Share

52

Tangisan itu seperti kesedihan yang mengapung di udara, menyelusup ke beberapa pasang telinga, lalu merembes ke bagian terdalam sesuatu yang disebut sanubari. Tangis yang kadang terisak panjang itu bagai mimpi buruk yang menggerayangi syaraf dan minta diperhatikan. Rintihannya melukiskan irisan rasa sakit tak terperi.

Ketika satu per satu langkah kaki beranjak, perempuan itu terpuruk di atas gundukan tanah yang masih basah dan semakin basah saat rintik-rintik hujan mulai membasahinya. Kebanyakan orang percaya, turunnya hujan saat kepergian seseorang pertanda semesta ikut berduka. Ah, memang adakah yang lebih menyedihkan dari kehilangan seseorang yang kita cinta?

Lilis terpatung oleh bayangan perempuan yang tak henti meratapi kepergian anak gadisnya. Kepedihan membayang di matanya. Tiba-tiba saja tangis itu seperti mengingatkan pada banyak kesedihan yang diam-diam ingin Lilis lupakan. Suatu kesedihan paling pedih dan tak terbahasakan.

“Mbak! Mbak Lilis!”

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status