan Santo membanting pintu setelah mengucapkan kata-katanya. Dayang Sinan mengucuri air ke wajah cantik Widuri, untuk membuatnya terjaga dari tidur. 

"Kamu pikir kamu seorang ratu?" sinis dayang Sinan, saat melihat Widuri terbangun dari tidur panjangnya. 

"Puteri Dian memberitahu aku bahwa kamu harus menyusulnya ke hutan." Widuri berlari keluar, setelah mendengar penuturan dari dayang Sinan. 

"Apa menurutmu dia akan baik-baik saja?" Puteri Dian melirik ke arah kakaknya, sambil memilah perhiasan yang ada di toko kelontong milik bibi mereka. 

"Aku yakin, yang Widuri saat ini butuhkan hanyalah istirahat." Givo memasangkan kalung pada leher panjang milik Puteri Dian. Ziyo menyiapkan alat untuk berburu, ia akan memburu rusa atau hewan apapun yang nanti akan melintas dihadapannya. Karena, sangat mustahil baginya, untuk menunggu Digi, sang penjual tikus yang pasti akan datang ke rumah milik Tuan Santo. 

"Pembuat onar itu tidak ada di sini!" Tuan Santo mengusir Digi yang membawa sekarung tikus. 

"Saya tidak mencari pembuat onar Tuan, saya mencari Tuan Muda Ziyo." 

"Pergilah sebelum aku memakimu!" Digi pergi, untuk mencari keberadaan Tuan Muda Ziyo, beberapa pelayan menjerit, saat beberapa tikus keluar dari karung. Ranting pohon terinjak, mata berpencar mencari. Keringat bercucuran membasahi tubuh, Widuri memanggil-manggil nama Puteri Dian. 

"Puteri Dian!" panggilnya. Sambil terus berjalan, Widuri yang tidak tahu sedang dijahili oleh Dayang sinan, tidak merasa ketakutan akan binatang buas. Tuan Muda Ziyo, sedang dalam keadaan siap untuk memburu, tiba-tiba, terkejut mendengar jeritan seorang gadis.

"Tuan, Aken, lihat-lihatlah ini," ucap beberapa pemilik toko membuat Tuan Aken untuk melihat dan membeli beberapa barang. Jiwa sosialnya tinggi, dia selalu membantu orang kesusahan. Kali ini, dia memarkirkan kuda tanpa pengawal. Karena, dia akan membelikan beberapa pakaian baru untuk pengawalnya itu, ia mengajak pengawal ke toko pakaian. 

"Rossi, jangan pergi terlalu jauh!" teriak seseorang di seberang sana. Namun, anak kecil periang itu tidak mendengarnya. Ia, berlari kencang, dan menabrak Puteri Dian dan berlari lagi. Anak kecil itu, dengan jahil, melepaskan tali kuda yang dikaitkan di sebuah kayu. dan memainkan tali kuda. Saat dia akan menaiki kuda, kuda itu sudah berlari jauh. Tuan Muda Ziyo terkejut, melihat Widuri yang akan diterkam oleh harimau. Dia memanahnya. Widuri yang sedang dalam keadaan menutup mata dengan kedua tangannya, mulai membuka mata sedikit. Saat mendengar sesuatu yang jatuh. Harimau besar itu, terpanah dengan baik oleh Ziyo. Napas Widuri yang tidak beraturan dengan baik, akhirnya bisa kembali normal. 

"Apa kamu baik-baik saja?" Tuan Muda Ziyo mendekat ke arah Widuri. Widuri hanya menggeleng. 

"Awas!" Widuri menunjuk ke arah belakang Tuan Muda Ziyo. Terlihat, sekawanan singa mengejar mereka. Untungnya, Tuan Muda Ziyo membawa beberapa panah. Beberapa dari mereka terpanah oleh Ziyo. Namun, untuk singa yang berakhir, Ziyo kehabisan anak panah. 

"Lari!" Tuan Muda Ziyo menarik lengan Widuri dan berlari sejauh mungkin. Kuda milik Tuan Aken menghalangi langkah mereka untuk berlari lebih jauh lagi. 

"Naiklah lebih dulu!" suruh Tuan Muda Ziyo. Widuri pun, menaiki punggung kuda. Tiba-tiba kuda berlari, sebelum Tuan Muda Ziyo menaikinya. Padahal, Widuri, belum menarik tali yang ada di hadapannya. Tuan Muda Ziyo terus berlari mendekati Widuri. Widuri mengulurkan lengannya, agar Tuan Muda Ziyo bisa menggapainya. Tuan Muda Ziyo pun berhasil menggapai lengan widuri dan bisa menaiki kuda. 

