Share

BAB 4 DAN.. TERULANG KEMBALI

Kirana pun pulang ke apartemennya dan Keenan setelah malam tiba. Namun, sesampainya di depan pintu, sekilas ia bisa mendengar suara Keenan dari dalam sedang berbicara dengan seseorang.

“Manda, aku udah bilang, jangan pernah menghubungiku lagi!” bentak Keenan, tapi setelah itu tidak ada suara lain seolah percakapannya sudah selesai.

Jadi, Kirana membuka pintu bersama senyum sinis sambil berkata, “Kamu harusnya jadi aktor aja, karena aktingmu benar-benar bagus."

“Apa?!” Keenan menoleh dengan sebuah ponsel tergenggam di tangannya.

Tanpa menghiraukan Keenan yang memasang wajah bingung itu lagi, Kirana memasuki kamar dan mengambil sebuah tas besar. Dengan cepat, ia menyambar deretan pakaian yang tergantung di lemari, lalu memasukkan semua itu ke dalam tas tadi.

“Apa yang kamu lakukan?!” Keenan sudah mengikuti Kirana ke dalam kamar dengan mata terbelalak.

Kirana mendengus sebelum menjawab, “Aku bakal pulang ke rumah orang tuaku, sampai kamu mau bercerai denganku!”

Keenan tersentak, lalu tangannya dengan segera mengambil tangan Kirana untuk menghentikannya berkemas. “Kamu nggak bisa pergi kemana-mana!”

Seketika, Kirana menghempas tangan Keenan dengan gusar, “Kamu nggak punya hak untuk ngatur hidupku!”

“Tapi ini bukan tentang hidupmu saja!” Keenan langsung membalas. “Kamu masih istriku! Kalau kamu pergi dari sini, apa yang akan dipikirkan orang tentang kita?!”

Kirana tanpa sadar mengangkat satu sudut bibirnya dan dengan setengah mendengus ia berkata, “Ternyata kamu peduli banget ya sama pikiran orang lain, tapi.. kenapa kamu nggak pernah peduli sama perasaan istrimu sendiri?!”

Alis Keenan bertaut, menunjukkan keterkejutan sekaligus kebingungan yang masih sama.

Dia benar-benar tidak pernah mengerti perasaan istrinya, batin Kirana.

“Sayang..” Suara Keenan kembali berubah lembut, sebelum perkataan selanjutnya membuat Kirana semakin tak habis pikir. “Ini semua salah paham!”

“Hah?! Apanya yang salah paham?!” Kirana mengernyit. “Bukannya semua udah jelas ya? Kamu mengkhianatiku dan aku udah nggak tahan dengan semua itu! Jadi, biarin aku pergi sekarang!”

Kirana sudah tidak mau berbicara lagi dengan Keenan yang semakin tak masuk akal. Ia langsung menarik tas yang sudah ia tutup rapat untuk segera pergi dari sana. Namun, Keenan masih mengejarnya.

“Kirana!” Kirana sudah hampir sampai di depan pintu saat Keenan memanggilnya dan kembali bicara. “Aku nggak pernah selingkuh dari kamu, kamu cuma salah paham! Percayalah sama aku!”

“APA?!” Seketika, Kirana menoleh pada Keenan yang sudah kembali berada di belakangnya. “Apa sekarang kamu nelan ludah sendiri? Padahal jelas-jelas kamu sudah mengakuinya!”

“Nggak!” sanggah Keenan dengan tegas, membuat Kirana semakin bingung. “Aku cuma terbawa emosi waktu itu, aku nggak benar-benar serius..”

Kirana memicingkan kedua matanya yang besar dengan alis yang masih bertaut. “Nggak benar-benar serius kamu bilang? Kalau kamu nggak serius, berarti kamu bercanda? Kamu pikir masalah itu cuma candaan, hah?!”

“Nggak, bukan itu maksudnya..” Keenan seolah kehilangan kata-kata, tepat saat Kirana mengabaikannya lagi, dengan memutar gagang pintu dan tiba-tiba seseorang yang lain sudah berada di depan mereka.

“Bagas?! Ngapain kamu di sini?”

Bagas tersenyum tipis pada Kirana, sementara wajah Keenan sudah berubah geram melihatnya.

