Share

7. Perintah Khusus Tuan Besar

“Apa yang mau kau katakan? Apa sudah ada kabar baik tentang calon penerus keturunan keluarga? Apa Elena sudah hamil?” Caitlyn mencecar dengan segala pertanyaan, yang bahkan Reviano pun belum sempat mengatakan apa-apa.

Sedangkan Elena, hanya bisa menggigit bibir sambil meremas tangannya sendiri. Habislah sudah, Reviano pasti mengumumkan kehamilannya.

Elena pasrah. Tak berharap lagi.

“Diane...” Reviano justru memanggil housemaid leader yang telah bekerja padanya lebih dari sepuluh tahun itu dengan ekspresi wajah dingin, tanpa menoleh sama sekali.

“Iya Tuan.” Diane yang berdiri tak jauh, datang mendekat dengan badan nyaris membungkuk sempurna. Wanita paruh baya itu berdiri di samping Reviano.

“Kumpulkan semua bawahanmu di ruangan ini, sekarang!” Reviano memberi perintah.

Diane mengangguk dan membungkuk sekali lagi. “Baik Tuan. Beri saya waktu lima menit,” ucapnya.

Reviano tak mengangguk. Ia hanya memberi kode dengan kibasan tangan, agar Diane segera pergi dan melaksanakan perintah darinya.

“Honey, untuk apa mengumpulkan semua housemaid di rumah ini? Bukankah tadi kau bilang mau membicarakan sesuatu tentang Elena? Apa perlu orang lain juga mendengar?” Caitlyn menampakkan rasa tidak suka. Ujung matanya melirik sinis ke arah Elena yang masih terus menunduk.

“Kau akan tahu nanti. Sekarang, biarkan semuanya berkumpul terlebih dahulu,” tegas Reviano.

Caitlyn berdecak kesal dan menghempas punggungnya di sandaran kursi, menyilangkan tangan sambil menatap tajam Elena.

Beberapa menit, semua sudah berkumpul, berjejer rapi dengan mengenakan seragam yang sama.

“Berapa orang housemaid yang bekerja di sini?” tanya Reviano pada Diane.

“Delapan orang, termasuk saya Tuan Rev,” Diane menjawab takzim.

“Siapa di antara mereka yang telah bekerja di sini lebih dari tiga tahun?”

“Kami semua sudah bekerja bahkan lebih lama dari itu, Tuan Rev. Paling baru di sini adalah Annabeth, dia bekerja selama 4 tahunan di rumah ini,” jawab Diane.

Reviano mengetuk-ngetukkan jari di atas meja sebelum akhirnya bertanya lagi, “siapa dua orang termuda di antara mereka?”

Diane sempat menengok ke arah tujuh orang bawahannya dengan dahi berkerut. Agak heran dengan pertanyaan Reviano.

Biasanya majikan lelakinya itu tak pernah mau tahu soal pekerja di rumah sendiri. Yang selama ini mengatur dan mengurus mereka adalah Caitlyn.

“Paling muda adalah Annabeth dan Lizzie, mereka berumur 20 dan 22 tahun.”

Reviano menegakkan punggung dan menghela nafas. Tatapan matanya kini lurus memandang ke semua pelayannya.

“Dengarkan kata-kataku. Aku hanya berkata sekali dan tak akan ada toleransi bagi yang lupa apalagi melanggar.”

Reviano menghentikan kalimat, menelisik satu persatu wajah hanya dengan gerakan bola matanya.

“Aku minta mulai sekarang, jangan lagi membiarkan Elena bekerja membantu kalian di dapur, apa pun alasannya. Kalau kalian melihat dia melakukan pekerjaan yang biasa kalian lakukan, sementara tak ada yang bisa menghentikannya, maka siapa pun itu akan aku pecat!”

Para housemaid saling memandang dengan takut-takut, ancaman Reviano sepertinya bukan main-main.

“Apa?! Kenapa harus seperti itu?!” Caitlyn terdengar protes.

“Apa kau keberatan? Di rumah ini yang membuat dan menetapkan keputusan adalah aku.” Reviano menatap Caitlyn dengan aura garang.

“Bukan hanya keberatan, tapi aku juga menolak. Elena memang menantu di rumah ini, tapi itu bukan berarti dia harus hidup hanya ongkang-ongkang kaki setiap hari. Dulu saat baru menikah denganmu, aku juga diajarkan dan dituntut untuk bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga sebelum menjadi Nyonya Besar seperti sekarang. Itu adalah basic bertahan hidup! Meski menikah dengan lelaki yang bergelimang harta, tak lantas membuat dia bisa seenaknya!” protes Caitlyn.

“Ini sudah keputusanku. Melarang Elena mengerjakan pekerjaan rumah tak akan ada pengaruh apa-apa. Kalau kurang tenaga karena pekerjaan terlalu banyak, rekrut lagi yang baru.”

“Honey... Apa yang membuatmu begitu memanjakannya? Kenapa kau tak membiarkan aku mengajari Elena menjadi seorang istri yang berguna untuk Leon? Dia harus dilatih, karena yang merawat Leon sampai tua adalah dia, bukan para housemaid.” Suara Caitlyn yang datar dan pelan, disertai senyum seringai dan tatapan tajam.

“Tidak sekarang! Kau boleh melatihnya, tapi bukan untuk saat ini.”

“Iya, tapi kenapa? Bukankah sama saja, sekarang atau pun nanti? Katakan Honey, apa kau melarangnya bekerja karena dia sekarang sudah mengandung?” Caitlyn yang masih belum puas hati, berusaha menebak segala kemungkinan.