"Aku belum pernah menaiki kuda sebelumnya," tutur Widuri, dengan sedikit menangis. Ia dikagetkan dengan banyak hal. Terutama, saat para kawanan Singa mengejarnya. Juga, saat ia harus menaiki kuda. Padahal, dia tidak bisa menunggang kuda. Dan lagi, posisinya yang berada di depan.

"Menangis hanya akan membuat kamu lemah. Biar aku yang mengatur kecepatan kuda ini," ujar Tuan Muda Ziyo. Widuri yang ada di depan, dan Tuan Muda Ziyo yang berada di belakang, sembari menarik tali kuda, membuat hati Widuri berdegup kencang. Keadaan ini, terlihat seperti Tuan Muda Ziyo sedang memeluknya. 

"Saya akan mencarinya Tuan Aken," ucap pengawal Tuan Aken. Mereka terlihat bingung, padahal, kuda sudah dikaitkan pada kayu. Namun, mengapa bisa menghilang. Pengawal Tuan Aken merasa bersalah pada Tuan Aken, karena, dia merasa ini adalah kesalahannya yang tidak bisa menjaga kuda Tuan Aken dengan baik.

"Aku juga akan mencarinya, sebaiknya kita berpencar," usul Tuan Aken pada pengawalnya. 

"Kuda putih? apa anda bisa mengatakan ciri-cirinya?" selidik seseorang yang Tuan Aken tanyai. 

"Dia mempunyai bentuk O di dahinya, bentuk O itu berwarna cokelat" 

Bagus melihat Widuri bersama Tuan Muda Ziyo

langsung mengejarnya. Kini, posisi kuda mereka sejajar.

"Sudah lama aku mencarimu," ujar Bagus. Widuri yang memegang batu untuk melemparkan kepada kawanan singa itu, akhirnya, dia lemparkan ke wajah Bagus. Bagus memegang mata dengan kedua tangannya. Kuda yang ia tunggangi tidak terkontrol dengan baik. Kudanya menjadi sangat cepat dan liar. Bagus pun terjatuh. Kuda pun meninggalkan pemiliknya di tengah hutan

"Sialan!" gerutu Bagus, sambil memegang seluruh tubuhnya yang kesakitan. Bagus merangkak. Karena, untuk berjalan, dia tidak mampu. Sementara itu, singa yang mengejar Tuan Muda Ziyo dan juga Widuri, bertemu dengan Bagus. Bagus mempercepat langkahnya. Mulut besar singa terbuka dengan lebar. 

"Pegang tali ini dengan kuat. Aku akan menambah kecepatan," lirih Tuan Muda Ziyo Widuri mengatupkan kedua mata. Khawatir sesuatu yang buruk akan terjadi. 

"Ah!" jeritan para wanita terdengar ribut. Ular milik Tuan Muda Ziyo, keluar dari kandangnya. Ular yang kelaparan, mencoba mencari mangsa. Mereka berlarian menghindarinya. Pak Bani hanya menggeleng pelan, Tuan Muda Ziyo menitipkan ularnya hanya sebentar. Namun, matahari hampir tenggelam pun, Tuan Muda Ziyo belum menampakan batang hidungnya. 

"Ada apa ini Tuan? apa ini ular milik Tuan Muda Ziyo?" Digi bertanya kepada pak Bani. 

"Iya, ini semua adalah ular miliknya," ungkap pak Bani. Digi, yang sedang membawa sekarung tikus, memberikannya pada ular-ular kelaparan itu. Digi juga sebelumnya, menaruh lagi, ular-ular itu dikandang. 

"Aku yakin, dia akan menghilang selamanya." Dengan lantang dan penuh keyakinan, Dayang Sinan berkata pada dayang lainnya. 

"Siapa yang kamu bicarakan?" Puteri Dian menjawab keyakinan Dayang Sinan dengan membawa Widuri kembali. Dayang Sinan begitu terkejut, melihat Widuri telah kembali dengan selamat. Sementara, dayang lain kembali bekerja setelah membungkuk di hadapan Puteri Dian sebagai bentuk penghormatan.

Tidak seperti ular lainnya, Jaka malah melata ke arah dapur. Sontak, membuat Bu Asa yang berada di sana terkejut. Buk Asa yang merasa gentar bergerak membawa pisau untuk membunuhnya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status