Bab 167. Pertemuan Dinda Dengan Aisyah
==========
“Tapi, Mas Raja juga keren, kok, Pak. Iya, kan, Kak? Dan sepertinya, Mas Raja naksir Kak Rika, deh, hehehehe …,” celetuk Arfan membuat wajah Rika merona.
“Hust! Arfan!” Rika melotot, tetapi langsung menunduk.
“Kak Rika juga suka, kan? Ya, Allah, semoga Kakakku berjodoh dengan Mas Raja, aamiin.”
“Arfan!” Rika mencubit gemas pipi adiknya, jelas terlihat dia semakin tersipu.
“Amini, dong, Kak. Masa malah dimarahin!” Arfan tertawa melihat wajah kakaknya 
Bab 168. Raja Dan Rika Bertemu Di Rumah Sakit==========Dua orang bocah perempuan berlari di koridor rumah sakit. Pak Dadang, sang supir pribadi mengiringi mereka. Alina tertinggal di belakang, di dorong dengan kursi rodanya oleh seorang perawat pribadi.“Mama … Mama ke mana aja, sih, kita kan, kangen!” Rena dan Tasya langsung menghambur memeluk Aisya begitu mereka tiba di kamar rawat Deva.“Iya, Sayang. Maafin Mama, ya. Papa kalian sakit, tapi sekarang udah sebuh, kok. Makanya kalian di jemput untuk datang ke sini.” Alsiya membelai dan menciumi kedua putrinya.&n
Bab 169. Rika Terluka=========“Selamat sore! Eh, Mama udah datang jenguk Mas Deva? Maaf, Kami baru datang, tadi ada urusan penting. Hey, ada Rika juga, ya?”Raja berdiri di ambang pintu. Seorang gadis berhijab ada di sampingnya, tersenyum begitu manis kepada mereka semua.Rika tersentak kaget. Gadis itu bagai membeku di tempat berdirinya.“Kapan datang, Rika?” Raja tersenyum hangat ke arah Rika. Pria itu lalu menghampiri mereka. Menyalam dan mencium tangan ibunya, lalu menatap lembut kepada gadis itu. Sementara Aisyah masih berdiri di ambang pintu.“Ba … ba &helli
Bab 170. Tak Semua Perempuan Seberuntung Alisya============“Maaf, saya udah waktunya kembali pulang. Mohon jizin, ya!” Tetiba Rika bangkit. Pembicaraan Alina dengan Aisyah terpaksa terhenti.“Lho, kok buru-buru? Mbak Rika baru aja sampai, lelahnya juga belum hilang, kan? Perjalanan Mbak Rika jauh, lho?” Alina terkejut.“Maaf, Bu! Sebenarnya saya udah janji dengan supir taksi yang tadi mengantar saya kemari, kebetulan ayah saya juga sedang di rawat di rumah sakit dekat rumah. Makanya agak buru-buru. Maaf, ya, Bu. Gak bisa lama.”&n
Bab 171. Anestesi Cinta===========“Saya turun di sini saja, Pak!” kata Rika setelah beberapa saat mobil yang membawanya meninggalkan rumah sakit.“Kenapa di sini? Ini jalan raya, lho?” Dr. Ilham menolak.“Eh, Dokter yang di ruangan Pak Deva tadi, kan?” Rika tersadar, mata jernihnya menoleh pria yang kini tak lagi memakai seragam putihnya. Penampilannya kini tampak berbeda. Tadi terlihat begitu dewasa dan berkharisma. Hinga Rika enggan bahkan minder untuk menyapanya. Sekarang pria itu terlihat seperti pemuda pada umumnya. Tampan, selalu tersenyum, dan begitu hangat sikapnya. Seolah-olah, Rika adalah
Bab 172. Aku Ingin Itu, Mas==========Rika terpana. Bahkan Raja belum sempat menyatakan isi hatinya. Kenapa dia merasa begitu sakit saat tahu Raja telah punya kekasih? Toh, pria itu belum menyatakan apa-apa. Lalu pria ini? Kenapa dia tampak begitu menyayangi dirinya, padahal ini kali pertama mereka bertemu.Apa arti semua ini? Adakah rasa yang sempat tumbuh kepada Mas Raja hanyalah langkah untuk aku bertemu dengan Dokter ini? Apakah ini hikmah dari sakit hati karena aku merasa dipermainkan oleh Mas Raja? Ya, Tuhan, aku tak paham dengan semua ini. Hanya kumohon pada-Mu, tolong hindarkan aku dari orang-orang kaya yang berniat tak baik padaku. Aku 
Bab 173. Vitamin Cinta Alisya==========Alisya bangkit dari duduknya. Kini wanita itu berdiri tepat di sisi ranjang. Alisya mengikis jarak di antara wajah mereka. Deva menunggu. Menanti sentuhan hangat penuh cinta dari bibir lembut istrinya. Tangan kanannya melingkar di bahu Alisya, saat keduanya terpaut menjadi satu. Pagutan itu masih sangat lambat, namun desir kerinduan tertangkap dengan jelas.“Ups, maaf!”Sepasang pengantin baru itu tersentak kaget. Seseorang masuk ke dalam ruangan itu tanpa permisi. Segera Alisya tegak berdiri, merapikan kembali rambut dan blus yang dikenakannya. Menyapu bibirnya dengan ujung jemari, seolah sesuatu masih menempel di sana. Wanita it
Bab 174. Ardho Dibebaskan Deva===========Dr. Robert menyapu wajahnya dengan kedua telapak tangan. Alisya makin gelisah.“Bahkan Tiara sempat melarang saya melakukan ini. Kami sempat bertengkar, karena hal ini. Entah mengapa dia menolak rencana saya menemui Pak Deva. Katanya itu tak akan berhasil, padahal Pak Deva begitu bijaksana, saya tahu itu. Pak Deva pasti akan mengabulkan permintaan saya. Tapi, maaf ini gak ada hubungannya dengan jasa saya karen telah berhasil membuang tumor ganas di otak Bapak. Tidak ada hubungannya sama sekali. Saya memohon ini, hanya mengharapkan kebijaksanaan Pak Deva saja. Bahwa saya memang benar-benar sedang membutuhkan pertolongan dari Bapak. Itu saja.&
Bab 175. Janji Di Rumah Sakit===========“Ok, aku minta maaf. Aku harus bagaimana, Sayang! Tolong beritahu aku. Aku janji akan mengikuti apa mau kamu.”“Kamu gak akan bisa, Mas. Watak asli kamu mamang seperti itu, lanjutkan saja! Aku bisa apa.”“Katakan, Sya! Aku harus bagaiamana?”“Kenapa Mas Deva memutuskan sendiri permintaan Dr. Robert tadi. Asal Mas Deva tahu, Tiara sudah menemuiku terlebih dahulu, dia dan Mamanya memintaku hal yang sama. Pada saat itu, Mas Deva baru saja keluar dari ruang ICU. Itu sebab aku tak mau memenuhi keinginan Tiara. Bagaimana bisa aku mengeluarkan pembunuh suamiku dari penjara