Share

BAB 1 KEMBALINYA CINTA YANG USAI

Kota Jakarta, November Tahun 2022 – Saat Ini

“‘Maaf’? Lagi-lagi aku harus dengar kata itu, tanpa perasaan..” lirih Kirana Rarasati, wanita berusia 30 tahun yang sudah menikah selama 2 tahun dengan pria yang berusaha menyembuhkan luka hatinya, karena pengkhianatan calon suaminya dulu. Namun, kini pria itu justru mengkhianatinya juga dengan alasan yang tidak pernah Kirana tahu.

“Terus apa lagi yang kamu mau dariku, untuk nggak bercerai denganku, Kirana?” balas Keenan Abimanyu, pria yang sudah menjadi suami Kirana sekaligus orang yang mengkhianatinya.

Keenan berusaha mengambil tangan istrinya seraya berkata, “Mari kita kembali seperti dulu, ya?”

Sedangkan Kirana melangkah mundur sambil mendengus, “Inilah cinta yang udah kamu buang, Keenan! Dan sekarang kamu mau memungutnya kembali?! Pungut aja sampah di sana! Itu lebih cocok untuk kamu!”

Keenan terperanjat.

“Kirana.. nggak bisakah kita bertahan?” bujuk Keenan, terlihat frustasi.

“Kenapa sebenarnya kamu mau kita bertahan?!” Kirana akhirnya meledak, setelah terus memendam kekecewaannya selama ini. “Bukannya kamu udah punya banyak wanita untuk menghibur kamu?! Kamu juga udah berhasil dengan perusahaanmu dan lagipula.. orang tuamu gak pernah merestui hubungan kita! Jadi, kenapa kamu gak bisa biarin aku pergi saja dari neraka ini?!”

“Kirana..” Keenan berusaha mendekat lagi, tapi Kirana langsung menepis tangan Keenan yang terulur, sambil berbalik memunggungi Keenan yang tidak sanggup lagi ia lihat.

Kirana teringat bagaimana usahanya selama 2 tahun ini untuk menjadi istri yang baik bagi Keenan.

Tidak cukup dengan pengkhianatan yang dilakukan Keenan, Kirana juga harus menghadapi perlakuan buruk dari mertuanya tanpa sepengetahuan Keenan.

Cercaan dan segala tuntutan adalah makanan sehari-hari yang tidak bisa Kirana hindari, meskipun ia dan Keenan sudah hidup berjauhan dengan mertuanya. Namun, jarak tidak menghentikan ketidakpuasan orang tua Keenan terhadap Kirana, salah satunya mengenai anak yang tak kunjung tiba di rahimnya.

'Ah, tentu saja kami tidak bisa memiliki anak, karena Keenan pun tidak pernah menyentuhku lagi, sejak bulan madu kami 2 tahun lalu..' batin Kirana.

“Sudahlah..” lirih Kirana akhirnya, sebelum kakinya melangkah pergi memasuki kamar gelap yang selama beberapa bulan ini lebih sering ia tempati sendiri, sejak absennya Keenan dengan berbagai alasan terutama karena pekerjaan.

Kirana segera membanting pintu begitu ia sampai di dalam kamar. Sedangkan Keenan hanya bisa mematung di depan pintu dan hati yang sudah tertutup untuknya.

Di dalam sana, tidak ada lagi guliran air mata yang keluar dari mata Kirana. Sebab, air mata itu sudah benar-benar mengering setelah terkuras habis selama tiga bulan ini, sejak ia mengetahui kebusukan suaminya.

***

Kota Jakarta, Agustus Tahun 2022 – Tiga Bulan Lalu

“Kamu pulang telat lagi, Keenan?” tanya Kirana, begitu Keenan pulang dari kantor tengah malam itu.

Keenan terkesiap melihat kehadiran Kirana, seolah tidak mengharapkan wanita itu untuk menyambutnya dari sofa ruang keluarga mereka.

“Ah..” Keenan tampak kebingungan. “Maaf.. Banyak pekerjaan yang harus aku urus hari ini..”

“Kenapa kamu nggak bisa lebih santai, padahal kamu bos mereka? Kamu nggak capek, terus kerja sampai malam selama beberapa bulan ini?” gerutu Kirana, sambil mengambil tas Keenan dan membukakan jas hitam dari tubuhnya yang kelelahan.

“Aku mandi dulu..” Keenan pamit pergi ke dalam kamar mereka, tanpa menanggapi keluhan Kirana.

Kirana hanya bisa mendengus, berpikir bahwa Keenan sudah terlalu lelah untuk membalas ucapannya. Jadi, ia mengambil semua barang-barang Keenan tadi ke dalam kamar, lalu menyiapkan teh hangat yang biasa Keenan minum sebelum tidur.

Saat Kirana menyimpan teh hangat tersebut di meja kamar mereka, ia melihat kemeja yang Keenan pakai sebelumnya ditinggalkan begitu saja di atas kasur.

Kirana mendengus lagi dengan kebiasaan Keenan yang masih belum berubah.

