Home / Rumah Tangga / Benih Rahasia Untuk Sang Dosen / Bab 4 — Siapa Suruh Kamu Menghubungi Teman Kamu?

Share

Bab 4 — Siapa Suruh Kamu Menghubungi Teman Kamu?

Author: Inthary
last update Last Updated: 2024-07-01 23:33:47

Kiana mengerut takut. "Bukan begitu, Mbak Glade."

Glade mendengus sebal, "Suami saya sudah melakukan cek kemarin. Tinggal kamu saja. Masuk!"

"Iya, Mbak." Kiana membatin dengan kesal kenapa dia harus menanyakan pria yang jelas-jelas tidak akan berhubungan langsung dengannya itu.

Di dalam ruang praktek tersebut ada seorang wanita yang memakai jas putih dengan hijab berwarna senada tengah duduk. Begitu melihat Kiana, wanita tersebut menyapa dengan ramah.

"Perkenalkan saya dokter Saras yang akan mendampingi anda dan keluarga dari Pak Ghazlan untuk menjalani inseminasi buatan ini. Silakan duduk, Bu Kia," sapa Saras.

Glade lebih dulu duduk disusul oleh Kiana yang tampaknya canggung akibat pertanyaannya tadi.

"Saya Kiana, Dok," ucap Kiana.

"Selamat datang Bu Kiana. Saya akan menjelaskan secara singkat apa prosedur yang akan dilakukan nanti. Tolong didengarkan baik-baik karena saya berharap tidak ada kesalahan ataupun kendala dalam melakukan prosedurnya. Siap, Bu Kia?" tanya Saras.

Kiana mengangguk pelan. "Siap, Dok."

Saras kemudian menjelaskan bahwa sebelum menjalankan inseminasi buatan, Kiana harus menjalani beberapa pemeriksaan kesehatan untuk melihat peluang keberhasilan pembuahan dan memastikan apakah prosedur tersebut dapat dilakukan secara aman dan sesuai dengan kondisi tubuh Kiana.

Jika ada gangguan di dalam rahim Kiana, maka prosedur tersebut tidak bisa dilakukan.

"Jika kondisi tubuh Kia sehat dan normal, kita bisa melanjutkan dengan menyiapkan sampel dari Pak Ghazlan. Nanti kita pilih sampel yang paling baik untuk bisa membuahi. Untuk masalah ini saya sudah menjelaskan pada Pak Ghazlan jadi saya hanya akan menjelaskan secara garis besarnya saja. Kalau boleh saya tahu kapan terakhir anda datang bulan?"

Kiana tidak kesulitan untuk mengingatnya karena dia baru saja mendapatkan datang bulannya. "Satu minggu yang lalu, Dok."

Saras tersenyum simpul, "Itu lebih baik. Setelah hasil pemeriksaan keluar, saya akan memantau dan memperkirakan masa subur Bu Kia. Sampai di sini ada yang ingin ditanyakan?"

Glade menoleh pada Kiana yang tampaknya bisa memahami ucapan dokter. "Gimana, Kia?"

"Saya mengerti, Dok. Apa saya boleh tahu bagaimana proses inseminasi buatan itu sendiri?" tanya Kiana hati-hati.

Senyum Saras mengembang. "Tentu saja boleh. Semua wanita yang akan melakukan inseminasi buatan pasti akan bertanya bagaimana prosesnya. Saya akan jelaskan nanti setelah pemeriksaan awal. Sekarang, silakan ikut dengan perawat lalu kita mulai pemeriksaan awalnya."

Kiana mengangguk pasrah. Secuil rasa takut jika kemungkinan tubuhnya tidak sesehat yang dia kira. Bagaimana kalau ada penyakit yang serius yang membuat Glade membatalkan niatnya? Lalu apakah uang yang ditransfer semalam akan diminta kembali?

Ya Tuhan, Kiana berharap apa yang dia pikirkan tidak terjadi. Dia sangat mengharapkan tubuhnya sehat dan tidak memiliki kekurangan apapun. Dengan begitu, dia akan lebih mudah menjalani hidupnya.

"Mbak, saya pergi dulu," pamit Kiana pada Glade yang belum beranjak dari sana.

"Pergilah! Saya akan ada di sini selama kamu diperiksa."

"Baik, Mbak."

Kiana mengikuti langkah perawat yang mendahuluinya ke sebuah ruangan. Pada umumnya ruangan untuk melakukan pemeriksaan, banyak peralatan yang fungsinya bermacam-macam. Kiana hanya diperintahkan untuk berbaring dan tidak terlalu tegang karena prosesnya tidak akan menyakitkan.

