LOGINRisa, seorang ibu yang penuh kasih sayang, harus menghadapi ketidakadilan dari ibu mertuanya yang selalu memberikan perlakuan berbeda antara anaknya dan anak mertuanya. Risa merasa sedih dan frustrasi ketika anaknya, Rania, selalu mendapatkan pakaian bekas dan perlakuan yang tidak adil. Namun, Risa tidak ingin membuat anaknya merasa sedih dan berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk Rania. Ketika ibu mertuanya menawarkan sepeda bekas untuk Rania, Risa harus membuat keputusan yang sulit. Apakah Risa akan menerima tawaran itu atau membelikan sepeda baru untuk Rania? Bagaimana Risa akan menghadapi ketidakadilan dan membuat anaknya bahagia?
View MoreSetelah beberapa saat berbincang-bincang, Haris tiba-tiba tersenyum licik. Ia seolah mendapatkan ide cemerlang untuk memberikan pelajaran kepada Angga dan Rini."Dek, temenin Mas keluar sebentar yuk. Mas pengen beli sesuatu," ujar Haris dengan nada santai.Risa mengerutkan keningnya bingung. "Beli apa, Mas? Kan bisa nanti aja," jawabnya."Nggak bisa nanti, Dek. Ini penting banget. Lagian, kasihan kan Angga sama Rini dari tadi belum istirahat. Biar mereka yang jagain Mama sebentar," ujar Haris sambil melirik ke arah Angga dan Rini dengan tatapan penuh arti.Risa mengerti maksud suaminya. Ia tersenyum dan mengangguk setuju. "Ya udah deh, ayo," jawabnya.Risa kemudian berpamitan kepada Salma, Angga, dan Rini. "Ma, Risa sama Mas Haris keluar sebentar ya. Nanti kami balik lagi," ujarnya.Salma mengangguk. "Iya, hati-hati ya," jawabnya.Setelah berpamitan, Haris dan Risa keluar dari kamar Salma. Sebelum menutup pintu, Haris menyempatkan diri untuk menatap Angga dan Rini dengan tatapan menge
Angga menatap Rini dengan tatapan datar. Ia tahu, Rini hanya berpura-pura. Namun, ia tidak ingin memperpanjang masalah."Ya udah, ayo," jawab Angga singkat.Mereka berdua kemudian berangkat menuju rumah sakit. Selama perjalanan, Rini terus mengeluh tentang panasnya cuaca hari ini dan meminta Angga untuk mempercepat laju kendaraannya. Angga hanya bisa menghela napas panjang dan berusaha bersabar.Sesampainya di rumah sakit, Rini langsung memegangi lengan Angga dengan erat dan berjalan dengan langkah yang dibuat-buat lemah. Ia sengaja menarik perhatian orang-orang di sekitar mereka."Bang, aku pusing banget. Kayaknya aku nggak kuat deh," ujarnya dengan nada merajuk.Angga hanya bisa menghela napas panjang dan memapah Rini menuju kamar Salma. Ia merasa malu dengan tingkah laku istrinya yang berlebihan.Sesampainya di depan kamar Salma, Angga mengetuk pintu dengan pelanSaat pintu kamar Salma terbuka, Haris muncul dengan wajah datar. Ia menatap Angga dan Rini dengan tatapan dingin, tanpa
Nisa terdiam sejenak. Ia kemudian menceritakan kepada Angga tentang kejadian Salma pingsan dan dilarikan ke rumah sakit karena stroke ringan. Ia juga menceritakan tentang kondisi Salma yang sudah mulai membaik, namun masih harus dirawat inap.Selama Nisa bercerita, Angga mendengarkan dengan seksama dan wajahnya semakin pucat. Ia merasa sangat bersalah dan menyesal karena tidak berada di sisi ibunya saat ia sakit."Kenapa kamu nggak kasih tahu Mas dari awal, Nis? " tanya Angga dengan nada kecewa."Ya salah sendiri, siapa suruh nurut terus sama Mbak Rini? Udah tahu Mama sakit, masih aja mikirin yang lain," jawab Nisa dengan nada kesal. "Lagian, Mbak Risa sama Mas Haris juga udah ngurusin Mama kok. Nggak butuh bantuan Mas Angga juga."Angga terdiam. Ia tahu, Nisa benar. Ia telah menyia-nyiakan kesempatan untuk berada di sisi ibunya. Ia merasa sangat bersalah dan menyesal."Mas mau jenguk Mama sekarang," kata Angga tiba-tiba sambil bangkit dari sofa.Nisa menatap Angga dengan tatapan sini
