Suasana tenang itu buyar seketika oleh bunyi klik tumit sepatu di lantai marmer. Dari lorong, Tasya muncul. Lengannya terlipat di depan dada, wajahnya menyimpan ekspresi tajam. “Aysha, aku ingin bicara dengan Rani sebentar,” katanya, nada suaranya dingin. Dengan satu gerakan tangan yang elegan namun tegas, ia mengusir kepala pelayan itu. Aysha hanya mengangguk patuh, lalu mundur keluar ruangan tanpa suara. Tatapan Tasya menancap pada Rani, bibirnya melengkung membentuk senyum mengejek. Ia melangkah maju, tumit sepatunya berketuk pelan, mendekatkan jarak dengan sengaja. “Jadi, adikku,” ucapnya dengan nada merendahkan. “Kuharap kau sudah mulai menyesuaikan diri. Tak ada gunanya jika suami tersayangku mengira keluarganya tidak sempurna.” Rani mengangkat dagunya sedikit, meski hatinya bergetar. “Aku sedang berusaha belajar,” jawabnya pelan. “Bagus.” Senyum Tasya melebar tipis. Ia condong mendekat, berbisik di telinga Rani, napasnya hangat menempel di kulit. “Dan kalau suatu saa
Last Updated : 2025-07-04 Read more