"Kita mulai ya?"

°°°

Glade dan Kiana pulang dengan mobil yang berbeda karena Glade memiliki urusan lain di luar rumah sementara Kiana harus pulang untuk beristirahat.

"Kamu nggak perlu melakukan pekerjaan rumah karena semuanya sudah diurus oleh Anita. Kalau perlu sesuatu minta saja sama Anita sekalipun itu masalah perabotan rumah. Kamu bebas minta apa saja tapi jangan harap kamu bisa menemui suamiku. Paham kamu?" ucap Glade sebelum dia pergi. Jendela mobilnya setengah terbuka untuk memberikan ruang baginya bicara pada Kiana.

Kiana mengangguk dengan sedikit menundukkan kepalanya. "Iya, Mbak."

"Ya sudah kamu boleh pergi."

"Iya, Mbak. Hati-hati di jalan ya."

Glade hanya mengangguk kecil lalu meminta supirnya untuk melajukan kendaraan.

Kiana menghela napas berat. Setidaknya dia sudah melalui proses awal yang membuahkan hasil baik. Dia tidak menderita penyakit serius dan permasalahan lainnya. Bisa dikatakan dia sehat.

Beruntung karena uang yang diterimanya semalam tidak akan dikembalikan lagi.

"Aku harus mulai membayar ini dan itu," ucap Kiana pada dirinya sendiri.

°°°

Kiana sampai di rumah setelah menghindari macet yang berkepanjangan di jalan Pandawa. Sungguh hari yang melelahkan padahal dia hanya duduk di dalam mobil sembari menunggu kemacetan. Wanita itu kembali disambut baik oleh Anita.

"Mau makan siang apa hari ini, Bu Kia?"

Kiana tidak terlalu memusingkan soal makanan karena dia bukan pemilih. "Apa saja, Mbak."

"Ngomong-ngomong tadi ada pesan dari seorang wanita yang bernama Tere katanya kalau Bu Kia sudah pulang diminta untuk menghubunginya," jelas Anita.

Mata Kiana membulat, "Tere ke sini, Mbak?"

"Iya."

"Disuruh masuk?"

Anita menggeleng, "Tidak. Satpam tidak memperbolehkan masuk karena tidak ada janji dengan tuan dan nyonya."

Mereka berjalan beriringan menuju pintu samping yang selama ini menjadi lorong menuju bangunan yang Kiana tinggali. Untuk beberapa saat dia melihat sekelebat bayangan pria di pintu utama.

Apa mungkin itu Ghazlan?

Kiana berhenti untuk memastikan bahwa pria yang dia lihat benar-benar Ghazlan. Dia hampir mati penasaran ingin mengetahui bagaimana fisik seorang Ghazlan. Oh, tidak, Kiana bukan orang yang memandang fisik seseorang tapi dia hanya penasaran kenapa Glade sampai menyembunyikan keberadaan suaminya.

Kiana sampai harus melongok ke belakang karena posisi pintu utama yang menjorok ke arah ruang tamu. Matanya nyalang melihat kemana-mana.

'Ayolah, muncul!' batin Kiana geram.

"Ehem," suara deheman itu berasal dari Anita. "Apa yang Anda lakukan?"

"Pak Ghazlan ada di rumah, Mbak?" tanya Kiana tanpa mengalihkan pandangannya pada pintu utama. Dia hanya berhasil melihat warna baju yang dikenakan pria itu, selebihnya masih ambigu.

Anita tampaknya tidak senang dengan sikap Kiana. "Bu Kia, tolong dengarkan saya!"

Kiana sontak menoleh, "Iya, Mbak."

"Tolong, apa yang dikatakan Nyonya Glade jangan pernah anda langgar! Meskipun Anda penasaran siapa itu Tuan Ghazlan atau bagaimana rupanya, anda tetap tidak boleh bersikap begini. Setidaknya selama perjanjian itu masih ada, anda wajib menghormatinya. Saya bukannya ingin ikut campur tapi jika Nyonya sudah marah, seisi rumah tidak akan sanggup meredakannya termasuk Tuan Ghazlan," jelas Anita panjang lebar. Glade sudah berpesan padanya untuk memperingatkan Kiana.

Kiana menjadi tidak enak hati. Dia menunduk malu, "Maaf, Mbak. Jujur saya memang penasaran. Mbak Anita tenang saja karena saya tidak akan mengulanginya lagi."

"Baguslah, Bu Kia. Saya sangat senang mendengarnya. Untuk sekarang, saya bisa memahaminya."