Angga menghampiri Rini dan duduk di sampingnya. "Aku khawatir sama Mama, Rin. Udah beberapa hari ini dia nggak hubungin aku," ujarnya dengan nada cemas.Rini mengangkat bahunya acuh tak acuh. "Ya mungkin aja Mama lagi sibuk atau masih nggak enak badan. Nggak usah lebay deh," jawabnya enteng."Tapi biasanya Mama selalu ngabarin aku hampir setiap hari. Aku takut terjadi sesuatu yang buruk," kata Angga, semakin gelisah."Ya udah sih, Bang. Nggak usah dipikirin. Mendingan kita nikmatin aja waktu santai kita," ujar Rini sambil kembali fokus pada televisi.Angga menghela napas panjang. Ia tahu, Rini tidak akan pernah mengerti perasaannya. Ia merasa kesepian dan tidak memiliki siapa pun untuk berbagi kekhawatirannya."Aku pengen jenguk Mama, Rin. Aku pengen mastiin keadaannya baik-baik aja," kata Angga, memberanikan diri.Rini langsung menoleh dan menatap Angga dengan tatapan tajam. "Jangan, Bang!Kamu jangan lupa sama rencana kita. Kamu kan udah janji nggak akan jenguk Mama sebelum aku sem
Setelah mendapatkan penjelasan dari dokter, Haris dan Risa memutuskan untuk menemani Salma di rumah sakit, sementara Nisa kembali ke rumah untuk memberitahu Lia tentang kondisi Salma.Sesampainya di rumah, Nisa langsung memeluk Lia sambil menangis. "Mbak, Mama sakit... Mama kena stroke ringan," isaknya.Lia terkejut mendengar kabar tersebut. Ia segera menenangkan Nisa dan mencoba mencari tahu lebih lanjut tentang kondisi Salma."Nisa tenang ya. Sekarang Mama udah ada di rumah sakit, disana juga udah ada Haris sama Risa yang nemenin Mama," kata Lia lembut. "Kamu jangan khawatir, Mbak yakin Mama pasti kuat dan cepat sembuh.""Tapi Mbak, Nisa takut... Nisa takut Mama kenapa napa," isak Nisa.Lia memeluk Nisa erat. "Mbak ngerti perasaan kamu. Tapi kita harus berdoa semoga Mama cepat sembuh. Sekarang, kamu harus kuat dan bantu Mbak jagain Rania ya," ujarnya.Nisa mengangguk dan menghapus air matanya."Mbak juga pengen bisa ikut ke rumah sa
Di halaman rumah, Haris dan Rania asyik memberi makan ikan-ikan di kolam. Rania tertawa senang melihat ikan-ikan itu berebut makanan yang dilemparkannya. Haris tersenyum melihat putrinya begitu bahagia."Yah, ikannya banyak banget ya," kata Rania dengan mata berbinar."Iya, Sayang. Ikan-ikan ini suka banget dikasih makan sama Rania," jawab Haris sambil mengusap rambut Rania dengan sayang."Yah, sebetulnya Nenek itu sakit apa sih?" tanya Rania tiba-tiba.Haris terdiam sejenak. Ia tidak tahu bagaimana menjelaskan kepada Rania tentang kondisi Salma yang sedang sakit. "Nenek lagi nggak enak badan, Sayang. Nenek cuma lagi butuh banyak istirahat di kamar," jawabnya akhirnya."Oh gitu. Semoga Nenek cepat sembuh ya, Yah. Biar bisa main sama kita lagi," kata Rania dengan polos.Haris tersenyum dan menoel pipi Rania gemas. "Iya, Sayang. Kita doakan sama-sama ya, semoga Nenek cepat sembuh," ujarnya.Sementara itu, di dalam rumah, R


















Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments