“Akan kubuat kau menjadi milikku. Hanya diriku yang layak berada di sisimu,” bisik Chris.
Christian pun mendekat dan lebih dekat untuk mengeliminasi semua jarak yang tersisa. Satu helaann napas panjang untuk meredam detak jantung yang kian berpacu kencang. Kedua pipinya terasa panas begitu pun dengan darahnya yang seperti di masak.
Christian tahu ini tidak benar namun, akal sehat dan pemikiran warasnya menghilang saat kedua tangannya mulai menaikkan kaos oblong milik Ilona hingga lolos melewati kepala. Christian menunduk, menelan ludah susah payah.
Ia menatap wajah yang terlelap itu sekilas kemudian kembali bergerak. Membuka kancing celana jeans milik Ilona lalu melucutinya perlahan hingga melewati pergelangan kaki sang gadis.
Sungguh, Christian makin di bakar oleh gairah. Ia tak lantas memikirkan apa yang akan terjadi setelah ini. Yang ada dalam pikirannya saat ini adalah bagaimana untuk menyatukan dirinya bersama dengan Ilona agar tak ada la
Kesedihan dan kepedihan beruntun menciptakan tragedy memilukan bagi seorang gadis berumur delapan belas tahun. Ilona Audrey Nateli. Nama yang indah itu tak sebanding dengan takdir hidupnya yang seolah-olah begitu pantas di sebut mengenaskan.Ia tumbuh dewasa dengan pendirian yang teguh. Mandiri di segala sisi. Menjadi anak yang patut di banggakan andai saja ia punya sepasang orang tua yang begitu menyayanginya. Hanya itu. Tak lebih.Namun, gadis itu terlanjur melapangkan dada. Mengikhlaskan apa pun yang terjadi dalam hidupnya sebelum ia mengalami kejadian buruk beruntun. Diculik, di perlakukan seperti peliharaan, lalu kembali ke Indonesia mendapati kabar tidak menyenangkan dari sang kekasih yang telah menikahi seseorang. Tak cukup semua kepedihan itu, ia pun kembali harus menerima sebuah perbuatan yang bukan saja melecehkan dirinya sebagai seorang wanita namun juga merenggut semua hak dan harga diri yang ia miliki.Ilona benar-benar tidak menyangka
Ilona menarik napas dalam-dalam sambil memejamkan mata. Ketika kedua matanya terbuka ia pun berbalik.PLAKTangan kanannya mengalun begitu saja. Memberikan tamparan keras pada wajah sang Adonis. Siapa lagi kalu bukan Christian Archer.“Aha!”Terdengar kekehan dari bibir pria itu. Ia membawa tangannya memegang sebelah pipi yang terasa panas. Pria itu mulai mengembalikan posisi wajahnya.“Kau pikir kau siapa, hah?!”Urat-urat di wajah Ilona begitu tampak. Sanggup menggambarkan emosi yang sedang dialaminya. Bibir gadis itu tak bisa berhenti bergetar seiring dengan kepalan tangannya yang kembali mengencang. Ingin sekali ia menghantam rahang pria di depannya.Kekehan Christian berubah menjadi tawa sinis. Pria itu mendongak sekilas lalu kembali menatap Ilona. Dengan cepat ia meraih kedua tangan Ilona. Mencengkram pergelangan tangan gadis itu, begitu kuat.Ilona tersentak. Ia mendongak memberikan tatapan nyalan
Sepintas terdengar suara melenguh. Samar-samar pandangan yang memburam pun mulai terlihat ketika sepasang kelopak mata memaksa untuk terbuka. Ada rasa seperti terbakar di tenggorokkan yang membuat Ilona sontak memegang lehernya.“Ehh ….” Ilona meringis. Tenggorokkannya begitu perih. Suaranya tercekat. Berkali-kali gadis itu mencoba berdehem namun makin ia melakukannya, semakin tenggorokannya terasa perih. Ia mencoba menelan ludah berkali-kali, berharap akan terjadi perubahan namun, Ilona pasrah saat tenggorokannya tidak membaik.Bukan hanya tenggorokkan. Matanya sulit terbuka. Sebam di wajahnya makin kentara. Sementara kepalanya berdenyut membuat penglihatannya memburam dan seperti berputar. Telinganya pening. Napasnya juga terasa panas menyapu kulit wajahnya.“Ck!” Hanya decakkan kesal yang bisa keluar dari bibir gadis itu.Ilona tak ingat bagaimana ia kembali berada di atas ranjang. Hal terakhir yang ia ingat adalah ia sed
