Happy Reading and Enjoy!
Chapter 24
On New Deal
"Dari mana saja kau?" tanya Gabe sembari menegakkan punggungnya.
Sidney menelan ludah, tatapan dingin Gabe menciutkan sebagian nyalinya. Tetapi, ia tahu tidak akan terhindar dari cercaan pertanyaan yang akan didapatkan dari Gabe. "Aku ada urusan di Glamour Entertainment."
Gabe menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. "Sejak tadi malam?"
Sidney melangkah memasuki ruang kerjanya dan menutup pintu. "Aku menggantikan Leonel di pertemuan pagi seperti biasa dan kau tidak perlu bersikap seperti ayah dari gadis kecil yang baru saja mengalami puber, oke?"
Gabe tampak tidak senang dengan jawaban Sidney, ia bangkit dari duduknya. "Di mana kau tadi malam?"
Sidney mendengus pelan. "Gabe, tidak semu urusanku harus kau ketahui."
Happy reading and Enjoy!Chapter 25Palma and Beach"Kau yang menginginkan untuk mencoba hubungan serius."Menurut Sidney, membuat kesepakatan baru bersama Gerald adalah kesalahan besar. Ia menggelengkan kepala. "Tidak. Itu kesalahanku dan kau juga memiliki Melanie.""Aku akan mengatasi hubunganku dengan Melanie, dan aku telah menjelaskan pada orang tua kita.""Dan?" Sidney ingin tahu apa tanggapan keluarganya tentang apa yang telah terjadi pada Gerald."Orang tuamu....""Mereka tidak masalah jika aku ingin memutuskan pertunangan kita," potong Sidney dengan nada sangat yakin. "Aku tidak salah, 'kan?"Gerald mengangguk. "Ya."Sidney menghela napas lega. "Nah, aku hanya harus membicarakan hubungan kita secara pribadi denganmu kemudian ki
Happy reading and Enjoy!Chapter 26Listen to YouSidney mengakhiri panggilan Alva kemudian melompat turun dari tempat tidur dan berlari ke luar sari kamar. Ketika menuruni tangga, ia bertemu Alexander, ayah tirinya yang sedang duduk di kursi.Alexander tidak sendirian karena seorang balita memiliki rambut berwarna cokelat keemasan dengan mata berwarna biru bersamanya, balita itu duduk di atas meja bersama beberapa mainan yang berjajar di depannya dan tentunya mengoceh menggunakan bahasa yang hanya dimengerti oleh bayi itu.Sidney mendekati mereka. "Dad, selamat sore," sapanya kepada Alexander kemudian mengelus rambut balita bernama Dylan dengan lembut lalu membungkuk untuk mengecup pelipis anak itu. "Kau di sini rupanya, Sayang?"Balita itu memandang Sidney sekilas dan berucap, "Ney...." Ia mengambil satu potongan puzzle dan
Happy reading and enjoy!Chapter 27Is He a Good Father?Ia dengan cepat mendekati Leonel dan langsung melotot kepada saudara kembarnya. "Apa-apaan kau ini?""Hai, Dylan. Kau tampan seperti aku," ucap Leonel seraya mencubit pipi keponakannya.Sidney mendengus. "Kenapa kau membawa Alva ke sini?"Leonel melirik ke arah Alva. "Aku tidak ingin melewatkan kesempatan untuk menjamu makan malam salah satu pemain bola favoritku di rumah kita.""Kau ini!" ketus Sidney.Leonel terkekeh. "Kenapa kau sewot?"Benar. Kenapa Sidney harus sewot karena Leonel membawa Alva ke tempat tinggal mereka? Bukankah Leonel berhak membawa siapa pun? Dan lagi pula bukan pertama kali juga Leonel menjamu aktor maupun orang penting lainnya dengan mengadakan makan malam bergaya san
Happy reading and Enjoy! Chapter 28 Sidney's Dream Sidney berdiri di balkon rumah yang menghadap halaman belakang, dari sana ia bisa melihat pemandangan keluarganya yang terlihat bahagia dalam kebersamaan dan Alvaro Leonard, sang bintang sepak bola itu berada di tengah-tengah mereka. Pemandangan yang sangat menghangatkan perasaannya. Tidak jauh darinya Sophia berdiri dengan posisi yang sama, ia juga menatap keluarga Johanson yang sedang larut dalam suasana hangat menjamu seorang pemain sepak bola ternama. "Leonel pandai memilih siapa yang dijadikan rekan bisnisnya, ya?" ucap Sophia seraya tersenyum. "Dia seperti ayah kalian, ayah kalian selalu matang dalam memperhitungkan segala sesuatu." Ayahnya hanya kurang beruntung dalam percintaan. Tapi, sudahlah. Itu masa lalu yang bukan urusannya dan juga ayahnya telah menikahi He
