Share

Berpisah Dengan Suami Kaya
Berpisah Dengan Suami Kaya
Penulis: Renko

Pengeluaran Ibu Mertua

Isabella Montague memeriksa kebutuhan rumah tangga, ada yang tidak beres. Pengeluaran bulan lalu tiga kali lipat dari biasanya. Dia yakin kalau dia dan suaminya tidak memerlukan sebagian besar barang-barang yang ada di dalam list bulanan.

“Kenapa jadi sebanyak ini?” tanya Isabella.

Kepala pelayan menunduk. “Nyonya besar dan Nona muda berkata bahwa mereka membutuhkan semua barang-barang itu.”

Sebelumnya, Isabella hanya tinggal bersama Ethan dan kakek, tetapi semenjak kakek telah tiada, mertua serta adik iparnya ikut tinggal bersama di rumah ini. Isabella belum mendapatkan kabar, kapan mereka akan pergi.

Isabella tidak begitu senang dengan keberadaan dua orang itu. Menurutnya, mereka suka menghamburkan uang. Dia tidak bisa mengeluh pada suaminya karena saat ini merupakan waktu yang tidak mudah bagi suaminya. Ethan harus menangani perusahaan seorang diri, berbeda dengan dulu di mana hanya perlu menjalankan perintah kakek saja.

Maka dari itu, dia ingin menjadi istri yang dapat diandalkan. Tidak tahu bagaimana masa depan nanti, seharusnya mereka lebih bijak menggunakan uang dan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan.

“Aku akan membicarakan hal ini pada mereka.”

“Isabella! Isabella!”

Teriakan yang memanggil namanya membuat Isabella mengerutkan dahi. Dia pun beranjak dari ruang pantri untuk melihat Charla yang saat ini tampak buruk ekspresinya. Hal apa yang membuat adik ipar terlihat sangat kesal?

“Kau tidak memiliki telinga, Isabella? Aku memanggilmu sejak tadi!”

“Charla, ada apa?”

“Berhenti menyebut namaku dengan ekspresi seolah kita sangat dekat!”

Isabella memutar mata ke atas, ini salah satu alasan kenapa dia tidak ingin menampung ibu mertua dan juga Charla. Mereka cukup suka memerintah dan tidak memiliki sikap hormat.

Charla melipatkan tangan di dada. “Kau sudah melakukan permintaanku?” tanyanya dengan nada arogan.

“Aku sudah meminta pelayan untuk melakukannya.”

Isabella menoleh pada kepala pelayan yang berdiri tidak jauh di belakangnya. “Apa kau sudah melakukannya?”

“Sudah, Nyonya.”

“Apa?! Kau meminta pelayan mengisi bathtub dengan tangan mereka yang menjijikkan itu?”

Isabella tersentak, begitu pula dengan para pelayan yang sedang bekerja tidak sengaja mendengar ucapan Charla. Para pelayan sudah pasti tersinggung dengan perkataan anak berusia 22 tahun itu.

“Aku harus mengerjakan hal lain. Jadi, tidak sempat mengisi bathtub, ditambah itu juga bukan merupakan tugas seorang nyonya di rumah ini. Kau bisa meminta tolong pada pelayan untuk ke depannya,” tegas Isabella.

“Hah? Kau sedang menyombongkan diri dengan status yang belum lama kau emban itu?!” Charla tertawa sambil bertepuk tangan. “Luar biasa!”

“Kenapa pagi hari sudah begitu ribut?”

Seorang wanita paruh baya muncul, dia adalah orang yang harus Isabella hormati yaitu ibu mertua. Orang yang melahirkan Ethan Sinclair dan dia merasa harus berterima kasih padanya karena sudah membesarkan seorang putra yang begitu tampan dan juga baik hati.

“Lihatlah, menantu Ibu yang suka mencari muka di depan kakek dan kakak ini. Aku hanya meminta bantuan mengisi bathtub, tapi dia berkata, ‘itu bukan merupakan tugas seorang nyonya di rumah ini’. Memangnya, meminta tolong pada kakak ipar sendiri itu salah, Bu?”

Isabella muak dengan drama kecil ini. Dia sadar kalau tidak mengambil langkah tegas, maka selamanya Ibu dan Charla akan terbiasa menganggap remeh dirinya.

“Ibu, aku memeriksa pengeluaran bulanan dan telah melihat list barang yang tidak perlu. Bukankah saat ini kita harus berhemat? Ethan baru beradaptasi dengan cara kerja baru dan seharusnya kita bisa mendukung Ethan dengan tidak menghamburkan uang.”