Kirana segera merapikan kemeja yang sudah kusut tersebut, sampai ia menyadari bahwa ada bekas lipstik merah yang hampir pudar, menodai bagian dada pada kemeja putih Keenan.

Seketika, kepala Kirana berputar keras bersama jantungnya yang berdetak cepat, seperti deru ratusan kuda yang berlari kepanasan di tengah padang gurun yang gersang, sampai sebuah tangan merampas kemeja yang memberi Kirana serangan panik tersebut.

“Tidurlah,” ucap Keenan dengan dingin, tanpa sepatah katapun menjelaskan apa yang harus Kirana dengar darinya, tentang noda lipstik di kemeja putihnya. “Aku akan urus barang-barangku sendiri.”

Setelah deklarasi yang terasa seakan Keenan mengusir Kirana, Keenan kembali masuk ke kamar mandi, meninggalkan Kirana dalam pikirannya yang kosong.

Mengapa? Mengapa?!

Kirana hanya bisa memikirkan itu semalaman, tanpa bisa mengeluarkan isi pikirannya, karena hawa dingin yang tiba-tiba menyesaki rumah mereka malam itu.

‘Tidak..’ Kirana terus berusaha menampik semua kecurigaannya pada Keenan.

Bagaimanapun, Keenan adalah pria yang ingin menyembuhkan luka hati Kirana, karena kegagalan pernikahannya dulu bersama calon suami yang mengkhianatinya. Keenan juga yang sabar menunggu Kirana membuka hatinya yang sudah dingin, tanpa lelah sedikitpun.

Kini, mereka sudah bersama sejak Keenan mempersuntingnya dua tahun lalu. Jadi, bagaimana mungkin Keenan mengkhianatinya, ketika ia adalah orang yang berjuang paling keras untuk menyembuhkan luka dari pengkhianatan yang dialami Kirana?

Kirana pun berusaha menenangkan diri sebelum ada kepastian. Namun keesokan harinya, saat Kirana mencoba mengalihkan perhatiannya dari noda lipstik di kemeja putih Keenan, ia tiba-tiba mendapat pesan aneh di ponselnya.

[Apa kamu nggak penasaran, apa yang suamimu lakukan di belakangmu selama ini..?] Bunyi pesan masuk yang Kirana dapatkan dari sebuah nomor tidak dikenal, memantik kembali api yang hampir padam di kepala Kirana tentang kejadian semalam.

‘Siapa yang kirim pesan ini?’ Kirana mengambil napas sejenak, sebelum meletakkan ponselnya untuk mengabaikan pesan aneh itu dan fokus kembali pada pekerjaannya membersihkan rumah yang hampir selesai.

Namun, pesan baru kembali masuk. Kali ini, berisi sebuah foto buram dari seorang wanita berpakaian ketat dengan wajah tertutup masker dan kacamata hitam, sedang menggandeng tangan Keenan dengan mesra.

Kirana mengernyit.

‘Tidak’.

Kirana masih berusaha tidak terpancing dengan berpikir bahwa foto itu tidak benar.

Tapi..

Sesaat kemudian, Kirana sudah melesat ke kantor MNK Corp atau PT. Media Network King Corporation, tempat perusahaan yang Keenan dirikan 10 tahun lalu yang sekarang ia pimpin sebagai CEO-nya, sekaligus tempat diambilnya foto yang Kirana dapatkan tadi.

Baru saja taksi yang dinaiki Kirana menepi di gedung belakang kantor MNK Corp, mata Kirana sudah menangkap wanita di foto tadi sedang berciuman mesra dengan Keenan, hanya 10 meter di depannya.

Mata Kirana langsung melebar bersama jantungnya yang memompa dengan keras, mengalirkan darah yang mendidih ke otaknya yang sudah mampet.

Kirana tidak bisa mempercayai penglihatannya sendiri. Apalagi saat Kirana menyadari, bahwa wanita yang sedang berciuman dengan suaminya itu adalah sepupu Kirana yang sudah bersuami, sekaligus mantan kekasih Keenan yang kini merupakan aktris terkenal di Indonesia. Manda Agustina.

Di bawah pohon rindang yang hampir menutupi kebusukan Keenan dan Manda itu, hanya ada mereka berdua yang sedang bercumbu dan Kirana yang sudah bersimbah air mata melihat mereka dari kejauhan.

Luruh sudah.

Kepercayaan yang Kirana berikan pada Keenan sejak 2 tahun lalu, kini dengan mudahnya dihancurkan oleh orang yang seharusnya paling memegang teguh hal tersebut, suami Kirana.. Keenan.

“Keenan..” desis Kirana dengan kedua tangan terkepal, hingga darah segar mengalir deras dari kuku-kuku yang tertancap di kulit tangannya, bersama air mata yang sudah memenuhi matanya yang semerah darah tersebut.

Tanpa sudi melihat kemesraan mereka lagi, Kirana segera meminta sopir taksi untuk membawanya pulang, ke rumah yang seharusnya hangat tapi terasa dingin setelah ia melihat topeng suaminya tadi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status