Share

6. Kesulitan Elena

Penulis: black_honey7289
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-23 09:00:00

“Lepaskan! Kalau Dad seperti ini, yang mati bukan Cuma aku, tapi juga anakmu.”

Elena masih berusaha melepaskan cengkeraman tangan Reviano di lehernya. Sungguh, ia sudah hampir kehabisan nafas. Matanya bahkan sudah mulai berkunang-kunang.

Reviano menyerah. Bagaimanapun, ia tak mau terjadi sesuatu dengan bakal bayinya yang kini telah bersemayam di rahim Elena. Ia melepaskan cekikan meski masih merasa sangat kesal.

Elena terbatuk-batuk, beberapa kali berusaha menarik nafas panjang. Seolah untuk menggantikan udara yang tadi sempat terputus.

“Berarti benar kan, kau memang sudah hamil?” Reviano kembali mengulangi pertanyaannya.

“Iya, aku memang sudah hamil Dad. Maafkan aku karena telah menutupinya darimu. Tapi aku melakukannya bukan karena mau menggugurkan anakmu. Aku--- aku hanya ingin agar kita bisa tetap seperti ini.”

“Apa maksudmu dengan ‘seperti ini?’ Jangan bilang kalau kau mengharapkan sesuatu yang lebih dari hubungan kita!” Reviano melotot sambil menunjuk-nunjuk Elena.

“Apakah aku salah, kalau berharap hal yang seperti itu?” tanya Elena dengan suara lemah.

“Jelas salah! Sudah aku jelaskan sejak awal, dan sering kali kuperingatkan. Kau bilang sudah paham. Tapi kenapa sekarang berpikiran agar kita tetap seperti ini?”

“Aku memang sudah paham, Dad. Tapi apakah kau sama sekali tak merasa kasihan padaku? Setelah kehamilan ini kita beritakan pada keluarga besar, maka aku akan kembali seperti dulu. Aku akan seperti seorang wanita yang tak bersuami, yang mana aku akan menjalaninya seumur hidup. Apa kau tak merasa kalau kalian begitu kejam padaku? Andai aku bisa mengembalikan semua yang kau berikan pada keluargaku, maka aku lebih memilih untuk hidup miskin daripada harus menjadi wanita paling menyedihkan di dunia ini.”

Elena menangis, menumpahkan segala rasa kecewa dan sakit hatinya. Dia hanya ingin sedikit kebahagiaan, itu saja.

“Kau bisa mencoba untuk mencintai Leon, Elena. Kau tak boleh berharap sesuatu yang lebih padaku. Aku tak mungkin mencintaimu! Seharusnya kau tahu batasan kita. Akan menjadi suatu aib yang besar dan memalukan kalau CEO Corazon Group terlibat skandal dengan menantunya sendiri.”

Elena berlari mengejar kedua kaki Reviano.

“Aku mohon, Dad. Aku tak mengharapkan cintamu. Aku hanya ingin sedikit belas kasihanmu. Tolong, jangan biarkan aku sendirian menanggung rasa sedih ini. Bukankah seorang Ibu yang hamil tak boleh merasa sedih atau tertekan? Apa kau tidak takut itu akan berpengaruh pada tumbuh kembang bayinya? Jangan sampai anak kita seperti Leon, yang mentalnya terganggu karena selama masa kehamilan aku mengalami stres berat.” Elena masih berupaya membujuk mertuanya itu agar berubah pikiran.

“Jaga bicaramu, Elena! Aku tak suka mendengarmu merendahkan Leon!” Reviano berkata dingin, namun menusuk.

“Aku sama sekali tak merendahkan Leon. Aku hanya tak mau kalau nantinya akan disalahkan, andai anak ini lahir dalam keadaan yang tidak sesuai keinginan kita. Tolonglah, kalau kau tak mau melakukannya demi aku, maka lakukan saja demi anak ini,” Elena memohon. Air matanya telah jatuh berderai di wajah cantiknya yang mendongak ke atas.

Reviano menghela dan membuang nafas dengan keras. Hatinya berbelah bagi. Antara kasihan dan juga tak mau membuat masalah di kemudian hari.

“Aku pergi dulu. Bersikaplah yang baik sebagai menantu di rumah ini.” Reviano bergerak sambil melepas paksa pelukan Elena di kakinya.

“Dad, kau tak akan bilang pada Mommy kan kalau aku sudah hamil?”

Reviano tak menjawab pertanyaan Elena. Bahkan menoleh pun tidak. Ia terus berjalan menuju pintu kamar.

“Kau akan datang lagi kan besok atau lusa malam?”

Lagi-lagi, pertanyaan Elena diacuhkan. Sampai akhirnya Reviano menutup pintu dengan sempurna, meninggalkan Elena yang masih duduk bersimpuh di lantai dengan tangisnya yang senyap.

***

“Bawa ini ke depan. Pelan-pelan, jangan sampai jatuh,” ujar Caitlyn dengan nada memerintah yang kentara. Wanita itu menyerahkan buah potong di piring keramik ke tangan Elena.

“Baik Mommy.” Elena membawa dengan hati-hati menuju ke meja makan.

“Kenapa Nona yang membawa makanan ke depan? Berikan pada saya. Biar saya yang menghidangkannya.” Seorang housemaid panik, saat melihat Elena membawa sendiri menu sarapan untuk majikan mereka. Bagaimanapun, Elena adalah menantu di rumah ini. Jadi harus sama dihormati seperti anggota keluarga yang lain.

“Tidak masalah. Biar aku saja,” Elena berkata sambil tersenyum.

“Tapi...” kalimat housemaid bernama Diane itu terputus tatkala suara Caitlyn terdengar menggelegar memarahinya.

“Apa kau tak mendengar apa yang Elena katakan, Diane?! Biarkan dia sendiri yang membawanya! Jangan terlalu memanjakan dia. Sebagai menantu di rumah ini, dia juga harus pandai bekerja. Paling tidak untuk menyajikan makanan buat Leon nantinya. Sekarang menyingkirlah! Kalau kau terlalu lama berdiri menghalangi jalannya, bisa-bisa apa yang ia bawa jatuh ke lantai!” sergah Caitlyn dengan nada kasar.

“Baik, Nyonya. Maafkan saya.” Diane membungkuk berulang kali. Ia sangat takut, karena baru kali ini melihat Caitlyn begitu marah. Padahal biasanya, wanita itu tak pernah meninggikan suara, sekalipun ia pernah melakukan salah dalam bekerja.

Elena yang mendengar langsung paham, kalau sebenarnya amarah Caitlyn bukanlah tertuju untuk Diane, melainkan dirinya. Caitlyn memang berubah drastis semenjak ia dan Reviano melakukan hubungan terlarang.

Tentu saja, apa pun alasannya, seorang istri pasti cemburu saat suaminya bermesraan dengan perempuan lain.

Elena meletakkan piring berisi potongan buah di atas meja. Dari ekor mata ia melihat Reviano yang ternyata sudah duduk manis sejak tadi, menunggu menu sarapan yang lengkap dihidangkan.

Diam-diam Elena menghela nafas, mengingat sudah lebih dari tiga hari Reviano tak pernah lagi mendatanginya di kamar. Tapi kalau dilihat dari gelagat Caitlyn, sepertinya ia belum tahu kalau Elena sudah berbadan dua.

Elena tak habis pikir, kalau memang Reviano belum memberitahu soal kehamilannya, kenapa sampai kini tak datang mengunjunginya? Apa mau lelaki itu?

“Pergilah ke belakang lagi, ambil sup dan bubur untuk Leon.” Lagi-lagi Caitlyn memerintah seenaknya. Padahal, Elena merasa kepalanya sangat pusing.

Sebenarnya, sejak Elena tahu ia positif hamil melalui tes urine, berbagai gejala morning sickness mulai bermunculan satu persatu.

Aneh memang. Padahal awalnya biasa-biasa saja. Tak ada keluhan apa pun. Tapi saat tahu ia mengandung, seakan sang jabang bayi menjadi cerewet minta diperhatikan. Tanda-tanda mengidam pun mulai mengganggunya.

Mulai dari rasa pusing, mual, juga benci terhadap bau parfum, sabun mandi dan beberapa jenis bahan makanan.

Mungkin itu masih wajar. Tapi ada yang lebih merepotkan dari itu semua.

Libido!

Ada pengaruh atau tidak, yang jelas Elena merasa kini ia memiliki nafsu seksual yang terasa semakin menggebu-gebu. Apalagi setiap kali melihat Reviano di depan matanya. Ingin rasa ia menerkam lelaki itu meski saat berada di atas meja makan.