“Orang tuamu minta aku untuk antar kamu pulang ke Bandung, Ra..” Bagas hampir mengambil tas Kirana dari tangannya, sebelum Keenan menyambar tas itu lebih dulu sambil menarik tangan Kirana ke dekatnya.

Kirana tersentak, terutama saat Keenan dengan tegas berkata. “Kamu gak bisa pergi dengannya.”

Tatapan Keenan seolah ia bisa menerkam Bagas sewaktu-waktu, membuat Kirana semakin bingung dengan situasi tersebut. Padahal ia sangat yakin hati Keenan sudah berpaling darinya, tapi mengapa Keenan malah menunjukkan sebaliknya?

Ketika Kirana masih termenung, suara gemuruh langkah kaki mendekati mereka.

Orang tua Keenan datang ke sana!

Tunggu.

Tapi kenapa mereka bersama Manda?

“Kalian sudah benar-benar akan bercerai ya?” tanya ibu Keenan dengan suara memekik. Ibu Ratih Gunawan yang selalu berpakaian mewah dan mencolok menyelimuti badannya yang besar, ditemani suaminya Pak Hendra Pratama Kusumo yang menjulang tinggi dengan pakaian sederhana.

Sementara itu, Manda atau mantan Keenan baru menurunkan kacamata hitam dari matanya, sambil ikut berdiri di samping ibu Keenan dengan wajah liciknya yang tidak lagi disembunyikan.

Ibu Keenan melanjutkan, “Bagus! Memang sudah waktunya kalian bercerai, karena wanita itu masih belum juga hamil anakmu, nggak seperti Manda ya sayang..”

APA?!

Ibu Keenan hanya tersenyum lebar pada Manda di sampingnya, mengabaikan kerutan-kerutan yang menonjol di wajahnya, sekaligus mengabaikan hati Kirana yang kembali remuk mendengar ucapannya.

Manda hamil? Anak Keenan?

Tunggu. Bukannya Manda sudah punya suami?

Kirana mendengus, tak habis pikir dengan hubungan gila mereka yang terus disangkal Keenan.

Sesaat kemudian, Kirana langsung menarik tangannya yang dipegang Keenan.

“Nggak sayang.. itu nggak benar..” ujar Keenan, sambil menggelengkan kepalanya dengan keras yang hanya membuat kepala Kirana semakin ingin meledak.

Omong kosong!

Tanpa sudi berbicara lagi dengan mereka, Kirana yang sudah geram, langsung melesat pergi meninggalkan cercaan-cercaan kedua mertuanya dan tawa kecil Manda yang masih sempat terdengar di belakangnya.

Ini seharusnya tidak terulang lagi! Tidak untuk kedua kalinya!

Kirana menjerit dalam hati, kala mengingat saat pertama kali ia mendapati orang yang dicintainya selingkuh hingga menghamili orang lain, seperti yang dilakukan Keenan suaminya sekarang. Namun, orang pertama yang melakukan hal itu, kini justru sedang mengikutinya di belakang. Bagas.

‘Apa yang mau dia lakukan sebenarnya?’ Kirana mulai teralihkan, sementara Bagas hampir mencapai tangan Kirana yang memegang erat tas yang menyimpan sisa kenangannya bersama Keenan.

“Biarkan aku mengantarmu, Ra.." panggil Bagas dengan panggilan akrab Kirana lagi yang berasal dari nama belakangnya, Rarasati.

Bagas menggapai tangan Kirana yang berjalan cepat, membuat langkah Kirana terpaksa berhenti untuk mengambil napas sejenak.

“Kenapa kamu masih di sini? Apa kamu nggak mikirin istrimu?” Akhirnya Kirana berbicara tegas untuk menghentikan Bagas terlibat lagi dalam hidupnya, karena baginya hubungan mereka harus sudah berakhir sejak 6 tahun lalu.

Bagas terkesiap. “Aku udah cerai dari Ratna, Ra..”

Kali ini, Kirana yang terkejut. ‘Sejak kapan dan kenapa?’ pikirnya.

Tanpa bicara lagi, Bagas mengambil tas Kirana dan berjalan cepat menuju mobilnya yang terparkir di luar lobi apartemen tempat mereka berada, sampai sebuah tangan lagi-lagi menyambar tas tersebut dan segera menarik Kirana juga ke mobil lain.

“Keenan?! Lepasin aku!”

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status