Sebuah pulau yang kerap kali menjadi tempat impian beberapa orang untuk dapat melangsungkan pernikahan. Pemandangan laut yang indah dengan segala kemegahan langit. Mengikat perjanjian suci di bawah matahari yang hampir menyentuh tempatnya. Bukankah terdengar begitu romantis? Dimana lagi tempat itu kalau bukan Bali. Tempat beberapa pesohor dan orang-orang berduit menyelenggarakan pernikahan. Dalam sebuah tempat sakral tak jauh dari tepian pantai, seorang pria telah menunggu di atas altar. Tuxedo berwarna putih tampak begitu elegan membalut tubuh atletisnya. Ada tiga orang pria bersetelan jas hitam mereka merupakan anak buah yang hari ini menjadi kerabat dari mempelai pria. Dan salah satu dari mereka memegang sebuah kotak berwarna merah tempat dua benda yang akan menjadi simbol suci pernikahan. Seorang pria pertengahan lima puluh, tampil dengan setelan jas formal berwarna hitam. Berdiri berdampingan bersama sang mempelai pria. Dialah yang nantinya akan mengikat
[–FLASHBACK–]_____________Madison Vila, Denpasar – Bali.11.32 AM***“Mr. Kent ….”Nama itu mengalun pelan dengan lirihan yang tertahan. Mata Ilona terasa perih. Ada sesuatu yang membuat dadanya terasa ngilu ketika menatap sepasang iris berwarna hijau di depannya. Dalam jarak yang sangat dekat.“Aku merindukanmu.”Dengan suara baritone berat yang terus mengalun di depan telinganya. Ilona tak bisa berbuat apa-apa. Air matanya mengalir begitu saja membasahi wajahnya. Suara tangisannya mulai terdengar. Ia menunduk.Entah harus bersyukur atau malah merasa makin takut. Entahlah. Tak ada yang jelas dari perasaannya ini. Ilona ingin berharap jika semua ini hanya mimpi namun sentuhannya begitu nyata.Angin mendorong tubuh itu menjauh membuat Ilona merasakan kekecewaan yang besar jauh di lubuk hatinya yang terdalam.“Mr. Kent,” Kembali ses
NGURAH RAI, International Airport11.58 AM_________Sebuah mobil van berwarna hitam melesat dengan cepat memasuki landasan pesawat. Tak perlu pemeriksaan khusus lagi karena mobil tersebut telah mendapatkan label pada plat hingga sang supir hanya perlu mengangkat tanda pengenalnya saat melewati penjagaan menuju landasan.Di sudut landasan, terparkir pesawat jet bertuliskan Kenedict Archer’s. Jelaslah siapa pemilik pesawat super cepat itu.Mobil yang membawa Kenedict dua orang lainnya langsung terparkir di depan tangga yang telah siap menunggu mereka. Tanpa menuggu Massimo, Kent langsung mendorong pintu belakang. Pria itu tak pernah sekalipun melonggarkan genggaman tangannya pada pergelangan tangan Ilona.“Mr. Kent,” panggil Ilona. Ia sedikit menarik pergelangan tangan Kenedict dengan satu tangannya yang bebas. Kent menoleh, mendapati wajah gelisah dari gadis itu.“A
“Lalu siapa gadis itu, Mr. Kent?” tanya Ilona. Beberapa pemikiran kembali berkelebat di dalam kepalanya.Kent menyeringai. Menurunkan tangan kanannya dari atas sandaran kepala bersamaan dengan melepas pangkuan kaki. Bunyi gesekan dari kain baju Kent menggema, membuat Ilona bergeming. Sekilas menatap ke arah dua paha yang barusan menjauh itu. Entah kenapa, menatapnya membuat Ilona bergidik.Tubuh Kenedict bagai magnet yang memanggil nyawanya untuk menatap pria itu. Sampai sejauh ini, Ilona masih tidak mengerti mengapa manusia bernama Kenedict Archer itu selalu sanggup melucuti pandangannya.“Gadis itu … dia salah satu gadisku,” ucap Kent begitu enteng.Pria itu tidak menyadari jika jawabannya barusan begitu berpengaruh pada Ilona. Selapis bening cairan kembali terbentuk pada manik berwarna cokelat milik Ilona. Gadis itu mencoba membohongi perasaannya. Ia memalingkan wajah ke samping.‘Gadisku.’Ilona
CALIFORNIA, USA__________________Tak ada pertanyaan lagi yang keluar dari bibir Ilona. Ia telah mendapatkan jawaban atas semua pertanyaannya. Kecuali, satu hal. Sejak turun dari pesawat ia telah begitu gelisah namun masih saja ia mencari waktu yang tepat untuk kembali bertanya. Mereka dalam perjalan yang entah kemana Ilona tak ingin tahu lagi. Baginya, yang terpenting sekarang ia telah terlepas dari kekangan Chris."Mr. Kent," panggil Ilona.Yang di panggil hanya menoleh dengan tatapan datar. Seketika membuat Ilona mengurungkan niatnya untuk meneruskan pertanyaan. Gadis itu kembali membawa tatapannya keluar jendela. Satu tangan menopang wajah, ia membawa punggung jari telunjuk ke bibir sebagai bentuk pelampiasan.Segala pertanyaan yang telah ia timang dalam hati, nyatanya tak sanggup ia ucapkan. Hanya satu. Ilona hanya ingin tahu keberadaan keluarganya. Hanya itu."Mr. Kent," panggil Ilona s