“Duduklah, Elena. Biarkan Diane atau Amber yang mengambilkan makanan Leon,” suara Reviano terdengar berat namun menekan.

Elena sempat ragu. Apalagi saat melihat pandangan mata Caitlyn yang seperti mengintimidasinya.

“Aku bilang duduk!” Reviano mengulang kalimat perintahnya, kali ini dengan nada satu oktaf lebih tinggi.

Elena spontan mengambil posisi tempat biasanya ia duduk. Kalau Reviano sudah memerintah dengan gertakan, Caitlyn pun tak akan berani membangkang.

“Kau juga duduklah, Honey. Ada hal penting yang mau aku katakan padamu soal Elena,” ujar Reviano sambil memandang Caitlyn yang masih berdiri.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Benih Penerus Keturunan Mertua Di Rahimku    34. Leon Yang Bahagia

    “Selamat Nyonya, bayi Anda perempuan. Dia sehat dan sangat cantik.” Seorang perawat wanita menyerahkan bayi yang telah dibersihkan dan tampak tidur nyenyak dalam balutan selimut bayi yang hangat.Elena mengulurkan kedua tangan dan menyambut dengan perasaan bahagia. Ia tak menyangka bisa melewati proses persalinan secara normal dan melahirkan bayi yang sehat pula.‘Kau cantik sekali.’ Gumamnya dalam hati sambil terus mengelus pipi gebu dan putih putrinya itu.“Anda sekarang akan dipindahkan ke ruangan lain agar lebih tenang dan memudahkan sanak famili yang mau menjenguk. Di mana suami Anda, Nyonya?” perawat wanita bernama Daisy itu heran karena sejak masuk ruang bersalin, tak terlihat sama sekali keberadaan suami Elena.Wanita itu hanya sendirian tanpa ada seorang pun yang mendampingi.“Sepertinya masih di rumah untuk mengambil beberapa perlengkapan bayi. Karena ternyata aku melahirkan lebih cepat dari perkirakan, kami belum sempat mempersiapkan semuanya.” Elena menjilati bibirnya yang

  • Benih Penerus Keturunan Mertua Di Rahimku    33. Tanda-Tanda Melahirkan

    Billy terus tertawa, seakan mengejek Elena. Membuat wanita itu memandang Billy dengan tatapan sebal.“Aku tak punya maksud apa-apa bertanya seperti itu. Apakah salah, kalau aku hanya sedang berusaha untuk beramah-tamah padamu, Nona Elena? Kau terlalu mengambil serius semua ucapanku. Padahal aku hanya ingin tahu berapa usia kandunganmu.” Billy terus saja membuat Elena gerah dengan nada kalimatnya yang ambigu.“Kalau begitu kau tak usah beramah-tamah apalagi ingin tahu apa pun tentang aku, karena itu adalah sesuatu yang sangat tak menyenangkan bagiku,” cetus Elena.“Baiklah kalau begitu. Lebih baik aku sekarang masuk ke dalam, karena ada keperluan dengan Nyonya Caitlyn.”“Untuk apa kau menemuinya?” pertanyaan Elena membuat Billy tersenyum dan langkahnya terhenti seketika.“Sekarang sepertinya Anda yang ingin tahu tentang urusanku, Nona Elena,” sindir Billy.Elena berdehem. “Aku hanya tak mau urusan kalian berdua itu bisa menggangguku di kemudian hari,” jawabnya pendek.“Bagaimana urusan

  • Benih Penerus Keturunan Mertua Di Rahimku    32. Tugas Billy

    “Sejauh mana kau mengenal Elena? Selain Nazarina, apakah ada orang lain yang mungkin bisa aku gunakan untuk menyulitkannya?”“Aku tak begitu mengenal Elena, Nyonya. Sudah kubilang kalau kami hanya pernah bertemu beberapa kali.” Billy membetulkan rambutnya yang agak berantakan. Mungkin karena sudah menjadi kebiasaan karena sejak dulu ia memang selalu perfeksionis dalam hal penampilan. Tak pernah sekalipun membiarkan visualnya berantakan.“Tapi kau bilang menyukai Elena. Apakah ada sesuatu yang membuatmu terkesan dengan wanita yang jauh lebih tua? Atau mungkin, kalian dulu pernah melakukan cinta satu malam?” Caitlyn lagi-lagi memancing jawaban Billy. Padahal pertanyaannya itu sudah berulang kali ia ajukan.Billy tertawa kecil. “Nyonya, apakah benar perasaanku, kalau Anda masih begitu penasaran dengan hubungan kami? Bukankah sudah aku katakan dengan jelas, walau aku setuju bekerja padamu untuk menyulitkan Elena, tapi pertanyaan seperti itu tak akan pernah kujawab.”“Baiklah...” Caitlyn m

