✔️RATE✔️KOMENT✔SHARE️✔️ HAPPY READING
Chapter 7
Look Like a Couple
Alva mengakui Sidney memang wanita yang tidak mudah menyerah, terbukti wanita itu bersedia menerima tantangannya padahal jelas-jelas di medan off-road, Sidney kewalahan. Wanita itu ragu-ragu menginjak pedal gas Jeep-nya, atau mungkin lebih tepatnya memang tidak terlalu mahir menyetir.
Sedikit tidak sabar Alva menginjak rem kemudian keluar dari Jeep-nya, ia berkacak pinggang tepat di tengah area off-road untuk menghadang Jeep yang dikendarai Sidney.
"Ada masalah?" Sidney melongok melalui jendela mobil.
Alva memberikan kode kepada Sidney untuk membuka kunci pintu Jeep lalu menarik hendel pintu. "Kurasa kau memerlukan sedikit bantuan."
Ia telah menyelesaikan beberapa putaran, sedangkan Sidney menjalankan Jeep seperti mengendarai seekor unta.
"Sama sekali tidak," sahut Sidney.
"Kau memerlukannya agar Jeep ini bisa berjalan selayaknya Jeep, bukan seperti unta kelaparan di tengah gurun pasir."
Sidney justru tertawa renyah sembari bergeser ke kursi samping kemudi. "Medannya mengerikan, aku takut terperosok ke dalam pasir."
Alva duduk di bangku kemudi lalu meraih sabuk pengaman untuk mengenakannya. "Seharusnya Tuan Putri mengatakan sejak awal jika tidak mahir menyetir."
Sidney memutar bola matanya sambil meraih sabuk pengaman dan memasangnya. "Apa alasan itu bisa kau terima?"
Bibir Alva melengkung membentuk senyuman. "Tidak, aku tidak terbiasa menerima alasan untuk sebuah penolakan."
"Nah, sekarang kau lihat sendiri, 'kan? Aku tidak akan menang dalam balapan ini."
Alva melepaskan kacamatanya. "Ya, aku percaya karena melihat buktinya."
"Jadi, kesepakatan kita batal?"
Alva memindahkan persneling Jeep kemudian menginjak pedal gas perlahan. "Kau kecewa jika kesepakatan kita gagal?"
Tentu saja kecewa jika kesempatan keduanya hangus kembali. "Aku senang jika...."
Sidney memekik tanpa sempat menyelesaikan kalimatnya karena Alva menginjak pedal gas terlalu dalam dan membawa Jeep itu melesat, sesekali bermanuver, dan terkadang melewati gundukan pasir yang lumayan tinggi membuat Jeep itu seolah terbang.
Awalnya ketegangan menyelimuti Sidney, ia merasakan ngeri saat tubuhnya terombang-ambing ke kanan dan ke kiri karena cara Alva mengemudikan Jeep yang tidak beraturan. Tetapi, selang beberapa menit ketegangannya mulai melunak dan digantikan dengan umpatan juga tawa bersama Alva hingga batas waktu sewa Jeep berakhir dan mereka berjalan keluar dari area off-road.
"Mau mencoba tempat lain di sini?" tanya Alva seraya menghentikan langkahnya untuk memperbaiki letak posisi kain di kepala Sidney yang sedikit berantakan.
Sidney merasakan jika wajahnya kembali menghangat. "Tempat apa itu?"
Alva melirik jam tangannya. "Tidak jauh dari sini ada tempat untuk menikmati sunset sambil menunggang unta."
"Kedengarannya menarik." Sidney mendongak dan tatapan matanya bersobok dengan tatapan Alva. Ya Tuhan, sorot mata cokelat gelap itu seolah menerobos ke dalam jantungnya. Sidney mengerang di dalam benaknya.
"Kurasa menunggangi unta lebih cocok untukmu dari pada mengendarai Jeep."
Sidney melotot dan meninju lengan Alva dengan pelan. "Aku tidak terbiasa ugal-ugalan di jalan raya."
