Share

🖤 EPISODE 37

last update Last Updated: 2025-10-10 21:11:16
Setelah semua orang tertidur lelap, Rani diam-diam pergi ke penthouse mini untuk menemui Dimas, sesuai janji mereka.

Ia merayap perlahan melewati rumah yang gelap, jantungnya berdebar keras di dada. Rumah itu sunyi—satu-satunya suara hanyalah dengung AC di kejauhan dan sesekali derit dinding yang mengendap. Ia bergerak hati-hati, menghindari bagian lantai yang tahu-tahu bisa berderit di bawah pijakannya.

Saat mendekati pintu penthouse mini, Rani ragu sejenak. Tangannya melayang di atas gagang pintu. "Bagaimana kalau seseorang melihatku? Bagaimana kalau Kak Tasya, atau salah satu yang lain, mengikutiku?" Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri.

Sebelum ia bisa mengubah pikirannya, Rani memutar kenop pintu dan menyelinap masuk, menutupnya perlahan di belakang. Ruangan itu gelap, tapi ia bisa melihat siluet Dimas yang duduk di sofa—wajahnya samar diterangi cahaya ponsel.

“Rani,” katanya lembut begitu gadis itu mendekat, menyingkirkan ponselnya. “Kau datang.”

Rani
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Benih Yang Ditinggalkan Kakak Ipar   🖤 EPISODE 38

    Dimas dan Rani duduk di ruang tamu, tenggelam dalam percakapan tenang ketika suara sepatu hak tinggi beradu dengan marmer menandakan kedatangan Tasya. Ia melangkah masuk dengan anggun—gaunnya berkilau, riasannya sempurna—namun ada sedikit goyangan di langkahnya yang menandakan ia sudah terlalu banyak minum di pesta tadi. “Wah, wah,” ucapnya dengan suara tidak jelas, matanya menyipit melihat Dimas dan Rani yang duduk begitu dekat. “Apa yang kita punya di sini?” Dimas berdiri dengan tenang, ekspresinya tetap netral. “Hanya membicarakan beberapa urusan rumah tangga,” katanya datar. “Rani sangat membantu di rumah… sesuatu yang tampaknya sering kamu lupakan.” Bibir Tasya melengkung sinis. “Oh, begitu? Dia?” tanyanya tajam. “Saya yakin dia senang sekali bermain peran sebagai pengurus rumah tangga kita.” Mata Dimas menajam menanggapi nada meremehkannya. “Rani bukan sekadar pengurus rumah tangga,” ucapnya tegas. “Dia keluarga—sesuatu yang sepertinya sudah kamu lupakan dalam usahamu menge

  • Benih Yang Ditinggalkan Kakak Ipar   🖤 EPISODE 37

    Setelah semua orang tertidur lelap, Rani diam-diam pergi ke penthouse mini untuk menemui Dimas, sesuai janji mereka. Ia merayap perlahan melewati rumah yang gelap, jantungnya berdebar keras di dada. Rumah itu sunyi—satu-satunya suara hanyalah dengung AC di kejauhan dan sesekali derit dinding yang mengendap. Ia bergerak hati-hati, menghindari bagian lantai yang tahu-tahu bisa berderit di bawah pijakannya. Saat mendekati pintu penthouse mini, Rani ragu sejenak. Tangannya melayang di atas gagang pintu. "Bagaimana kalau seseorang melihatku? Bagaimana kalau Kak Tasya, atau salah satu yang lain, mengikutiku?" Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Sebelum ia bisa mengubah pikirannya, Rani memutar kenop pintu dan menyelinap masuk, menutupnya perlahan di belakang. Ruangan itu gelap, tapi ia bisa melihat siluet Dimas yang duduk di sofa—wajahnya samar diterangi cahaya ponsel. “Rani,” katanya lembut begitu gadis itu mendekat, menyingkirkan ponselnya. “Kau datang.” Rani

  • Benih Yang Ditinggalkan Kakak Ipar   🖤 EPISODE 36

    Adzkiya mengernyit kecil, menatap bergantian antara Tasya dan Rani. “Begitu, ya?” ucapnya pelan. “Padahal aku tadi sempat melihat Dimas menatapnya. Mereka tampak cukup akrab, kalau boleh jujur.” Hati Rani mencelos. Apakah mereka menyadari sesuatu? Apakah mereka mencurigai hubungan rahasianya dengan Dimas? Ia melirik ke arah Tasya, mencoba membaca reaksinya. Wajah Tasya tetap tenang, tetapi Rani sempat melihat rahangnya menegang. “Aku yakin kamu salah,” ujar Tasya dengan manis, suaranya meneteskan kepura-puraan yang lembut. “Dimas hanya bersikap baik pada kerabat kecil kita yang malang. Bagaimanapun, dia memang berhati emas.” Adzkiya mengerutkan bibir, jelas tidak sepenuhnya percaya. Ia menatap Rani dengan pandangan penuh perhitungan. “Hmm... mungkin,” katanya perlahan. “Tapi tetap saja, ada sesuatu yang be

