"Hana, gimana hubungan kamu dengan Alga?" tanya kaker Umar. Malam ini Hana diundang makan malam oleh kakek Umar, kakek Alga. Dan kakek Umar mengajak Hana ngobrol berdua di kamarnya, karena ada sesuatu yang ingin beliau sampaikan pada Hana.
"Alhamdulillah hubungan kami baik baik saja, Kek," jawab Hana dengan senyum merekah di wajahnya.
Kakek Umar mengangguk anggukkan kepalanya pelan. "Kakek sangat menyayangi kamu, bahkan Kakek juga merestui hubungan kamu dan Alga. Tapi - " Kakek Umar menjeda ucapannya. "Tapi, ada yang lebih layak bersanding dengan Alga, bukan karena kesetaraan, melainkan karena dia butuh perlindungan Alga," tegas kakek tanpa ragu-ragu.
"Maksud, Kakek?" Hana terkejut mendengar penuturan kakek Umar.
"Kakek ingin Alga menikahi Sukma. Dia gadis yatim piatu, dia sebatang kara. Saat ini yang dia punya hanya Kakek seorang. Kakek gak bakalan bisa melindungi dia seumur hidupnya, cepat atau lambat Kakek akan menemui ajal-Nya. Dan jika itu terjadi, Sukma akan hidup sendirian. Mungkin keluarga ini tidak akan menganggapnya ada jika Kakek telah tiada. Kakek kuatir dia akan hidup sengsara di luar sana. Beda lagi dengan kamu yang memiliki keluarga lengkap. Kamu tidak akan pernah merasa kesepian jika tidak bersama Alga, dan Kakek yakin kamu bisa mendapat laki laki yang lebih baik dari Alga. Jadi Kakek mohon dengan sangat, Han, ikhlaskan Alga, biarkan dia bersama Sukma!" Mendengar semua penuturan kakek, hati Hana sangat ngilu. Siapa yang mau diminta untuk mengikhlaskan kekasih yang dicintainya untuk wanita lain? Tak akan ada yang pernah mau. Sungguh Hana ingin sekali meneriakkan kalimat itu pada kakek Umar. "Sebagai gantinya, kamu mau apa dari Kakek sebagai imbalan? Apa pun itu pasti akan Kakek berikan asal Kakek mampu dan kamu juga harus segera pergi meninggalkan Alga."
"Hana mencintai Alga, Kek. Hana gak mau pisah dari Alga, apalagi harus merelakan Alga untuk wanita lain. Cinta Hana pada Alga tidak bisa dibeli oleh apa pun yang ada di dunia ini. Kalau Kakek mengira Hana akan melepas Alga dengan diganti semua harta Kakek, Kakek salah. Wanita memang realistis, butuh harta untuk menyambung hidup dan membahagiakan dirinya. Tapi tidak sesederhana itu untuk urusan cinta." Mata Hana sudah berembun.
"Hana, Kakek mohon mengalahlah untuk Sukma, dia beneran lebih butuh Alga dari pada kamu! Kakek yakin kamu bisa mendapat pengganti Alga yang jauh lebih baik lagi. Percaya sama Kakek!" mohon kakek Umar lagi pada Hana.
Air mata Hana sudah tidak bisa terbendung lagi. Membayangkan jauh dari Alga tidak pernah sedikitpun terlilntas dalam benak Hana. Seluruh jiwa raga Hana sudah ia berikan pada Alga. Walaupun kejadian pada malam kelam itu hanya sekali saja. Lantas, setelah apa yang terjadi antara dirinya dan Alga, Hana harus merelakan Alga untuk bersama wanita lain? Rasanya sangat tidak mungkin.
“Han, permintaan Kakek hanya satu, dan Kakek tau kamu anak baik. Jadi, Kakek yakin ini tidak sulit buat kamu lakukan, ‘kan?” Hana diam menunduk, air matanya sudah menganak sungai. Setetes dua tetes air matanya sudah membasahi pipi chubby-nya. Mana ada “Tidak Sulit”? untuk mengangguk mengiyakan saja rasanya sulit bagi Hana. “Kakek juga mau kamu bantu meyakinkan Alga untuk mau menikah dengan Sukma ya!” Apalagi ini? Sudah jatuh, ketiban tangga pula. “Kakek sudah tua, Kakek sudah sakit sakitan. Kakek gak mau kalau Kakek kembali ke pangkuan-Nya dalam keadaan belum ada yang bertanggung jawab atas Sukma. Kakek ingin melihat Sukma menikah dengan Alga sebelum Kakek pergi, Hana. Kamu juga tidak mau kan Alga jadi anak pembangkang karena mempertahankan hubungannya dengan kamu?” Di sini rasanya ingin sekali Hana berteriak dan berontak untuk menolak. Tapi itu sungguh mustahil, apalagi melihat kondisi kakek Umar yang sudah sepuh.
“Kek, Ini keputusan tersulit yang pernah ada di hidup Hana, Kek. Jadi maaf, Hana belum bisa kasih keputusan sekarang. Hana sekalian izin pamit ya, Kek.” Tanpa mau mendengar jawaban apa pun lagi dari kakek Umar, Hana pun langsung berdiri dan menyalami tangan kakek Umar.