Alva terkekeh. "Aku juga tidak. Biar kutebak kau biasa dimanjakan oleh sopir pribadi sejak kecil, 'kan?"
Sidney menyeringai. "Sama sekali tidak, kami anak-anak keluarga kami tidak semanja itu, kami tidak memiliki sopir pribadi." Kecuali adiknya, Alexa yang tidak bisa menyetir."
Ia berdehem pelan. "Mau mencoba naik unta? Setelahnya kita bisa menonton tarian padang pasir... Belly Dance."
"Belly Dance?" Sidney menyipitkan sebelah matanya seolah sedang menghakimi Alva. "Tarian.... pinggul?"
"Kau bisa menilai Belly Dance dari dua sudut pandang, sebagai tarian atau sebagai olah raga."
Sidney mengangkat kedua alisnya dan melangkah diikuti Alva. "Dan sudut mana yang kau gunakan?"
"Aku pria normal," kata Alva tanpa nada tersinggung seraya menaikkan sebelah alisnya. "Aju menyukai bokong yang indah."
Bokong yang indah. Ya, semua pria menyukai bokong dan payudara yang besar. Sepertinya. "Well, pergilah ke sana jika kau ingin melihat bokong yang indah. Tapi, aku lebih baik kembali ke hotel."
"Kita tidak perlu terburu-buru untuk kencan malam ini."
"Hah?" Apa aku terlihat terlalu gugup dan menantikan malam? "Aku perlu istirahat, bukan untuk kencan kita."
"Kalau begitu tidak perlu terburu-buru kembali ke hotel, maksudku jika kau tidak ingin pergi menikmati sunset di padang pasir, kita bisa mencoba tempat lain."
Sidney menyeringai. "Aku dan Aliyah memiliki janji untuk menikmati sore ini kemudian kami berencana makan malam, ada beberapa hal yang perlu kami bicarakan sebelum dia pergi berbulan madu dan aku kembali ke London."
Alva menyipitkan sebelah matanya. "Aliyah tidak mengatakan jika kalian memiliki janji."
Sejak Alva muncul menggantikan sopir yang disiapkan Aliyah, Sindey tahu jika Aliyah dan Grant terlihat dengan skema permainan yang disusun oleh Alva. Tetapi, ia tidak sedikit pun merasa tersinggung.
"Karena aku baru saja menghubunginya—saat kau sedang mengurus sewa Jeep." Sidney menggigit bibirnya.
Menaiki unta dan menonton pertunjukan Belly dance terdengar menyenangkan, tetapi berbahaya baginya karena ia datang bersama Alva. Bisa saja ada beberapa orang mengunggah foto Alva ke media sosial dan sangat besar peluangnya akan terseret ke salam gosip, ia enggan berurusan dengan hal-hal merepotkan semacam itu.
"Apa Grant ikut bersama kalian?"
"Tidak, dan jangan berpikir kau bisa mengikutiku hari ini hanya karena kesepakatan kita." Sidney memberanikan diri terang-terangan menatap mata Alva. "Dengar, aku tidak tertarik dengan hubungan apa pun di antara kita selain kencan malam ini."
Alva boleh menang dua langkah terhadapnya hari ini, tetapi bukan berarti pria itu bisa dengan mudah menguasainya seharian penuh.
"Aku tidak berpikir begitu, kupikir jika Grant bergabung bersama kalian, kita bisa makan malam berempat...."
Sidney tertawa. "Agar seperti dua pasangan?"
"Jika kau mau."
Sidney berhenti di samping pintu mobil. "Kesepakatan kita tidak sejauh itu."
Alva menelan ludah karena ucapan Sidney yang dinilainya sedikit bernada memperingatkan, mengingatkan batas di antara mereka dan sikap Sidney membuat jantungnya seakan tergores. Ia tidak menyukai jarak yang terus-menerus dibentangkan oleh Sidney. Tetapi, selain membuka pintu mobil untuk Sidney kemudian menyetir menuju ke hotel sembari tetap berusaha menjaga komunikasi dengan Sidney agar wanita itu tidak merasa terancam olehnya, Alva tidak bisa berbuat apa-apa.
