Bab 35. Signal Dari Deva Mulai Terasa
========
“Rena Sayang! Ini mama, Nak!” Wanita itu membelai lembut pipi putrinya.
Mata sang bocah mengerjap lemah.
“Jangan dipaksa dulu, Bu! Biar putri ibu lebih tenang dulu, ya! Yang penting dia sudah melihat keberadaan Ibu di sini. Itu akan membantu dia segera kuat kembali,” ujar salah seorang Dokter yang menangani Rena.
“Baik, Dok! Tetapi anak saya udah baik-baik saja, kan, Dok?”
“Sudah, Bu. Cairan yang sempat merendam seluruh organ tubuhnya sudah kita keringkan. Tinggal masa pemulihan saja. Selanjutnya kita akan berusaha menyembuhkan traumanya.”
“Pasti Rena kaget banget, Dok.”
Bab 36. Genderang Perang Mulai Ditabuh======“Ok, aku tanya kamu, andai suami kamu memenangkan hak asuh anak kamu, apakah kamu akan memaafkan dia, mau membatalkan gugatan perceraian demi Rena?”Alisya tercekat.“Jawab, Alisya!”“Entahlah, Pak. Saya sangat menyayangi Rena. Semoga saya bisa memenangkan hak asuh anak saya.”“Pasti, pengacaraku akan memperjuangkan kamu. Anak di bawah umur, hak ibunya untuk mengasuh. Itu sebab Tasya ikut Sonya. Tapi, aku yakin, dengan kasus ini, aku akan menuntut balik.”“Maksud Bapak?”“Ya, Aku pastikan Sonya akan mendekam di penjara karena telah mencelakai Rena.&nb
Bab 37. Alina Mendapat Serangan========Deva memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana. Menyenderkan tubuh di sandaran sofa, sembari terpejam. Mencoba menikmati perih dan kecewa di dalam dada, sekaligus menyiapkan hati dan jiwa untuk menghadapi perang besar di keluarganya. Perang dengan Mama, pasti seluruh keluarga akan berada di pihak Ibunya. Deva sendirian, ya, sendirian.Seperti dulu saat dia dikucilkan dan diperangi karena menceraikan Sonya. Kali ini, terulang lagi karena memenjarakan Perempuan yang sama. Sama sakitnya. Tetapi, kali ini ada yang berbeda. Jika dulu Deva merasa sakit dan hampa. Kali ini sakit tetapi hatinya lega. Ada rasa yang membuncah di dada. Seperti bahagia yang luar biasa.Alisya, wanita itu mampu membuatnya begitu bahagia. Meski belum ada signal apa-apa dari Alisya, pun Deva belum jua menyatakan ap
Bab 38. Goresan di Hati Alisya=====“Alisya!”Lirih suara Deva menyebut nama itu.Alisya yang kini duduk di sisi ranjang Rena menoleh ke arah sofa. Wajah tegang dan kusut lelaki itu tak jua membuatnya terenyuh. Dia tak ingin terlibat apapun lagi dengan keluarga Haga Wibawa. Tidak juga dengan Deva yang memang seperti akan membelanya. Alisya bisa merasakannya, Deva seperti akan membela dirinya.Namun, hati wanita itu telah terlanjur tergores. Rasa curiga dan benci kepada keluarga itu membuat dia membekukan hati. Alisya khawatir, jika dia menaruh kepercayaan pada Deva, maka tipuan selanjutanya akan dia terima. Alisya tak mau menjadi korban permainan orang kaya.“Mama masuk rumah sakit, Sya. Mama kena seran
Bab 39. Permintaan Tasya Buat Alisya=======“Ndak mau tuntik, Mamma!”“Iya, suntiknya di selang ini aja, ya. Janji jangan lasak, ya!”“Iya, Mammma. Lena ndak yacak. Lena endak nakan yagi. Lena ndak mau main di koyam yagi.”Rena tiba-tiba menangis sesegukan. Alisya memeluknya, membenamkan kepala putrinya di dada.“Lena ndak mau te toyam yagi, Mama! Lena ndak mau mandi yagi. Lena tatut, Mamma. Lena ndak mau mandi yagi!” ucapnya terisak-isak.“Gak mau mandi lagi?”“Iya, Mamma. Lena tatut ain, ain nya dahat, ainnya tekik Lena. Lena tatut, Mamma!”“Iya, Sayang. Ini mama peluk, jangan takut, ya!”