Kiana mengiyakan. Mereka kembali berjalan dengan Kiana berada di depan sementara Anita membuntutinya.

'Rupa Pak Ghazlan nggak terlalu penting. Lebih penting aku bisa menyelesaikan semua urusan keuanganku termasuk membayar hutang ayah dan ibu' batinnya senang.

°°°

Glade mendatangi kediaman Kiana dengan wajah tidak bersahabat. Sungguh, apa yang dikatakan Anita benar. Jika Glade marah, semua orang di rumah itu tidak akan sanggup meredakannya.

"Siapa suruh kamu menghubungi teman kamu untuk datang ke rumah ini? Bukannya saya sudah bilang kalau kerahasiaan kamu di rumah ini adalah nomor satu? Kamu mau saya cabut lagi perjanjian ini?"

°°°

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Benih Rahasia Untuk Sang Dosen   93 — Kalau Baby G Sampai Diapa-apain Gimana?

    "Apa? Aku tanya sama Kiana bukan kamu!" bentak Ghazlan. Baby G terbangun dan menangis karena teriakan Ghazlan. Pria itu sadar akan kelalaiannya dan meminta maaf pada Kiana.Kiana mengambil alih Baby G. Gerakan cepatnya membuat GhazLan takjub. Kiana sangat cekatan. Tidak terlihat kalau wanita itu belum pernah menangani seorang bayi sekalipun. Ghazlan mendorong istrinya untuk keluar dari sana karena dia tidak ingin mengganggu Kiana. Pria itu langsung mengeluarkan uneg-unegnya."Lihatlah! Kamu memang dewasa tapi kamu nggak sedewasa Kiana. Kamu yang menginginkan dipanggil ibu tapi kenyataannya malah diam waktu Baby G nangis. Kamu sadar nggak sih, Glade? Kamu nggak mau belajar!" sentak Ghazlan kesal. Glade menatap sengit suaminya, "Lalu? Aku harus jadi babysitter gitu? Hei, Mas! Kita bisa membayar jasa babysitter. Ngapain sih susah-susah. Kamu banyak banget berubah sejak Kiana datang ke rumah kita. Kamu nggak pernah mendesakku untuk jadi ibu rumah tangga yang baik. Kamu nggak pernah sek

  • Benih Rahasia Untuk Sang Dosen   Bab 92 — Mas!

    "Babysitter," tegur Glade dari arah kamar. Dia menahan kesal ketika Kiana datang-datang menyebut dirinya ibu. Babysitter yang sejak awal tidak bisa menangani Kiana, hanya melihat mereka dengan bingung."Ratri!" panggil Glade dengan kesal. Ratri berhasil menghampiri Glade, "Iya, Nyonya.""Urus mbaknya Baby G. Saya tidak mau ada rumor yang tersebar nantinya," ucap Glade yang tanpa tedeng aling-aling langsung mengatakan di depan wanita muda tersebut."Iya, Nyonya."Ratri lantas meminta sang babysitter untuk mengikutinya. Sementara Kiana mengambil alih Baby Galang. Baby Galang yang semula rewel tiba-tiba saja berhenti setelah didekap oleh Kiana. Rasa haru menyeruak dalam dada. Kiana menitikkan air matanya tanpa sadar. Wanita itu tidak mengerti kenapa dia harus menangisi keadaan yang membuatnya bahagia. "Jangan mendramatisir keadaan! Baby G hanya merespon karena kamu wanita yang melahirkannya. Setelah dia dewasa, kamu nggak akan pernah menjadi orang terpenting baby G," tukas Glade ketu

  • Benih Rahasia Untuk Sang Dosen   Bab 91 — Ini Ibu, Sayang

    "Mbak Glade?" ucap Kiana dengan mata membulat penuh. "Dari mana mbak Glade tahu rumah saya?"Glade dengan tampang congkaknya langsung duduk di sofa ruang tamu. Sembari melihat-lihat keadaan rumah Kiana, dia mengatakan, "Apa yang saya tidak tahu?"Tere memberi isyarat pada Kiana, apa yang harus dia lakukan? Kiana memintanya untuk pergi karena Glade hanya punya urusan dengannya. Kiana lalu duduk di depan Glade. Dia tidak tahu reaksi apa yang harus dia perlihatkan pada mantan bosnya itu. Sudut bibir Glade terangkat. Entah mencela perumahan milik Kiana yang begitu mungil atau dia mengejek penampilan Kiana yang lebih sering memakai dress longgar. "Saya tidak tahu kalau Mbak Glade penasaran dengan tempat tinggal saya," ucap Kiana membuka pembicaraan."Bukan penasaran. Saya ingin mengajukan penawaran sama kamu. Kamu mau bekerja lagi di rumah saya? Sebagai babysitter Galang. Baby G nangis terus setiap malam dan saya lelah mendengarnya," ucap Glade geram. Dia seolah sedang mengatai anaknya

