"Kayaknya Patra ngambek tadi sampai pergi dari resto kagak pamit ke kamu, Lia. Baguslah, aku seneng!" ujar Danny sambil menyetir mobil pulang ke rumah.
"Biarin aja sih, Mas. Aku tuh aslinya bukan mau ngasih harapan lagi ke dia, cuma memang Mas Patra aja yang mepet terus. Kalau tarafnya masih sopan, ya aku tanggapi baik kayak tadi siang pas dia ngajakin makan bebek bareng. Nggak ada yang dirugikan malahan kenyang. Apalagi dibeliin langsung dari Surabaya, eman banget kalau mesti dibuang. Itu aja pemikiranku!" sahut Camelia yang duduk di sebelah suaminya.
Danny tak ingin menyalahkan istrinya, dia tahu wanita itu bukan yang jenis kegatelan pada kaum laki-laki. Justru di balik sikap ramahnya yang universal, Camelia memasang tembok tinggi pada lawan jenis yang ingin mendekatinya secara privat.
"Oya, Sayang. Besok 'kan aku libur kuliah dua hari di kalender akademik kampus UNY, rencananya aku mau bikin rumah pohon di kebun belak
"Pak Patra, saya ingin menanyakan apa Anda melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis akhir-akhir ini?" tanya Dokter Dwiyanto yang memeriksanya di poli IGD Rumah Sakit Mitra Husada."Ehh ... iya, Dok. Ada apa?" sahut Patra tak nyaman. Dia tak ingin aktivitas pribadinya menjadi konsumsi publik.Namun, jawaban sang dokter menohok telak. "Maaf, Pak Patra. Berdasarkan sampel di urin Anda, ada indikasi diagnosa tim medis kami mengarah ke penyakit Sifilis atau Gonorhea. Masih tahapan awal jadi muncul gejala hanya demam. Namun, kalau tidak diobati akan menjadi gangguan di saluran kemih, Pak. Nanti kencing terasa nyeri dan panas, disusul mulai ada nanah berbau busuk dari alat kelamin Anda!""Waduhh ... kok ngeri, Dok. Apa bisa disembuhkan penyakit saya?" ujar Patra cemas. Dia sudah merasa agak curiga pasca pesta seks di rumahnya yang ada di Yogyakarta bersama tiga LC itu. Ternyata mereka kotor dan membawa bibit penyakit
Sepulang kantor, Patra memilih langsung naik ke kamarnya di lantai dua. Dia bergegas mandi karena tak cukup banyak waktu tersisa sebelum makan malam bersama keluarga Cakra Atmaja. Bisa dibilang mereka sama-sama berasal dari golongan old money, kaya raya tujuh turunan sehingga akan sangat disayangkan bila perjodohan antara Patra dan Tatiana gagal.Pria bertubuh gagah dan jangkung itu pun menyadari efek positif merger dua keluarga berkuasa di kota Surabaya tersebut. Maka Patra ingin menjalani segala yang telah diatur para orang tua dengan hati-hati. Masalah hati bisa dipikir belakangan, tak semua rahasia harus diungkapkan kepada calon istrinya. Cinta lamanya terdampar di kota Yogyakarta pun masih terus membayangi.Seusai mandi dan mengeringkan rambut, Patra mengenakan setelan jas Armani warna burgundy yang limited edition tanpa dasi agar terkesan non formal, tetapi memberi kesan berkelas. Parfum seharga 20 juta disemprot tipis-tipis ke badan k