Tapi sebelum kakek Umar melepas tangan Hana, kakek kembali berucap, “Kakek tidak butuh jawaban keputusan kamu, Han. Kakek tetap akan meminta Alga untuk menikahi Sukma dalam waktu dekat. Kakek akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu.” Air mata yang memang belum mengering sejak tadi itu pun semakin mengalir deras. Sungguh dad*nya begitu sesak dengan pernyataan kakek Umar barusan. Yang bisa Hana lakukan saat ini hanya mengangguk pasrah. Kakinya sudah lemas tak berdaya, namun ia paksa untuk melangkah keluar dari kamar kakek Umar.
Di ruang tengah, Hana bertemu dengan orang tua Alga. “Ma, Pa, Hana pamit pulang dulu ya!” pamit Hana kemudian. Anggi dan Irwan yang sudah tahu apa yang telah dibahas oleh kakek Umar dengan kekasih sang anak pun tak lagi banyak bertanya, mereka hanya mengiyakan saja.
“Han, kamu kenapa?” tanya Alga ketika melihat mata Hana sembam, bahkan sisa air mata itu masih ada di pipi Hana.
“Aku gak apa apa kok, Al. Aku pulang ya, Al,” pamit Hana pada Alga.
“Tapi kamu kenapa? Apa yang terjadi di dalam sampai kamu berantakan seperti ini?” Alga terus mendesak Hana.
Hana tersenyum. “Aku gak apa apa, Al. Tapi perlu kamu tahu, apa pun yang terjadi ke depannya antara aku dan kamu, aku selalu mencintai kamu, Al. Sampai kapan pun, kamu akan selalu punya tempat istimewah di hati aku. Kamu harus janji, bahwa kamu akan bahagia selalu!” ucap Hana seraya membingkai wajah Alga dengan satu tangannya.
“Aku tidak pernah ragu atas cintamu, Han. Aku pun juga mencintaimu seperti kamu mencintaiku. Aku janji akan bahagia jika aku hidup bersama kamu.” Alga mengambil tangan Hana dar wajahnya dan membawa ke bibirnya.
“Aku pamit sekarang ya, Al.”
“Aku antar ya,” tawar Alga.
“Gak perlu, aku pulang naik taxi aja.” Hana pun langsung keluar dan tak menghiraukan panggilan Alga lagi.
“Alga, biarkan Hana pulang, biarkan dia tenang dulu!” saran Anggi pada Alga.
“Emang apa sih yang dibahas kakek sama Hana, Ma? Kenapa keluar keluar Hana jadi sedih seperti itu?”
Hallo Sayang" aku ... Happy reading ya ...
“Aku pastikan anak anak kita nanti akan bangga dan sempurna memiliki ibu sepertimu, Istriku.”“Dan anak anak kita bisa beranggapan seperti itu pada ibunya karena hadirmu yang selalu menyempurnakanku, Suamiku.”“Terima kasih, sudah mencintaiku tanpa peduli jarak dan waktu. Kalau bukan kamu yang aku cintai, aku gak tahu apa orang lain itu bisa tetap mencintaiku diketidak pastian diriku yang menghilang. Aku pun sulit untuk membayangkan hal itu.”“Kamu juga, ‘kan? Kamu mencintaiku tanpa peduli jarak, waktu, serta dimensi koma yang kamu selami kala itu.” “Kamu lebih hebat dan lebih setia, Sayang. Kamu yang setiap saat menapaki bumi dengan lalu lalang lelaki yang jelas jelas sudah mengisi hari harimu, tapi sedikit pun kamu tidak goyah dengan kehadirannya. Kamu kuat mempertahankan cinta kamu tetap untukku. Kamu hebat, sangat hebat.” Alga membingkai wajah Hana dengan kedua telapak tangannya. “Tentang aku, saat itu aku tebujur kaku yang bernapas saja bergantung pada mesin. Andai papa dan mama
“Aku bisa merasakan denyut lemah itu sedang kesakitan saat ini.” “Denyut lemah?” “Iya, yang di dalam sana,” tunjuk Sindy pada dada Aris. “Kenapa kamu bisa tahu?” “Cinta benar benar buta ya, sampai kamu tidak sadar ketika tadi kamu mengutarakan isi hati kamu pada Hana, aku berada tepat di samping tubuh Hana, tubuh yang sebenarnya ingin kamu bersamai seumur hidupnya.” “Oh maaf, aku kira kamu –“ “Cenayang? Tentu tidaklah. Aku manusia biasa, yang bisa mendengar dan melihat atraksi dan interaksi orang orang di sekelilingku.” “Bukan gitu, aku kira kamu melihat wajahku begitu mengenaskan, terlalu nampak jika aku sedang berduka di atas kebahagiaan orang yang aku cintai.” “Kamu cinta atau sayang dia?” “Aku mengakui getaran cinta itu saat bersamanya, aku merasakannya. Bahkan ketika tadi aku ajak ia berbicara pun masih sama rasanya.” “Kamu percaya bahwa cinta itu bisa hilang sedangkan rasa sayang itu tidak akan bisa hilang?” “Kenapa bisa begitu? Bukannya cinta itu sudah pasti sayang se