  • Benih Rahasia Untuk Sang Dosen   90 — Kerewelan Galang

    "Aku ibunya, Mas. Aku!" tegas Glade tidak bisa terbantahkan lagi. Matanya menatap garang pada suaminya yang tetap ngotot kalau Galang butuh Kiana. "Kamu tahu, Mas. Kalau kamu semakin mempersulit keadaan, aku nggak akan segan-segan membawa Galang pergi dari kamu!"Ghazlan mendesis pelan. "Selalu saja ancaman! Kalau kamu nggak mau aku mengungkit masalah Kiana, sebaiknya kamu cari cara agar Galang mau diam. Kamu ibunya kan? Kasihi dengan baik jangan cuma dilempar sama babysitter.""Oke. Nggak masalah! Aku bisa kok mengatasinya," jawab Glade geram. Dia meninggal sang suami untuk beralih ke kamar bayi mereka. Ruangan yang berada di samping kamar mereka dirubah sedemikian rupa agar Galang bisa nyaman tinggal di sana. Glade juga sudah membayar babysitter yang sudah bersertifikat dan dikelola oleh yayasan agar bisa mengasuh Galang selagi dia pergi. Namun pada kenyataannya, babysitter kondang juga tidak bisa menaklukkan Galang. Ada apa sebenarnya?"Kamu itu saya bayar mahal bukan untuk plonga

  • Benih Rahasia Untuk Sang Dosen   Bab 89 — Dia Butuh Ibunya

    "Dimana?""Satu perumahan denganku, Kia. Harganya lumayan murah dan besar. Kamu bisa tinggal sama keluarga kamu nanti kalau misalkan udah nggak ada masalah lagi. Yuk! Aku udah janji untuk datang hari ini," jelas Tere. Kondisi Tere lebih baik ketimbang Kiana yang tidak bisa move on dari keluarga Ghazlan. Wajar karena orang yang menyewa rahim Tere bukan pasangan yang baru menikah dengan status memiliki segalanya.Kiana berpamitan dengan Munif lebih dulu sebelum dia memutuskan untuk pergi. Kiana jika memasukkan beberapa lembar uang ratusan ribu ke dalam amplop yang kemudian diserahkan pada wanita yang memiliki hati baik tersebut."Ini terlalu banyak, Nduk," ucap Munif. Hanya menyentuh permukaan luarnya saja dia tahu berapa puluh lembar isinya. "Kamu juga pasti butuh uang ini. Sebaiknya kamu simpan saja untuk keperluan kamu."Kiana menolaknya, "Saya masih punya beberapa simpanan uang, Bu. Bu Munif tenang saja."Munif ingin sekali menolaknya karena dia belum pernah mendapat uang banyak itu

  • Benih Rahasia Untuk Sang Dosen   Bab 88 — Berkemaslah!

    Ghazlan menoleh pada Kiana, lalu beralih pada bayi laki-laki yang berada dalam dekapan Glade. Pria itu tidak bisa memilih. Mereka semua orang yang paling penting dalam hidupnya. Tapi ..."Maaf, Kiana," ucap Ghazlan akhirnya. Dia tidak berani menatap mata Kiana dan memilih untuk membawa bayi mereka pulang ke rumah. Kiana menangis sejadi-jadinya. Rasa sakit dalam hatinya teramat menyiksa. Terlebih ketika bayi yang dia lahirkan diambil begitu saja. Terlepas dari perjanjian di antara mereka, Kiana hanya berharap mereka punya sedikit perasaan kasihan. "Bu Kia, saya mohon pamit," ucap Anita yang menatap Kiana berkaca-kaca. "Sejujurnya saya masih ingin membantu Bu Kia untuk mengemasi barang-barang tapi Nyonya meminta saya untuk segera menyusul. Saya minta maaf, Bu Kia. Selama saya bekerja dengan ibu, saya bahagia. Saya berharap Bu Kia bisa lebih bahagia dari sekarang dan melanjutkan hidup. Semoga ibu mendapatkan jodoh terbaik dari Tuhan agar bisa menemani Bu Kia. Tolong dimaafkan kalau say

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status