Bersambung....
Jangan lupa tinggalkan jejak komentar dan RATE.
Terima kasih dan salam manis dari Cherry yang manis.
🍒❤️
✔️RATE✔️KOMENT✔SHARE️✔️ HAPPY READINGChapter 8Too LateSidney kembali ke hotel dan membersihkan tubuhnya kemudian menyiapkan dirinya untuk bertemu Aliyah. Ia mengenakan one set berwarna abu-abu muda dengan gaya top crop dan celana longgar di atas mata kaki dipadukan dengan sandal hak tinggi rancangan Grace Johanson, sedangkan rambutnya ditata dengan gaya ekor kuda yang lumayan tinggi.Di bangku restoran tepi kolam renang hotel yang menghadap ke pantai dan menyajikan pemandangan langit berwarna jingga, ia tidak menemukan Grant, hanya ada Aliyah di sana. Wanita berambut hitam pekat itu mengenakan celana berbahan jeans dipadukan dengan atasan lengan panjang berbahan tipis nyaris transparan berlengan panjang dengan potongan leher rendah di dadanya dan rambutnya dibiarkan tergerai panjang hingga mencapai pinggangnya."Aku tidak melihat suamimu, di mana dia?" tanya Sidney setelah sed
✔ RATE️✔ Coment️✔️Share✔️ Happy ReadingChapter 9Let's EndSekali lagi Alva tersenyum seraya menatap layar ponselnya dan meski telah berulang kali ia membaca pesan itu tetapi rasanya masih menarik untuk diulang. Sidney memang di luar prediksinya, wanita itu memiliki perhitungan yang sulit untuk dilawan dan ia yakin jika wanita itu memiliki kecerdasan yang luar biasa.Hai, tentang rencana kita malam ini, tolong beritahu aku di mana kau berada. Aku akan tiba pukul dua belas.Sidney Johanson.Pesan yang dikirimkan bernada ambigu dan bagian terakhir sangat mencengangkan karena nama keluarga wanita itu adalah Johanson.Alva pernah mendengar nama Johanson. Setidaknya salah satu perusahaan entertainment yang terkemuka dimiliki oleh Johanson Corporation. Ia menyangka Sidney adalah rekan bisnis Aliyah seperti yang lain, nyatanya anggapannya salah
✔ RATE️✔ Coment️✔️Share✔️ Happy ReadingChapter 10How Old You?Alva mengecup bibir Sidney perlahan kemudian matanya menjelajahi seluruh wajah cantik Sidney. Ia menyingkirkan rambut di pipi Sidney, menjepitnya di belakang telinga dan berucap, "Apa aku terlalu kasar?"Sidney perlahan membuka matanya dan pandangannya bersobok dengan mata cokelat pekat pria yang baru saja mencumbui bibirnya untuk pertama kali, juga ciuman pertamanya. Kenarin malam, Alva memang mengecup bibir Sidney, tetapi kecupan itu hanya sebatas kecupan. Bukan ciuman apa lagi cumbuan dalam seperti yang barusan mereka lakukan."Kau melakukannya dengan baik," ucap Sidney dengan pelan. Entah baik atau tidak, yang jelas ia menikmati cara Alva mencumbui bibirnya.Bibir Alva melengkung membentuk senyuman, ujung jemarinya menyentuh alis Sidney. "Kurasa kita perlu beberapa gelas wine."