“Mana ada calon? Belum ya.” “Lah yang selalu kamu posting itu siapa?” “HTS-an doang mah,” jawab Sindy seraya mengerucutkan bibirnya. “Ya cepet diresmikan dong!” “Udah lost contact.” “Kok bisa?” “Udah ah jangan bahas itu, aku lagi gak mau sedih di hari pernikahan kamu loh.” “Ututu, sini sini peluk, Sayang!” Hana pun memeluk Sindy sambil menepuk nepuk pelan bahunya. “Han, selamat ya! Sudah bahagia kan dengan seseorang yang selama ini kamu inginkan?” Tiba tiba Aris mendekati Hana seraya menjabat tangan Hana. “Makasih banyak, Ris.” “Aku juga ucapkan terima kasih untuk kamu. Karena kamu sudah mengajarkan banyak hal padaku, Han, terutama tentang ikhlas untuk melepas. Tentang arti mencintai tanpa memiliki serta terkait makna lebih mementingkan hati yang cintai untuk menjemput bahagianya meski bukan denganku ia melanjutkan jalan hidupnya. Kamu juga mengajarkan dan membuktikan ada semesta bahwa ternyata cinta bisa habis pada satu orang, Han,” ungkap Aris sesuai apa yang ada dalam hati
Tidak salah jika Bali sering kali dinobatkan sebagai tempat paling romantis di Indonesia bahkan juga telah diakui oleh dunia. Tak heran jika dream wedding Hana adalah Bali. Hari yang ditunggu tunggu kini telah tiba, yaitu pernikahan Hana & Alga. Keduanya menggelar resepsi pernikahan di sebuah taman yang begitu indah yang diapit oleh dua pantai pasir putih yang memang sudah menjadi salah satu favorit wedding venue dengan pemandangan beachfront. Tidak banyak tamu undangan, hanya kurang lebih 200 orang saja. Hanya orang orang terdekat dari kedua keluarga juga dari teman teman Alga dan Hana.Akad nikahnya dilaksanakan pagi hari di semi outdor yang berlokasi di satu tempat yang sama, namun berjarak. Akan tetapi masih dengan pemandangan pantai yang menenangkan, menjadikan acara sakral tersebut menjadi lebih khidmat dan syahdu secara bersamaan.“Wahai ananda Alga Mahardika, tangan yang saat ini kau genggam itu adalah tangan dari seorang ayah dari calon pengantin wanitamu, Hana Camilla. Yang s
“Gak apa apa dong. Nanti aku bantuin kamu urus café di sela aku pantau kantor yang di Jakarta. Sambil menunggu waktu setahun itu, sekalian kita nanti bangun café juga di Jakarta ya. Biar café kamu punya cabang.”“Seriusan?”“Pernah aku gak serius dengan apa yang aku ucapkan sama kamu?” Hana menggeleng. “Semoga gak ada halangan aja biar semua terealisasikan dengan baik ya, Sayang.” Keduanya pun mengaamiinkan. “Aku tahu, memiliki café dengan menu per-dessert-an adalah impian kamu sejak dulu. aku masih ingat semua mimpi yang pernah kamu bilang ke aku. Jadi, aku gak mau dengan hadirnya aku, dengan hidupnya kamu bersamaku nantiny, itu akan menghalangi semua mimpi kamu, Sayang. Aku bahkan akan selalu support semua yang kamu impikan selagi itu baik.”“Ah … terharu aku tuh.” Hana pun langsung memeluk tubuh laki laki yang sangat dia cintai itu.“Oh iya, aku malam ini tidur sama kamu boleh gak sih?”“Mana boleh? Kamu tidur sama Al aja.”“Kamu gak kangen aku?”“Kangen, tapi gak harus tidur berdua
“Aku harus merebut cinta anak kita agar bisa mencintaiku sepenuhnya,” ucap Alga kemudian.“Kamu mau merebut dia dari aku? Aku yang hamil, aku yang melahirkan, aku yang kasih ASI, aku juga yang ngurus bahkan bergadang jagain dia, terus kamu datang datang mau merebut dia dari aku? Oh tidak semudah itu Ferguso!” Hana ngomel seraya mendorong dada Alga.“Heiii … bukan merebut dari kamu, Sayang. Tapi maksudku, aku mau menggantikan sosok laki laki itu dari hati anak kita. Aku gak mau ya dia lebih sayang ke orang lain timbang ke aku yang notabennya adalah ayah kandungnya,” jelas Alga.“Ish kirain.” Satu kecupan langsung Alga layangkan di bibir Hana. Lelaki itu gemas melihat wanitanya ngomel. “Gak sopan ih,” protes Hana.“Sopan aja lah, lah wong sudah pernah buat anak aja.” Hana pun langsung melayangkan cubitan di perut Alga. “Auuu … sakit tahu, Sayang.”“Biarin ah,” sewot Hana.“Kalau kayak gini, aku bawaannya pengen ngajak kamu ke KUA sekarang aja deh.” Hana hanya mencebikkan bibirnya saja.“