Charla melangkah maju, lalu berkata di depan wajah Isabella dengan geram, “Menghamburkan uang katamu?!”

Isabella mengertakkan gigi, alisnya mengernyit dalam. “Jaga sikapmu pada istri kakakmu. Aku adalah orang yang harus kau hormati di rumah ini.”

Ibu mertua menarik Charla agar segera menyingkir sehingga dia berganti posisi untuk berdiri di hadapan Isabella.

“Kami belum lama tinggal di sini dan kau sudah mengeluhkan soal pengeluaran? Ethan memang bergantung padamu selaku istrinya, tapi bukan berarti kau bisa semena-mena dengan keluarganya. Aku yang membesarkan Ethan, sedangkan kau adalah orang baru yang berniat untuk menguasai rumah ini.”

Ibu mertua mencengkeram bahu Isabella dengan kuat, membuat Isabella kesakitan oleh kuku panjang dipoles cat berwarna ungu. “Bukankah ucapanku benar? Kau seharusnya berkata jujur.”

“Pikiran Ibu terlalu berlebihan.”

“Berlebihan?” Ibu mertua menyeringai, semakin mencengkeram erat bahu Isabella. “Di hadapan kami, kau hanyalah rumput liar yang tumbuh di halaman. Cepat atau lambat, rumput liar yang merusak pemandangan itu akan dicabut juga.”

Isabella menghadapi tatapan ibu mertua yang tajam. Dia kesakitan, tetapi tidak ingin mengekspresikannya. Ibu mertua dan Charla hanya akan merasa senang melihatnya menderita nanti.

Ibu mertua menarik tangannya, lalu memeriksa kuku yang mungkin rusak sambil berkata, “Kami sudah lama tidak kemari, setidaknya perlakukan kami lebih baik atau kau akan kehilangan Ethan dan semua yang kau miliki sekarang.”

Setelah berkata demikian, ibu mertua pun pergi. Charla yang sempat takut sudah mendapatkan keberanian kembali, lalu dia menatap Isabella dengan menantang.

“Sangat tidak bisa diandalkan,” ucap Charla, pergi mengikuti sang ibu.

Isabella tidak bisa memberikan perlawanan meski dirinya tidak melakukan kesalahan. Dia hanya tidak ingin mengecewakan Ethan hanya karena masalah sepele.

“Bagaimana dengan kebutuhan rumah tangganya, Nyonya?”

“Bersiaplah dan temani aku untuk membelinya.”

“Baik, Nyonya Isabella.”

**

Ethan pulang bekerja pada malam hari, kedatangannya langsung disambut Isabella. Melihat suami sudah pulang, Isabella merasa kepenatannya hari ini lenyap.

Bagaimana tidak? Suaminya tipikal pemimpin perusahaan seperti yang ada di dalam novel—tampan, kaya, cerdas, dan berwibawa. Dia tidak berbohong jika Ethan memiliki apa yang diinginkannya dari seorang pria.

“Aku sudah mengisi bathtub untukmu.”

“Terima kasih.”

Isabella tersenyum, meletakkan tas Ethan di atas meja. Dia membantu untuk melepaskan jas, melipat dasi, lalu meletakkannya ke ruang ganti sebelum menghampiri Ethan kembali.

“Apa semuanya berjalan lancar ketika aku pergi?”

Isabella langsung menatap Ethan, ingin berkata kalau semuanya tidak baik-baik saja. Kalau bisa, dia ingin melimpahkan kekesalannya pada pembicaraan mereka semalam suntuk.

Namun, dia juga tahu kalau dia tidak akan bisa. Ethan baru saja pulang setelah menghadapi banyak pekerjaan di kantor. Yang dibutuhkan suaminya saat ini adalah beristirahat, bukannya mendengar keluhan.

“Tentu saja, semuanya berjalan lancar. Bagaimana denganmu? Apa pekerjaan di kantor berjalan lancar? Kau makan dengan baik, bukan?”

Ethan menjawab semua pertanyaan itu dengan sekali anggukan. “Apa kau makan dengan baik?”

“Aku juga makan dengan baik. Sekarang, mandilah sebelum airnya menjadi dingin. Aku akan menyiapkan pakaian ganti untukmu.”

Saat Isabella akan pergi, Ethan dengan cepat meraih tangan sang istri dan berkata, “Tunggu sebentar.”

Isabella menatap Ethan dengan heran. “Ada apa? Kau membutuhkan sesuatu?”

Renko

Hai, buku ini sedang dalam tahap perbaikan. Maaf atas ketidaknyamanannya. Cerita full akan segera tersedia.

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status