  • Benih Yang Ditinggalkan Kakak Ipar   🖤 EPISODE 35

    Rani berdiri canggung di sudut ruang tamu yang mewah, merasa tidak pada tempatnya di tengah para wanita glamor yang sibuk mengobrol dan tertawa keras. Adzkiya, Khalisa, Cattleya, dan Meisya adalah sahabat terdekat Tasya, dan malam itu mereka semua berkumpul untuk acara girls’ night yang tiba-tiba diadakan. Percakapan mereka berputar seputar merek desainer, pesta-pesta eksklusif, dan kisah petualangan mereka bersama pria-pria kaya. Rani hanya mendengarkan dalam diam, terpesona sekaligus terasing oleh gaya hidup mewah yang terasa begitu jauh dari kehidupannya sendiri. Ia merasakan sepasang mata tertuju padanya. Ketika menoleh, pandangannya bertemu dengan Dimas yang memperhatikannya dari seberang ruangan — tatapannya tajam dan sulit dibaca. Rani buru-buru mengalihkan pandang, tapi sempat menangkap sekilas sesuatu yang gelap dan posesif dalam ekspresi pria itu. Tawa para wanita semakin ri

  • Benih Yang Ditinggalkan Kakak Ipar   🖤 EPISODE 34

    Rani duduk di sofa ruang tamu, perhatiannya terfokus membantu Afqlah mengerjakan tugas matematika. Gadis kecil itu tengah berjuang menyelesaikan soal pembagian panjang; alisnya berkerut dalam konsentrasi, bibirnya sedikit mengerucut saat berusaha menaklukkan deretan angka di depannya. Dimas memasuki ruangan dengan tenang, langkah kakinya teredam oleh karpet mewah. Ia berdiri di belakang sofa, menumpukan tangannya ringan di bahu Rani. Rani sedikit menegang oleh sentuhan yang tak terduga itu, namun segera rileks ketika merasakan kehangatan jemari Dimas merembes lembut melalui kain tipis gaunnya. “Bagaimana, sudah sejauh mana?” tanya Dimas pelan, napasnya menggelitik telinga Rani. “Ini… berjalan cukup baik,” jawab Rani, berusaha tetap fokus pada tugas meski pikirannya terganggu oleh kehadiran Dimas di dekatnya. “Afqlah sudah mulai mengerti.” “Bagus,” gumam Dimas. Ibu jarinya bergerak pelan, menekan lembut otot bahu Rani yang tegang. “Kamu sangat sabar dengannya.” Rani merasakan ke

  • Benih Yang Ditinggalkan Kakak Ipar   🖤 EPISODE 33

    Dimas terkekeh rendah, menggigit lembut kulit sensitif di bawah telinganya. “Biarin. Biar mereka tahu bahwa kamu milikku.” Mata Rani terpejam, tubuhnya bergetar di bawah sentuhan Dimas. Seharusnya ia menolak, mengingatkan soal resiko. Tapi semua itu hilang. Yang ada hanya panas tubuh Dimas menekan dirinya ke kasur. “Tuan…” suaranya parau, hampir bergetar. “Apa yang kamu inginkan, sayang?” bisik Dimas kasar di telinganya. “katakan padaku.” “Aku… aku mau kamu. Aku butuh kamu sekarang,” jawab Rani, napasnya terengah. Geraman rendah lolos dari dada Dimas. Ia melepas kaosnya dengan sekali tarik, menyingkirkannya ke lantai, lalu celananya menyusul. Tubuhnya yang kokoh terpapar, dan tatapan Rani tak bisa berpaling. Dimas kembali ke sisinya, menciumnya lagi dengan lebih dalam. Jarinya menyusuri pinggang Rani, menarik turun lingerie tipis yang menempel, membuangnya begitu saja. Sekarang, Rani telanjang di bawahnya—terasa rentan, tapi juga berkuasa. Ia tidak merasa malu. Ia meras

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status