Happy reading and enjoy! Chapter 29 Poker Terlalu banyak kebetulan yang Sidney hadapi meski sebenarnya di dunia ini tidak ada kebetulan, apa pun itu karena semuanya telah diatur. Tetapi, Sidney lebih menyukai menyebutnya kebetulan karena ia duduk tepat di depan Alva. Tidak dipungkiri jika Sidney merasakan gugup meski mereka pernah lebih dekat dari pada sekedar duduk di meja makan berhadapan. Saking gugupnya, Sidney hingga tidak berselera dengan makanan di piringnya karena sejujurnya ia lebih berselera dengan pria di depannya. Ya Tuhan. Dahi Alva terlihat sedikit berkeringat, mungkin karena ia terlalu banyak berdiri di depan mesin barbeque. Terlihat sangat seksi seperti seorang model iklan produk rambut pria, jari-jarinya tampak kokoh mencengkeram garpu dan pisau, otot lengannya.... Sidney tahu sepe
Happy reading and enjoy!Chapter 30Goal Challenge"Nah, kebetulan kau datang, Gabe," ujar Leonel seraya menyerahkan gelas berisi sampanye kepada Gabriel. "Tolong, gantikan hukumanku.""Tidak, kecuali Sidney yang kalah baru aku menggantikannya," ujar Gabe.Leonel berdecak. "Sekali ini saja." Gabe menyingsingkan lengan kemejanya seraya menatap Alva. "Hai, Tuan Leonard. Apa kabarmu? Tidak menyangka kita bertemu lagi dan di sini," sapanya dengan nada sangat ramah.Alva tersenyum ramah. "Ya. Senang bertemu kembali denganmu."Gabe duduk di samping Sidney dan menarik gelas yang diberikan Leonel ke arahnya. "Sayang sekali tadi aku tidak bisa bergabung bersama kalian, ada pertemuan yang harus kuhadiri." "Akhir-akhir ini kau sibuk sekali, ya?" tanya William. "Ya. Lumayan, tapi sebenarnya yang paling membuatku sibuk adalah perusahaan yang dipegang Sidney," jawab Gabe setelah menyesap sampanye kemudian meletakkan gela
Happy reading and enjoy!Chapter 31PosesifAlva menciumi Sidney dengan rakus, terburu-buru, dan serakah. Lidahnya membelai lidah Sidney, membelitnya, kemudian menariknya. Satu lengannya menahan punggung Sidney sedangkan satu tangannya bergerak liar di antara paha Sidney."Gabe menunggu kita," erang Sidney memanfaatkan jeda dalam cumbuan bibir Alva yang sepertinya bahkan enggan untuk memberikan sedikit ruang untuknya menghirup oksigen."Persetan dengan sepupumu," ucap Alva, ia menyusurkan bibirnya di bibir Sidney seraya memperdalam jemarinya di dalam bagian sensitif Sidney."Aku bertaruh dia akan menyusul kita ke sini." Sidney tahu betul karakter Gabe, ia yakin dengan ucapannya tetapi sepertinya tidak berniat menjauhkan tangan Alva. Sidney justru mengaitkan satu kakinya ke pinggang Alva dan menekankan dadanya ke tubuh Alva. "Memangnya kenapa kalau dia ke sini?" Alva dengan lembut menggigit bibir bawah Sidney, dijilatnya bibir itu menggunakan ujung lidah dan
Happy reading and enjoy!Chapter 32Spanish"Apa kau sudah melihat gosip hari ini?" "Ya. Melanie putus dengan pacarnya.""Apa menurutmu...." Suasana hening beberapa detik kemudian salah saat dari mereka berucap, "Jika itu benar, aku benar-benar tidak menyangka." Ia berdehem pelan. "Maksudku dia... terlihat seperti wanita yang sangat bermartabat." "Pria itu juga mengirimkan seikat bunga pagi ini." Dirinya sedang menjadi sasaran empuk gosip karyawannya sendiri. Tentunya karena kemunculan Gerald di kantornya kemarin dan mereka langsung berasumsi sesuai dengan apa yang mereka lihat tanpa tahu cerita sebenarnya.Sialan! Sidney menghela napasnya dan mengurungkan niatnya masuk ke dalam pantri kantor padahal ia sedang memerlukan bantuan kafein agar ia dapat berkonsentrasi memeriksa angka-angka yang tidak sedikit pada tumpukan kertas di atas mejanya.Semua yang didengar pagi itu jelas sangat m