  • Benih Penerus Keturunan Mertua Di Rahimku    31. Rencana Antara Billy Dan Caitlyn

    Reviano memandangi Billy dari atas hingga ke bawah. Sedangkan Elena diam-diam mencuri pandang sambil sesekali menunduk karena khawatir.Bagaimana bisa Billy menjadi asisten Reviano? Apakah ini semua adalah rancangan licik Caitlyn? Mengingat yang merekomendasikan Billy adalah wanita itu.Hanya saja pertanyaannya, bagaimana mereka bisa saling mengenal? Dari sekian miliar manusia di muka bumi ini, mengapa Caitlyn harus membawa Billy masuk ke dalam lingkaran hidup mereka?Elena tak tenang, meski status Billy hanya sebagai pekerja, tetap saja posisinya bisa terancam kalau sampai pria itu mengatakan hal yang pernah mereka lakukan.“Sebenarnya aku tak memerlukan asisten atau apa pun itu. Aku lebih nyaman sendiri,” ujar Reviano, setelah sempat memindai dengan cermat penampilan Billy.“Tolong berikan saya kesempatan, Tuan Rev. Saya membutuhkan pekerjaan ini. Tuan tak akan kecewa dengan kinerja saya,” ucap Billy yakin.“Datang saja ke kantorku. Aku akan meminta Marion untuk memberimu posisi yan

  • Benih Penerus Keturunan Mertua Di Rahimku    30. Gairah Panas Di Kamar Caitlyn

    Caitlyn seketika mematung di hadapan Elena karena keterkejutan yang tak terduga. Dia merasa kecolongan dengan apa yang kini telah diketahui oleh menantunya itu.Bagaimana mungkin Elena bisa tahu kalau ia telah membayar Nazarina untuk menguntit suaminya?Apakah semudah itu Nazarina mengakui?Dan soal pertemuannya dengan Evan di hotel Argeous, bagaimana bisa terendus?“Temanmu yang tua itu telah mengadu ya padamu? Huh, padahal aku sudah membayarnya dengan uang yang banyak,” ujarnya sinis.“Dia tak mengadu sama sekali. Tapi aku yang terlalu beruntung sehingga bisa mendapatkan petunjuk atas apa yang telah terjadi. Jadi, apakah kau akan meminta uangmu dikembalikan? Tapi ini terbongkar bukan karena kesalahannya. Jadi kuharap kau tak akan menyusahkan Nazarina lagi. Kecuali kalau kau ingin Revi tahu soal ini,” ancam Elena.“Baiklah, jadi.... Karena kau merasa telah memiliki kelemahanku, sekarang kau yang berhak mengancam?” Caitlyn memandang Elena dengan tajam, berusaha menunjukkan kalau ia ta

  • Benih Penerus Keturunan Mertua Di Rahimku    29. Perang Dingin

    Marion menyerahkan lembaran kertas pada Reviano.“Nomor itu terdaftar atas nama Andrew Nelson. Alamatnya tercatat di desa Archenwill.”“Berarti kita sudah mengantongi nama dan tempat tinggalnya. Lantas, hal apa yang mengejutkan, Marion?”“Masalahnya, setelah kami selidiki dengan lebih detail melalui data kependudukan dan aktivitas terakhirnya, nama Andrew Nelson dengan alamat dan nomor ponsel yang sama ternyata sudah meninggal beberapa tahun lalu.”Reviano seperti tak percaya dengan apa yang ia dengar. “Tak masuk akal! Tak mungkin yang menelepon waktu itu adalah hantu gentayangan.” Reviano bersungut-sungut. Ia memang tak percaya takhayul sama sekali.Kalau memang ada hal seperti ini, pasti akan ada penjelasannya secara logis dan masuk akal.“Memang tak mungkin, Tuan Rev. Bisa saja yang memakai nomor itu sekarang adalah anak atau ahli waris yang tak mengganti data pemakai barunya.”

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status