"Benarkah itu?" tanya Mosa. Ia melihat keluarganya dan juga Raisa naik mobil. Tetapi dirinya merasa bahwa semua itu adalah mimpi."Mosa, lihat aku! Perhatikan mataku! Demi Tuhan kamu sudah menikah. Kamu memang tadi sempat pingsan ketika belum menikah. Tetapi kamu sadar dan ayahmu juga sudah menikahkan kita. Jadi kamu jangan ragu lagi! Lihat keluarga kamu sudah menunggu di mobil untuk membawa kita pulang. Begitu juga dengan ayahku yang akan ikut mengantar kita dengan motornya. Ini kan pernikahan impianmu yang sederhana. Dan semua ini adalah nyata," jelas Andre dengan menatap wajah istrinya. Ya, sekarang perempuan yang ada di depannya adalah istrinya."Hey, kalian. Lama banget. Ayo masuk sudah panas ini," teriak Raisa dari dalam mobil."Iya," sahut Andre. "Tuh, sahabat kamu sudah teriak-teriak. Ayo!" ajak Andre.Mosa mobil begitu juga dengan Andre."Selamat, ya, Mosa. Meskipun pernikahan kamu sedikit drama tapi semuanya berjalan lancar," ucap Raisa saat mobil mulai berjalan.Mosa hanya
"Amin. Aku juga berharap begitu. Aku sangat berharap jika ini adalah pernikahan terakhir aku," sahut Mosa."Amin. Kamu memang layak untuk bahagia, Mosa. Tetapi karma bisa saja berlaku untuk Roni. Biarkan dia mendapatkan balasan karena telah menyakiti kamu," balas Raisa."Hust! Jangan bilang begitu! Berdoa saja yang baik. Karena doa akan kembali kepada yang berdoa. Apalagi kamu sedang hamil. Jadi ngomong yang baik-baik saja!" Mosa menghentikan Raisa."Iya iya. Aku mengerti. Ya sudah aku lanjut makan lagi, ya. Aku laper nih. Apalagi makanan ini memang enak. Pesan dimana ya Andre itu?" tanya Raisa."Kalau aku tidak salah ingat. Ini adalah makanan ketika aku diundang makan di restoran sama kepala sekolah," jawab Mosa."Oh, iya. Aku ingat. Yang kamu bilang makanannya enak tapi kamu nggak bisa menikmatinya, kan?" sahut Raisa."Iya, kamu inget banget.""Ya sudah, mumpung masih di sini aku mau makan lagi, ya. Itu Andre sudah mau ke sini," tutur Raisa.Andre kemudian melemparkan senyum kepada
Andre kemudian duduk di samping Mosa. "Kamu kenapa, Mosa? Ketika kita sudah menikah kamu justru seperti menghindar?" tanyanya. Mosa bergeming. Sampai beberapa saat. "Aku masih bingung ini mimpi atau tidak," jawabnya. "Jadi kamu merasa ini masih mimpi?" tanya Andre. Mosa mengangguk. Andre kemudian memegang tangan Mosa. Lalu mendekatkan diri wajahnya ke wajah Mosa. Mosa merasa makin bingung, ia kemudian memejamkan matanya. Ia merasakan nafas Andre berhembus begitu dekat. "Kenapa, Mosa? Kamu merasa apakah ini masih mimpi?" tanya Andre yang begitu dekat. Mosa tidak menjawab, juga tidak membuka matanya. Hatinya berdesir dan jantungnya berdebar. Tangannya menjadi dingin. Andre juga merasakan dinginnya tangan Mosa. "Kamu kenapa lagi, Mosa?" tanya Andre. Tidak menunggu jawaban Mosa, Andre mengecup kening Mosa cukup lama. Lalu ia melepaskan Mosa. Mosa akhirnya membuka matanya. Entah apa yang ia rasakan. Tetapi perasaannya merasa lebih tenang. Kecupan yang Andre berikan membuat dirinya
Andre dan Mosa kemudian berdiri. Mereka akan menyambut kedatangan Roni. Roni seperti wajahnya merah padam. Roni kemudian menghampiri Mosa dan Roni. "Mosa, ini ada apa? Ada Andre juga? Kalian ada hubungan apa?" tanya Roni. "Maaf, aku sudah menikah dengan Andre. Andre ini adalah suamiku sekarang. Apa kalian saling mengenal?" tanya Mosa. "Oh, jadi kamu mengambil istriku, Dre! Kurang ajar kamu. Kamu sok sokan menasehati aku untuk memperbaiki hubunganku dengan istriku sekarang ternyata kamu sendiri yang mengambil Mosa dariku," ucap Roni kemudian menarik kerah baju Andre. Semua orang menghampiri Roni. "Hey, kamu siapa mau menghajar anak saya?'' tanya Ayah Andre, lalu menepis tangan Roni. "Jadi ini anak Anda? Apakah Anda tidak mengajarkan anak Anda untuk tidak merebut istri orang, Pak? Ini adalah istri saya. Dan anak Anda merebutnya," ucap Roni kembali menarik kerah baju Andre makin kuat. "Minggir kamu! Andre adalah suamiku sekarang. Kamu jangan bilang aku adalah istrimu, ya! Kamu itu
