Pagi itu, Rani tiba di kompleks elit dengan koper kecil di tangannya. Rumah kaca tiga lantai berdiri megah di hadapannya, dinding-dinding beningnya memantulkan cahaya matahari pagi. Indah, tapi sekaligus terasa asing, terlalu besar, terlalu sepi. Dengan canggung ia menyapa beberapa tetangga. Namun bisik-bisik segera terdengar, menusuk telinganya. “Itu kan adik iparnya Dimas… kok malah jadi asisten rumah tangga juga?” Tatapan penuh gosip membuat langkah Rani terasa berat. Begitu masuk, Tasya menyambut dengan senyum dingin. “Kau di sini bukan untuk bersantai, Rani. Ingat posisimu.” Rani berusaha menahan gugup, lalu tersenyum kaku. “Tentu, Mbak… aku hanya ingin membantu.”Rani menaruh koper di kamar lalu menjelajah rumah bercahaya kaca dan marmer, merasa seakan diawasi. Dari balkon lantai tiga, ia melihat Dimas berdiri tegap di taman, menatap kosong ke kolam. Hatinya bergetar, entah takut, hormat, atau sesuatu lebih dalam. Angin pagi menyapu wajahnya ketika Dimas tiba-tiba menoleh.
Last Updated : 2025-07-04 Read more