Sementara Elena sama sekali tak berani mengintervensi perdebatan mertuanya. Sebagai subjek yang sedang dibicarakan, dia tak punya nyali untuk berkata apa pun.

Ia hanya bisa memasang telinga dengan baik, menunggu jawaban apa yang akan diberikan Reviano.

Mungkinkah kali ini lelaki itu akan memberitahu Caitlyn?

“Sekarang dia sedang program kehamilan. Aku tak mau dia terlalu lelah dan stres. Dia harus mengandung secepatnya,” sahut Reviano dingin.

“Cih, karena program hamil? Atau karena kau begitu menyayanginya?” sindir Caitlyn.

“Pembicaraan kita selesai. Aku mau berangkat kerja.” Reviano meletakkan napkin setelah mengelap mulut. Dia hanya sempat menyesap sedikit kopinya tadi.

“Kau belum jawab pertanyaanku, Honey. Aku juga belum setuju dengan kemauanmu,” Caitlyn berkata tajam. Namun Reviano yang telah berdiri tetap tampak acuh.

Saat berjalan melewati para housemaid, Reviano berhenti. “Annabeth... Lizzie...” ia memanggil dua orang yang tak lama kemudian tampak mendekat dengan tergesa-gesa.

Reviano memandang dua housemaid termuda di rumahnya itu agak lama, seolah sedang mengingat wajah mereka.

“Mulai sekarang tugas kalian adalah mendampingi dan menemani ke mana pun Elena pergi. Kalian yang mengurus keperluannya. Jaga dia, jangan sampai terjadi sesuatu. Tanggung sendiri akibatnya kalau kalian gagal menjalankan tugas.” Reviano melanjutkan langkah, meninggalkan ruang makan.

***

“Ssttt... Hentikan itu! Kau terlalu berani. Bisa berbahaya kalau sampai ada yang melihat!”

Elena yang sedang mencari keberadaan Leon, mendengar suara bisik-bisik dari arah ruang kerja Reviano yang berada di lantai tiga.

Suami autisnya itu, padahal tadi ada di dalam kamar bersamanya. Namun tiba-tiba saja menghilang. Elena harus mencari di mana Leon, karena tak mau disalahkan apabila ada sesuatu yang buruk terjadi pada putra tunggal Reviano itu.

“Tak ada siapa-siapa. Yang naik ke lantai tiga paling hanya Leon kan? Para housemaid tak akan berani naik ke lantai keramat milik suamimu ini. Leon juga tak mungkin mengadu sekalipun dia melihat semua yang kita lakukan.”

“Jangan gila. Leon bahkan lebih berbahaya daripada para housemaid. Aku sudah cerita kan, kalau dia pernah mengadukan kelakuan Elena pada kami saat berada di meja makan? Kepolosannya membuat Leon akan mengatakan apa pun yang ia lihat, ia dengar, dan ia alami,” sungut Caitlyn.

Terdengar suara tawa seorang lelaki saat mendengar kalimat Caitlyn.

“Ah, soal menantumu itu. Apakah mungkin perlu bantuanku?”

“Apa maksudmu?!” suara Caitlyn terdengar galak.

“Aku bisa membuatnya cepat punya anak. Kau tahu sendiri kan kehebatanku dulu? Aku akan melakukannya secara sukarela, kalau memang yang kudapatkan adalah wanita dengan tubuh menggiurkan seperti itu.”

Degh!

Elena berdebar karena perasaannya mendadak tak nyaman. Kalimat yang ia dengar, kenapa seperti bernada mesum? Siapa yang ada di dalam sana?

Kalau suara si wanita, sudah jelas itu Caitlyn. Tapi dengan siapa dia di ruang kerja Reviano?

“Jangan coba-coba, kalau masih mau hidup dan menikmati hasil jerih payahmu selama puluhan tahun ini!” ancam Caitlyn.

Elena berjalan perlahan, mendekati dinding dan menempelkan daun telinganya di sana. Ia menguping.

Percakapan selanjutnya yang ia dengar hanya tentang hal-hal tak penting. Tentang saham, tentang perusahaan. Yang bagi Elena sama sekali tak menggoda rasa keingintahuannya.

Elena yang bosan, berniat pergi dari situ untuk lanjut mencari Leon. Namun tiba-tiba saja urung karena hatinya tergelitik untuk mencari tahu siapa lelaki yang ada di dalam sana.

Kali ini dengan mengumpulkan keberanian di atas rata-rata, Elena meraih gagang pintu dan membuat sedikit celah untuk mengintip.

Matanya menyipit saat melihat lelaki yang kini sedang bersama Caitlyn, membuka sebuah tumpukan map besar berwarna-warni di atas meja.

“Apa tadi kau lupa menutup pintunya? Kenapa terlihat renggang?” Caitlyn yang tanpa sengaja melihat ke arah pintu tiba-tiba saja menyadari kalau pintunya tak tertutup rapat.

“Aku sudah menutupnya tadi, hanya saja tak aku kunci.”

Caitlyn berdecak. “Kau benar-benar ceroboh. Periksa, pasti ada orang di luar!”

Elena yang mendengar langsung panik. Bodohnya, ia justru menarik gagang pintu dan menutupnya secara refleks.

“Siapa di luar?!” lelaki itu membentak dari dalam, dan Elena yang sempat menyandarkan punggungnya di belakang pintu jadi semakin kalang kabut. Bingung hendak bersembunyi di mana.

Ia semakin takut karena sudah memastikan siapa lelaki yang bersama Caitlyn, dan kini sedang berjalan menuju ke arahnya.

‘Apa yang harus aku lakukan?’ teriaknya dalam hati.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status