"Tidak. Bukan begitu, Mosa. Aku kasihan karena kamu diperlakukan tidak baik sama Roni. Tetapi aku menyukai kamu karena kamu begitu sabar dan menerima Roni yang seperti itu. Aku bahkan juga ingin memiliki kamu sejak saat itu. Aku ingin membahagiakan kamu. Aku ingin membuat kamu menjadi ratu yang bisa merasakan keindahan rumah tangga. Jadi kamu jangan salah paham, Mosa!" sahut Andre.Mosa memang merasa salah paham. Tetapi penjelasan Andre barusan bisa membuat hati Mosa kembali baik. "Jadi kamu menyukai Aku karena apa?""Karena kamu baik, sabar. Dan sepertinya kamu bisa bela diri, Mosa?" tanya Andre."Sebenarnya sih aku dulu hanya ikut kegiatan bela diri untuk membela diri sendiri dan jarang banget aku pakai, karena aku tidak mau memukul orang tanpa alasan. Tetapi tadi aku merasa sangat kesal melihat Roni memukul kamu, jadi aku balas saja, dan sepertinya terlalu keras sampai berdarah gitu," jawab Mosa."Terima kasih kamu telah membela aku, Mosa. Aku nggak nyangka kamu sampai memukul Roni
Laila kemudian mencoba menelpon Roni. "Halo, Ron. Kamu dimana? Cepat pulang!" pinta Laila dengan berbisik. "Aku masih di rumah ibuku. Ada apa?" "Cepat pulang!"Laila tidak banyak berkata. Ia takut jika Ronald mendengar jika dirinya ada di dalam rumah. Ia tidak ingin membuka pintu sebelum Roni datang.Beberapa saat kemudian mobil Roni nampak datang. Laila masih mengintip di jendela ternyata Ronald juga masih ada di sana. Ia melihat Roni yang turun dari mobil dan langsung menghampiri Ronald."Kamu siapa?" tanya Roni pada Ronald."Aku Ronald. Kamu Roni, ya? Mana Laila?" balas Ronald, laki-laki yang usianya seperti tidak muda lagi, tetapi gayanya seperti anak muda."Kenapa mencari istri saya?" tanya Roni."Laila sudah beberapa hari tidak bisa aku hubungi. Aku mau bertemu dengannya sekarang," jawab Ronald."Oh, jadi kamu ingin bertemu dengan istri orang. Aku ini suaminya. Kalau aku tidak mengizinkan kamu untuk bertemu istriku itu adalah hakku, kamu tidak memiliki hak sama sekali. Sebaik
"Pak, istri Bapak sudah meninggal sebelum datang ke sini. Tadi saya memeriksa Ibu ini sudah tidak bernyawa karena kehilangan banyak darah," jawab Dokter.Roni merasa sangat bersalah. Kepalanya sakit seperti tersambar petir. Ia tidak mau dikatakan sebagai seorang pembunuh."La-lalu bagaimana janin yang dikandung, Dok?" tanya Roni terbatas."Janinnya pun juga tidak bernyawa. Karena sabetan pisau bahkan janinnya juga sudah terbelah. Kami akan membersihkan semuanya. Tetapi Bapak silakan urus administrasinya dulu. Nanti kalau sudah selesai jenazah bisa dibawa pulang," jawab Dokter.Roni menjadi lemas. Di tangannya sendiri, istri dan calon anaknya meninggal. Ia kemudian tidak bisa berkata-kata lagi. Bahkan untuk berdiri saja tidak sanggup. Ia hanya memandangi kain putih yang menutupi jenazah Laila.Padahal baru saja mereka akan memperbaiki hubungan. Tetapi kini Laila sudah meninggal. Bahkan di tangannya sendiri Laila kehilangan nyawa.Roni tak sanggup untuk melakukan apapun. Kemudian tetang
"Tetapi apapun yang terjadi tidak akan mengubah apapun, Ron. Kamu harus mempertanggung jawabkan perbuatanmu ini!" tutur Karno."Sudah Ibu bilang, kan? Usir Perem ular itu. Malah kamu bawa dia pergi cari kontrakan baru. Kalau seperti ini jadinya siapa yang menyesal kalau bukan kami sendiri," cibir Sarni."Ibu jangan menambah suasana menjadi panas! Ini semua diluar kendali kita. Mungkin besok atau setelah penyidikan kasus kamu selesai, barang-barang mu di rumah kontrakan itu akan Bapak bawa pulang. Kamu yang sabar menjalani hukuman ini. Bapak sama Ibu pamit dulu," pamit Karno. Roni bersalaman dengan kedua orangtuanya. Bukti sudah didapatkan oleh polisi. Karno segera ke rumah sakit untuk mengurus pemulangan jenazah Laila.*Di rumah Mosa pukul 8 malam.Suasana di rumah Mosa sudah hening. Mina dan Arka sudah memasuki kamar masing-masing untuk beristirahat. Tetapi Mosa dan Andre memilih untuk menonton televisi. "Mosa, kamu mau makan apa?" tanya Andre."Aku masih kenyang nih. Kamu mau ma