✔ RATE️✔ Coment️✔️Share✔️ Happy Reading Chapter 11 No Plan for Lover Sidney mengira kencannya dengan Alva berakhir dengan cepat setelah Alva mendapatkan pelepasannya yang pertama. Tetapi, ia salah karena Alva ternyata menyatukan kembali tubuh mereka. Diam-diam Sidney menghela napas lega sembari berusaha membiasakan diri terhadap Alva yang memenuhinya, sesak dan masih terasa nyeri meski dibandingkan rasa sakit saat pertama Alva memasukinya kali ini ada rasa lain yang lebih menyiksanya. Perasaan menuntut di dalam tubuhnya yang berdenyut-denyut hebat. Ia mencoba mengimbangi gerakan pinggul Alva, mencoba menyelaraskan setiap benturan tubuh mereka. Sorot mata Sidney mendamba menatap Alva yang bergerak di atasnya dengan lembut. Erangan Sidney dan geraman Alva berbaur di udara, tidak ada lagi bayangan Gabe yang menyusulnya ke Dubai, tidak ada lagi bayangan Geral
✔ RATE ️✔ Coment ️✔️ Share ✔️ Happy Reading Chapter 12 Breakfast Untuk pertama kali sejak ia memutuskan tinggal di London, Sidney belum pernah merasakan marah kepada Gabriel hingga ingin mencekik sepupunya yang untuk pertama kali pula tidak mendengarkannya. Biasanya Gabe selalu mendengarkan apa pun yang Sidney ucapkan, bahkan jika Gabe berniat mengencani wanita dan Sidney tidak menyukai wanita itu, Gabe akan menjauhi wanita itu. Namun, kali ini Sidney hanya meminta Gabe untuk menunggunya di restoran dan Gabe tidak bersedia. Gabe memaksa Sidney agar membukakan pintu kamarnya dan seperti halnya Gebe yang bersikukuh dengan keinginannya, Sidney juga melakukan hal yang sama. Ia mengacuhkan panggilan Gabe dan mengguyur dirinya di bawah shower meski sedikit terburu-buru, ia tidak ingin mengambil risiko tampil di depan Gabe dengan keadaan sangat buruk te
✔️ RATE️✔ Coment️✔️ Share✔️ Happy ReadingChapter 13How EmbarasedSidney mencoba untuk tidak memikirkan Alva, tetapi usahanya sia-sia. Sepertinya.Setiap kali membuka aplikasi Instagram, secara tidak bisa dicegah oleh dirinya sendiri, jemarinya mengetik nama Alvaro Leonard dan menekan tombol cari. Kemudian saat ia membuka aplikasi pesan WhatsApp, ia juga dengan sengaja melihat percakapan mereka sebulan yang lalu.Andai tidak terlibat kencan satu malam, pastinya ia tidak perlu merasakan perasaan resah yang melanda batinnya ditambah lagi dengan tubuhnya yang bereaksi mendambakan Alva setiap kali ia mengingat bagaimana telapak tangan pria itu membelai kulitnya, bagaimana bibir Alva menjelajahi leher dan dadanya. Mengingat bagaimana kulit Alva bergesekan dengan kulit terdalamnya, bagaimana pria itu menggeram saat mencapai pelepasan.Sekar
 ✔️ RATE️✔ Coment️✔️Share✔️ Happy Reading Chapter 14 Trying with Her Finance Sidney urung melangkahkan kakinya, ia mundur dua langkah kemudian berbalik dan berjalan dengan cepat menuju halaman belakang di mana ibunya sering menghabiskan sore hari di sana bersama ayah tirinya sedang menikmati teh dan biskuit sembari berbicara santai dan bercengkerama. Kebahagiaan menyelimuti kedua orang itu, Sidney sama sekali tidak menyangsikannya. Ayah tirinya sangat mencintai ibunya begitu pula sebaliknya terlihat dari
 ✔️ RATE️✔ Coment️✔️Share✔️ Happy Reading  Chapter 15 Deal with Gerald Lima hari kemudian tepatnya Senin malam Sidney dengan anggun melangkah memasuki restoran yang dipilih untuk makan malam bersama Gerald, ia mengenakan gaun berwarna ungu berbahan satin berkualitas tinggi bertabur glitter lembut yang berkilauan. Gaun itu dirancang dengan bentuk leher V rendah, bagian perut dibuat menyerupai korset dengan lipata