"Mas Danny nggak marah karena aku plin plan 'kan?" tanya Camelia dengan bibir mencebik.Mana mungkin Danny marah pada istrinya apalagi melihat wajah wanita kesayangannya makin imut begitu. Dia mengusap-usap puncak kepala Camelia lalu menjawab, "Gimana kalau sambil mikir mana oven yang mau dipilih, kita dinner dulu deh?""Ide bagus, Mas. Aku kok masih bingung milihnya. Sudah malam begini, jadi telat makan!" sahut Camelia setuju.Mereka pun naik sepeda motor lagi menuju ke warung Lamongan lesehan langganan Danny di daerah Jalan Yogya-Solo dekat Gedung Wanitatama. Mereka duduk berseberangan di meja pendek beralaskan tikar sembari menunggu pesanan diantar. Danny memesan ayam goreng kremes dan nasi uduk. Sedangkan, Camelia memilih bebek goreng kremes dan nasi uduk ditambah kol goreng, tempe tahu, serta terong untuk berdua.Warung lesehan khas Lamongan yang mereka kunjungi sangat ramai pengunju
Kesibukan di rumah Danny dan Camelia berjalan seperti hari kemarin. Di kebun belakang rumah, Danny menemani para tukang menyelesaikan pembuatan rumah pohon. Sedangkan, Camelia ditemani Tina mengerjakan pesanan kue klien di dapur."Wah, ini yang ulang tahun apa anak orang kaya ya, Mbak Lia? Cake yang dipesan sampai susun tiga, sudah begitu full dekorasi pula pesanannya!" komentar Tina sambil memixer cream gula yang nanti akan digunakan majikannya.Camelia melihat-lihat referensi dekorasi yang bagus untuk cake ulang tahun remaja putri. Rencananya akan dihias dengan banyak krim gula warna- warni. Ada pula boneka princess dengan gaun berenda-renda cantik yang telah disertakan oleh klien agar ikut dipasang di atas kue."Iya, ini cake untuk pesta sweet seventeen di ballroom Hotel Royal Ambarukmo. Artinya memang yang berulang tahun ini berasal dari keluarga berada, Tin!" jawab Camelia. Dia jadi terkenang masa remajanya ya
Setelah nyaris sebulan berkantor di Yogyakarta, Patra kembali memasuki Gedung Pusat Halim Sampurna Surabaya. Semua karyawan perusahaan yang mengenali sosoknya sebagai owner sekaligus CEO membungkukkan badan memberi hormat saat dia melangkahkan kaki melewati lobi atrium gedung sepuluh lantai itu."Selamat pagi, Pak Patra!""Pagi, Pak!""Pagi, Pak Presdir!"Semua menyapa sopan yang ditanggapi dengan anggukan singkat penuh wibawa oleh Patra. Mereka menghela napas setelah big boss naik ke dalam lift.Di lantai sepuluh lift itu berhenti lalu terbuka pintunya otomatis. Patra melangkah ringan menuju ke kantor CEO. Dia menatap Henri lalu berkata, "Ikut aku ke ruangan, Hen!""Baik, Pak Patra!" sahut asisten pribadi pria itu.Sesampainya mereka di dalam, Patra segera bertitah, "Hen, aku mau kamu selidiki informasi tentang putri pewaris
Pesawat private jet yang mengantarkan Patra kembali ke kota kelahirannya yaitu Surabaya mendarat mulus pukul 01.30 WIB di landasan Bandara Juanda. Langit masih berselimut kegelapan saat pria itu menginjakkan kaki turun dari tangga pesawat. Hanya ada Henri yang menemaninya tanpa pengawal lainnya.Namun, di gerbang kedatangan penumpang domestik sekumpulan pria berpakaian setelan jas serba hitam telah menantikan sosok Patra. Mereka para pengawal profesional yang digaji tinggi karena harus siap menjalankan tugas pengamanan 24 jam jika dibutuhkan."Selamat datang kembali di Surabaya, Pak Patra. Mari lewat sebelah sini!" sambut Ryan Mulyono, kepala private bodyguard Patra.Tanpa banyak bicara Patra mengikuti arahan Ryan menuju ke tempat sebuah mobil Alphard hitam telah menantinya. Setelah Patra dan Henri naik, mobil mewah itu pun meluncur meninggalkan bandara menuju daerah elit perumahan Kertajaya.