Bab 40. Tasya Menyebut Alisya ‘Mama Baru’=======“Maaf, aku terpaksa membawanya ke sini. Dia menangisi ibunya karena dibawa oleh polisi. Tidak mau berhenti menangis. Saat aku ingatkan dia pada Rena, baru tangisnya reda. Semoga kehadirannya tidak mengganggu kamu dan Rena!” Deva berkata dengan sangat hati-hati.Pria itu benar-benar harus pintar-pintar menyabarkan diri sekarang. Para wanita di sekelilingnya menuntut dia seperti itu. Tasya putri kandungnya, Alina wanita yang telah berjasa melahirkannya, dan Alisya wanita yang mulai sangat dicintainya. Ditambah Rena, yang awalnya bersahabat kini menjaga jarak dengannya.Keempat perempuan ini sangat berarti bagi hidupnya. Jika salah satu di antara mereka murka, maka pedih dan perih meremas ulu hatinya. Itu
Bab 41. Deva Menolak Mencabut Gugatan ======= “Kamu seorang perempuan, punya anak lagi! Coba pikirkan bagaimana perasaan Sonya dengan perbuatan kamu ini! Tidakkah kau berpikir, kalau hal yang sama menimpa rumah tanggamu? Di mana otakmu! Atau harta keluarga Wibawa yang menjadi sasaranmu, ha?” tuduh Ratna sinis. “Maaf, Bu. Saya akan menjelaskan siapa saya. Ibu tenang dulu, ya!” Alisya berusaha tenang. “Gak perlu! Sonya telah menjelaskan semuanya tentang pelakor busuk seperti kamu!” “Putri Ibu keliru. Saya dan putri saya Rena adalah pegawai di perusahaan mereka, Bu. Saya pegawai kantor, dan putri saya pelayan Bu Alina.” “Apa maksud kamu!” “Saya bekerja di perusahaan Wibawa. Kebetulan Bu Alina merindukan cucunya sampai sakit-sakitan, maka putr
Bab 42. Ungkapan Perasaan Raja Pada Alisya=======“Intan?” Alisya tercekat.“Iya, kenapa?”“Tidak apa-apa.”Alisya langsung menepis dugaan yang sempat terlintas di benaknya. Mahasiswi yang bernama Intan tentu saja sangat banyak di kota Medan ini. Begitu pikirnya.“Oh, ya, Rena sepertinya sudah membaik. Mungkin besok sudah bisa pulang.”Raja mengalihkan pembicaraan.“Ya, fisiknya sudah membaik, tapi traumanya parah.”“Trauma?”“Ya, Rena trauma melihat air.”“Kita sembuhkan bareng-bareng, ya! Kamu jang
Bab 43. Pertengkaran Alisya dengan Sang Big Bos======Ponsel Raja tiba-tiba berdering. Dengan enggan lelaki itu mengeluarkannya dari saku celananya.“Ya, Pa?” sapanya setelah mengusap layar.“Deva menolak mencabut laporan tenang kecelakaan di kolam renang itu. Dia lebih memilih membela Alisya daripada kesehatan mama.”“Iya, Pa. Lalu?”“Dia juga yang melapor pada polisi tempat persembunyian Sonya.”“Benar, Pa. Terus.”“Deva melawan perintah papa. Jadi, Papa putuskan, akan mencoret namanya dari daftar keluarga!”“Apa! Papa