"Lia, aku pergi dulu bareng tukang ke toko bangunan!" pamit Danny seraya mengecup kening istrinya di dapur.
Camelia sedang sibuk menakar bahan kue bersama Tina. Dia memeluk sebentar tubuh suaminya seraya berpesan, "Hati-hati di jalan ya, Mas!"
"Iya. Met bikin kue, Sayang. Nanti Mas nyicip!" Danny terkekeh pelan lalu berjalan meninggalkan rumah.
Setelah kepergian Danny, kesibukan di dapur bakery rumahan itu berlanjut. Tina yang mulai terlatih membantu majikannya bisa mempercepat pembuatan kue. Dia menyiapkan bahan dengan memotong-motong sayur, mengaduk ragout isian kue, dan membuat kulit risol dengan teflon.
"Mbak Lia kalau bikin risol paling jago deh, uenaak puol!" puji Tina. Dia paling suka kalau diminta mencicipi jenis kue itu baik yang isian mayo maupun ragout, semua serba enak.
"Ahh masa sih, Tin? Tapi, memang pelanggan paling sering pesan risol. Aku bikin arem-arem isi dagin
Sepulang kantor, Patra memilih langsung naik ke kamarnya di lantai dua. Dia bergegas mandi karena tak cukup banyak waktu tersisa sebelum makan malam bersama keluarga Cakra Atmaja. Bisa dibilang mereka sama-sama berasal dari golongan old money, kaya raya tujuh turunan sehingga akan sangat disayangkan bila perjodohan antara Patra dan Tatiana gagal.Pria bertubuh gagah dan jangkung itu pun menyadari efek positif merger dua keluarga berkuasa di kota Surabaya tersebut. Maka Patra ingin menjalani segala yang telah diatur para orang tua dengan hati-hati. Masalah hati bisa dipikir belakangan, tak semua rahasia harus diungkapkan kepada calon istrinya. Cinta lamanya terdampar di kota Yogyakarta pun masih terus membayangi.Seusai mandi dan mengeringkan rambut, Patra mengenakan setelan jas Armani warna burgundy yang limited edition tanpa dasi agar terkesan non formal, tetapi memberi kesan berkelas. Parfum seharga 20 juta disemprot tipis-tipis ke badan k
"Mas Danny nggak marah karena aku plin plan 'kan?" tanya Camelia dengan bibir mencebik.Mana mungkin Danny marah pada istrinya apalagi melihat wajah wanita kesayangannya makin imut begitu. Dia mengusap-usap puncak kepala Camelia lalu menjawab, "Gimana kalau sambil mikir mana oven yang mau dipilih, kita dinner dulu deh?""Ide bagus, Mas. Aku kok masih bingung milihnya. Sudah malam begini, jadi telat makan!" sahut Camelia setuju.Mereka pun naik sepeda motor lagi menuju ke warung Lamongan lesehan langganan Danny di daerah Jalan Yogya-Solo dekat Gedung Wanitatama. Mereka duduk berseberangan di meja pendek beralaskan tikar sembari menunggu pesanan diantar. Danny memesan ayam goreng kremes dan nasi uduk. Sedangkan, Camelia memilih bebek goreng kremes dan nasi uduk ditambah kol goreng, tempe tahu, serta terong untuk berdua.Warung lesehan khas Lamongan yang mereka kunjungi sangat ramai pengunju
Kesibukan di rumah Danny dan Camelia berjalan seperti hari kemarin. Di kebun belakang rumah, Danny menemani para tukang menyelesaikan pembuatan rumah pohon. Sedangkan, Camelia ditemani Tina mengerjakan pesanan kue klien di dapur."Wah, ini yang ulang tahun apa anak orang kaya ya, Mbak Lia? Cake yang dipesan sampai susun tiga, sudah begitu full dekorasi pula pesanannya!" komentar Tina sambil memixer cream gula yang nanti akan digunakan majikannya.Camelia melihat-lihat referensi dekorasi yang bagus untuk cake ulang tahun remaja putri. Rencananya akan dihias dengan banyak krim gula warna- warni. Ada pula boneka princess dengan gaun berenda-renda cantik yang telah disertakan oleh klien agar ikut dipasang di atas kue."Iya, ini cake untuk pesta sweet seventeen di ballroom Hotel Royal Ambarukmo. Artinya memang yang berulang tahun ini berasal dari keluarga berada, Tin!" jawab Camelia. Dia jadi terkenang masa remajanya ya
Setelah nyaris sebulan berkantor di Yogyakarta, Patra kembali memasuki Gedung Pusat Halim Sampurna Surabaya. Semua karyawan perusahaan yang mengenali sosoknya sebagai owner sekaligus CEO membungkukkan badan memberi hormat saat dia melangkahkan kaki melewati lobi atrium gedung sepuluh lantai itu."Selamat pagi, Pak Patra!""Pagi, Pak!""Pagi, Pak Presdir!"Semua menyapa sopan yang ditanggapi dengan anggukan singkat penuh wibawa oleh Patra. Mereka menghela napas setelah big boss naik ke dalam lift.Di lantai sepuluh lift itu berhenti lalu terbuka pintunya otomatis. Patra melangkah ringan menuju ke kantor CEO. Dia menatap Henri lalu berkata, "Ikut aku ke ruangan, Hen!""Baik, Pak Patra!" sahut asisten pribadi pria itu.Sesampainya mereka di dalam, Patra segera bertitah, "Hen, aku mau kamu selidiki informasi tentang putri pewaris
Pesawat private jet yang mengantarkan Patra kembali ke kota kelahirannya yaitu Surabaya mendarat mulus pukul 01.30 WIB di landasan Bandara Juanda. Langit masih berselimut kegelapan saat pria itu menginjakkan kaki turun dari tangga pesawat. Hanya ada Henri yang menemaninya tanpa pengawal lainnya.Namun, di gerbang kedatangan penumpang domestik sekumpulan pria berpakaian setelan jas serba hitam telah menantikan sosok Patra. Mereka para pengawal profesional yang digaji tinggi karena harus siap menjalankan tugas pengamanan 24 jam jika dibutuhkan."Selamat datang kembali di Surabaya, Pak Patra. Mari lewat sebelah sini!" sambut Ryan Mulyono, kepala private bodyguard Patra.Tanpa banyak bicara Patra mengikuti arahan Ryan menuju ke tempat sebuah mobil Alphard hitam telah menantinya. Setelah Patra dan Henri naik, mobil mewah itu pun meluncur meninggalkan bandara menuju daerah elit perumahan Kertajaya.
"Halo, Pa. Tumben kok telepon Patra, ada apa?" jawab pria yang masih lemas pasca bergumul dengan tiga LC sekaligus semalaman kemarin.Patra sengaja tidak masuk kantor karena badannya demam. Memang salah dia sendiri setelah menenggak bergelas-gelas minuman keras masih lanjut begadang menggempur para wanita bayaran yang dipertanyakan kesehatan alat kelaminnya."Halo, Putraku. Kamu sekarang ada di mana?" tanya Pak Rudiawan Halim atau kerap akrab disapa Pak Rudi Halim oleh para koleganya."Patra di rumah Yogya, ini agak kurang enak badan sih!" jawab pria yang berselimut tebal dengan badan menggigil itu lemas.Pak Rudi pun berkata, "Ckk ... makanya jangan suka clubbing sampai pagi, hmm! Kamu harus pulang ke Surabaya, ada hal penting yang ingin Papa obrolin. Ini nggak bisa hanya sekedar diomongin di telepon, Patra. Sewa private jet aja malam ini kamu pulang ke rumah. Suruh antar Henri ke bandara!"&nb